Tata Cara Lengkap dan Sebab Terkabulnya Doa

 
Tata Cara Lengkap dan Sebab Terkabulnya Doa
Sumber Gambar: Muhammad Adil dari Pexels (Ilustrasi Berdoa)

Laduni.ID, Jakarta – Doa adalah merupakan bentuk dari ikhtiar kita sebagai umat muslim sebagai bentuk wujud permohonan kepada tuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian doa adalah memuat harapan, permintaan, dan pujian kepada Tuhan.

Tentu dalam benak kita pernah merasakan bahwa Tuhan tidak adil dengan kita, karena setiap kita memanjatkan doa Allah SWT belum mengabulkannya.

Maka marilah kita berkaca pada hati kita, apakah dalam setiap doa kita sudah benar dan dilandasi dengan hati yang ikhlas atau jangan jangan kita berdoa hanya ketika ada maunya saja?. Berikut ini tata cara lengkap dan sebab terkabulnya doa.

1. Menghadap ke Kiblat atau Ka’bah

Dari Jabir radliallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika berada di padang Arafah, beliau menghadap kiblat, dan beliau terus berdoa sampai matahari terbenam. (H.r. Muslim)

2. Mengakui dosa yang telah diperbuat, lalu memohon ampunan atasnya, serta mengakui nikmat yang telah diterima dan bersyukur kepada Allah atas nikmat tersebut dan memperbanyak taubat dan memohon ampun kepada Allah.

Banyak mendekatkan diri kepada Allah merupakan sarana terbesar untuk mendapatkan cintanya Allah. Dengan dicintai Allah, doa seseorang akan mudah dikabulkan. Diantara amal yang sangat dicintai Allah adalah memperbanyak taubat dan istighfar.

Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Diriwayatkan: “Bahwa ketika terjadi musim kekeringan di masa Umar bin Khatab, beliau meminta kepada Abbas untuk berdoa. Ketika berdoa, Abbas mengatakan, “Ya Allah, sesungguhnya tidaklah turun musibah dari langit kecuali karena perbuatan dosa. dan musibah ini tidak akan hilang, kecuali dengan taubat.”

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻭَﻣَﺎ ﺗَﻘَﺮَّﺏَ ﺇِﻟَﻰَّ ﻋَﺒْﺪِﻯ ﺑِﺸَﻰْﺀٍ ﺃَﺣَﺐَّ ﺇِﻟَﻰَّ ﻣِﻤَّﺎ ﺍﻓْﺘَﺮَﺿْﺖُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ، ﻭَﻣَﺎ ﻳَﺰَﺍﻝُ ﻋَﺒْﺪِﻯ ﻳَﺘَﻘَﺮَّﺏُ ﺇِﻟَﻰَّ ﺑِﺎﻟﻨَّﻮَﺍﻓِﻞِ ﺣَﺘَّﻰ ﺃُﺣِﺒَّﻪُ ، ﻓَﺈِﺫَﺍ ﺃَﺣْﺒَﺒْﺘُﻪُ ﻛُﻨْﺖُ ، ﻭَﺇِﻥْ ﺳَﺄَﻟَﻨِﻰ ﻷُﻋْﻄِﻴَﻨَّﻪُ ، ﻭَﻟَﺌِﻦِ ﺍﺳْﺘَﻌَﺎﺫَﻧِﻰ ﻷُﻋِﻴﺬَﻧَّﻪُ

“Tidak ada ibadah yang dilakukan hamba-Ku yang lebih Aku cintai melebihi ibadah yang Aku wajibkan. Ada hamba-Ku yang sering beribadah kepada-Ku dengan amalan sunah, sampai Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka jika dia meminta-Ku, pasti Aku berikan dan jika minta perlindungan kepada-KU, pasti Aku lindungi” (HR. Bukhari)

3. Mengangkat kedua tangan dalam do’a. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda:

ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺣَﻴِﻲٌّ ﻛَﺮِﻳﻢٌ ﻳَﺴْﺘَﺤْﻴِﻲ ﺇِﺫَﺍ ﺭَﻓَﻊَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﺃَﻥْ ﻳَﺮُﺩَّﻫُﻤَﺎ ﺻِﻔْﺮًﺍ ﺧَﺎﺋِﺒَﺘَﻴْﻦِ

“Sesungguhnya Allah SWT itu sangat pemalu dan Maha Pemurah. Ia malu jika seorang lelaki mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada-Nya, lalu Ia mengembalikannya dalam keadaan kosong dan hampa ” (HR. Abu Daud 1488, At Tirmidzi 3556, di shahihkan oleh Al Albani dalam Shahih Al Jaami’ 2070)

4. Mengawalinya dengan pujian dan sanjungan kepada Allah Ta’ala lalu diikuti dengan bacaan shalawat atas Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan diakhiri dengannya.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar ada orang yang berdoa dalam shalatnya dan dia tidak memuji Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian beliau bersabda: “Orang ini terburu-buru.” kemudian Beliau bersabda,

ﺇﺫﺍ ﺻﻠﻰ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﻓﻠﻴﺒﺪﺃ ﺑﺘﺤﻤﻴﺪ ﺭﺑﻪ ﺟﻞ ﻭﻋﺰ ﻭﺍﻟﺜﻨﺎﺀ ﻋﻠﻴﻪ ﺛﻢ ﻟﻴﺼﻞ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺛﻢ ﻳﺪﻋﻮ ﺑﻤﺎ ﺷﺎﺀ

“Apabila kalian berdoa, hendaknya dia memulai dengan memuji dan mengagungkan Allah, kemudian bershalawat kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian berdoalah sesuai kehendaknya.” (H.r. Ahmad, Abu Daud dan dishahihkan al-Albani)

5. Melembutkan suara dan tenang saat berdoa, suara lirih dan tidak dikeraskan.

Allah berfirman,

ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺠْﻬَﺮْ ﺑِﺼَﻠَﺎﺗِﻚَ ﻭَﻟَﺎ ﺗُﺨَﺎﻓِﺖْ ﺑِﻬَﺎ ﻭَﺍﺑْﺘَﻎِ ﺑَﻴْﻦَ ﺫَﻟِﻚَ ﺳَﺒِﻴﻠًﺎ

“Janganlah kalian mengeraskan doa kalian dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” (Q.s. Al-Isra: 110)

ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ، ﺍﺭْﺑَﻌُﻮﺍ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻧْﻔُﺴِﻜُﻢْ ، ﻓَﺈِﻧَّﻜُﻢْ ﻻَ ﺗَﺪْﻋُﻮﻥَ ﺃَﺻَﻢَّ ﻭَﻻَ ﻏَﺎﺋِﺒًﺎ ، ﺇِﻧَّﻪُ ﻣَﻌَﻜُﻢْ ، ﺇِﻧَّﻪُ ﺳَﻤِﻴﻊٌ ﻗَﺮِﻳﺐٌ

“Wahai manusia, kasihanilah diri kalian. Sesungguhnya kalian tidak menyeru Dzat yang tuli dan tidak ada, sesungguhnya Allah bersama kalian, Dia Maha mendengar lagi Maha dekat.” (H.r. Bukhari)

ﺍﺩْﻋُﻮﺍْ ﺭَﺑَّﻜُﻢْ ﺗَﻀَﺮُّﻋﺎً ﻭَﺧُﻔْﻴَﺔً ﺇِﻧَّﻪُ ﻻَ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻤُﻌْﺘَﺪِﻳﻦَ

Berdo’alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas”. (QS. Al-A’raaf [7]: 55)

ﻭَﺍﺫْﻛُﺮ ﺭَّﺑَّﻚَ ﻓِﻲ ﻧَﻔْﺴِﻚَ ﺗَﻀَﺮُّﻋﺎً ﻭَﺧِﻴﻔَﺔً ﻭَﺩُﻭﻥَ ﺍﻟْﺠَﻬْﺮِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻘَﻮْﻝِ ﺑِﺎﻟْﻐُﺪُﻭِّ ﻭَﺍﻵﺻَﺎﻝِ ﻭَﻻَ ﺗَﻜُﻦ ﻣِّﻦَ ﺍﻟْﻐَﺎﻓِﻠِﻴﻦَ

“Dan sebutlah (nama) Tuhan-mu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termask orang-orang yang lalai”. (QS. Al-A’raaf [7]:205).

6. Berdoa berulang-ulang di lain waktu untuk menunjukkan keseriusan kita agar dikabulkan oleh Allah SWT

7. Sadar ketika berdoa, yakin akan dikabulkan dan benar dalam pengharapan.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻻ ﻳﻘﻞ ﺃﺣﺪﻛﻢ ﺇﺫﺍ ﺩﻋﺎ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﻏﻔﺮ ﻟﻲ ﺇﻥ ﺷﺌﺖ ﺍﻟﻠﻬﻢ ﺍﺭﺣﻤﻨﻲ ﺇﻥ ﺷﺌﺖ ﻟﻴﻌﺰﻡ ﺍﻟﻤﺴﺄﻟﺔ ﻓﺈﻧﻪ ﻻ ﻣُﻜﺮِﻩ ﻟﻪ

“ Janganlah kalian ketika berdoa dengan mengatakan, ‘Ya Allah, ampunilah aku jika Engkau mau. Ya Allah, rahmatilah aku, jika Engkau mau’. Hendaknya dia mantapkan keinginannya, karena tidak ada yang memaksa Allah .” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Apabila kalian berdoa, hendaknya dia mantapkan keinginannya. Karena Allah tidak keberatan dan kesulitan untuk mewujudkan sesuatu.” (HR. Ibn Hibban dan dishahihkan Syua’ib Al-Arnauth)

Di antara bentuk yakin ketika berdoa adalah hatinya sadar bahwa dia sedang meminta sesuatu.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺍﺩﻋﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺃﻧﺘﻢ ﻣﻮﻗﻨﻮﻥ ﺑﺎﻹﺟﺎﺑﺔ ﻭﺍﻋﻠﻤﻮﺍ ﺃﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳﺴﺘﺠﻴﺐ ﺩﻋﺎﺀ ﻣﻦ ﻗﻠﺐ ﻏﺎﻓﻞ ﻻﻩ

“ Berdoalah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan doa dari hati yang lalai, dan lengah (dengan doanya). ” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan Al-Albani)

Banyak orang yang lalai dalam berdoa atau bahkan tidak tahu isi doa yang dia ucapkan. Karena dia tidak paham bahasa Arab, sehingga hanya dia ucapkan tanpa direnungkan isinya.

8. Mendesak dengan penuh kerendahan dalam berdo’a, dan tidak terburu-buru.

tidak tergesa-gesa agar segera dikabulkan, dan menghindari perasaan: mengapa doaku tidak dikabulkan atau kalihatannya Allah tidak akan mengabulkan doaku.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻳُﺴْﺘَﺠَﺎﺏُ ﻷَﺣَﺪِﻛُﻢْ ﻣَﺎ ﻟَﻢْ ﻳَﻌْﺠَﻞْ ﻳَﻘُﻮﻝُ ﺩَﻋَﻮْﺕُ ﻓَﻠَﻢْ ﻳُﺴْﺘَﺠَﺐْ ﻟِﻰ

“ Akan dikabulkan (doa) kalian selama tidak tergesa-gesa. Dia mengatakan, ‘Saya telah berdoa, namun belum saja dikabulkan‘.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sikap tergesa-gesa agar segera dikabulkan, tetapi doanya tidak kunjung dikabulkan, menyebabkan dirinya malas berdoa. Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻻ ﻳﺰﺍﻝ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻳﺴﺘﺠﺎﺏ ﻟﻠﻌﺒﺪ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﺪﻉ ﺑﺈﺛﻢ ﺃﻭ ﻗﻄﻴﻌﺔ ﺭﺣﻢ، ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﺴﺘﻌﺠﻞ، ﻗﻴﻞ : ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻣﺎ ﺍﻻﺳﺘﻌﺠﺎﻝ؟ ﻗﺎﻝ : ﻳﻘﻮﻝ ﻗﺪ ﺩﻋﻮﺕ ﻭﻗﺪ ﺩﻋﻮﺕ ﻓﻠﻢ ﺃﺭ ﻳﺴﺘﺠﻴﺐ ﻟﻲ، ﻓﻴﺴﺘﺤﺴﺮ ﻋﻨﺪ ﺫﻟﻚ ﻭﻳﺪﻉ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ

“ Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim, selama dia tidak terburu-buru .” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, apa yang dimaksud terburu-buru dalam berdoa?” Beliau bersabda, “ Orang yang berdoa ini berkata, ‘Saya telah berdoa, Saya telah berdoa, dan belum pernah dikabulkan’. Akhirnya dia putus asa dan meninggalkan doa. ” (HR. Muslim dan Abu Daud)

Sebagian ulama mengatakan: “Saya pernah berdoa kepada Allah dengan satu permintaan selama dua puluh tahun dan belum dikabulkan, padahal aku berharap agar dikabulkan. Aku meminta kepada Allah agar diberi taufiq untuk meninggalkan segala sesuatu yang tidak penting baguku.”

9. Memanjatkan do’a, baik dalam keadaan lapang maupun susah.

Bermohonlah kepada Rabbmu di saat kamu senang (bahagia). Sesungguhnya Allah berfirman (hadits Qudsi): “Barangsiapa berdoa (memohon) kepada-Ku di waktu dia senang (bahagia) maka Aku akan mengabulkan doanya di waktu dia dalam kesulitan, dan barangsiapa memohon maka Aku kabulkan dan barangsiapa rendah diri kepada-Ku maka aku angkat derajatnya, dan barangsiapa mohon kepada-Ku dengan rendah diri maka Aku merahmatinya dan barangsiapa mohon pengampunan-Ku maka Aku ampuni dosa-dosanya.” (Ar-Rabii’)

10. Tidak boleh berdo’a dan memohon sesuatu kecuali hanya kepada Allah Ta’ala semata.

11. Tidak mendo’akan keburukan kepada keluarga, harta, anak dan diri sendiri. Merendahkan suara ketika berdo’a, yaitu antara samar dan keras. (QS. Al-A’raaf: 55, 205).

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, mencela manusia yang berdoa dengan doa yang buruk,

ﻭَﻳَﺪْﻉُ ﺍﻹِﻧﺴَﺎﻥُ ﺑِﺎﻟﺸَّﺮِّ ﺩُﻋَﺎﺀﻩُ ﺑِﺎﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﻹِﻧﺴَﺎﻥُ ﻋَﺠُﻮﻻً

“ Manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. ” (QS. Al-Isra’: 11)

ﻭَﻟَﻮْ ﻳُﻌَﺠِّﻞُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﺍﻟﺸَّﺮَّ ﺍﺳْﺘِﻌْﺠَﺎﻟَﻬُﻢ ﺑِﺎﻟْﺨَﻴْﺮِ ﻟَﻘُﻀِﻲَ ﺇِﻟَﻴْﻬِﻢْ ﺃَﺟَﻠُﻬُﻢْ

“ Kalau sekiranya Allah menyegerakan keburukan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka (binasa). ” (QS. Yunus: 11)

Ayat ini berbicara tentang orang yang mendoakan keburukan untuk dirinya, hartanya, keluarganya, dengan doa keburukan.

Dari Jabir radhiallahu’anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻻ ﺗﺪﻋﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺃﻧﻔﺴﻜﻢ، ﻭﻻ ﺗﺪﻋﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺃﻭﻻﺩﻛﻢ، ﻭﻻ ﺗﺪﻋﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺧﺪﻣﻜﻢ، ﻭﻻ ﺗﺪﻋﻮﺍ ﻋﻠﻰ ﺃﻣﻮﺍﻟﻜﻢ، ﻻ ﺗﻮﺍﻓﻖ ﻣﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﺳﺎﻋﺔ ﻳﺴﺄﻝ ﻓﻴﻬﺎ ﻋﻄﺎﺀ ﻓﻴﺴﺘﺠﺎﺏ ﻟﻜﻢ

“ Janganlah kalian mendoakan keburukan untuk diri kalian, jangan mendoakan keburukan untuk anak kalian, jangan mendoakan keburukan untuk pembantu kalian, jangan mendoakan keburukan untuk harta kalian. Bisa jadi ketika seorang hamba berdoa kepada Allah bertepatan dengan waktu mustajab, pasti Allah kabulkan. ” (HR. Abu Daud)

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻻ ﻳﺰﺍﻝ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻳﺴﺘﺠﺎﺏ ﻟﻠﻌﺒﺪ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﺪﻉ ﺑﺈﺛﻢ ﺃﻭ ﻗﻄﻴﻌﺔ ﺭﺣﻢ

“ Doa para hamba akan senantiasa dikabulkan, selama tidak berdoa yang isinya dosa atau memutus silaturrahim. ” (HR. Muslim dan Abu Daud)

12. Tidak membebani diri dalam membuat sajak dalam do’a.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

ﺍﺩْﻋُﻮﺍ ﺭَﺑَّﻜُﻢْ ﺗَﻀَﺮُّﻋًﺎ ﻭَﺧُﻔْﻴَﺔً ﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳُﺤِﺐُّ ﺍﻟْﻤُﻌْﺘَﺪِﻳﻦَ

“ Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. ” (QS. Al-A’raf: 55)

Ada yang mengatakan: maksudnya adalah berlebih-lebihan dalam membuat kalimat doa, dengan dipaksakan bersajak.

13. Tadharru’ (merendahkan diri), khusyu’, raghbah (berharap untuk dikabulkan) dan rahbah (rasa takut tidak dikabul-kan). (QS.Al-Anbiyaa’: 90).

ﺇِﻧَّﻬُﻢْ ﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻳُﺴَﺎﺭِﻋُﻮﻥَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺨَﻴْﺮَﺍﺕِ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮﻧَﻨَﺎ ﺭَﻏَﺒًﺎ ﻭَﺭَﻫَﺒًﺎ ﻭَﻛَﺎﻧُﻮﺍ ﻟَﻨَﺎ ﺧَﺎﺷِﻌِﻴﻦَ

“Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu’ kepada Kami.” (Q.s. Al-Anbiya’: 90)

14. Mengembalikan (hak orang lain) yang dizhalimi disertai dengan taubat.

15. Memanjatkan do’a tiga kali.

Ibn Mas’ud mengatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila beliau berdoa, beliau mengulangi tiga kali. Dan apabila beliau meminta kepada Allah, beliau mengulangi tiga kali. (H.r. Muslim).

16. Jika mungkin, berwudhu’ terlebih dahulu.

17. Tidak berlebih-lebihan dalam do’a.

Allah swt. berfirman: “Berdoalah kepada Tuhan kalian dengan penuh rendah diri dan takut (tidak dikabulkan). Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang melampaui batas.” Al-A’raf:55.

Contoh melampai batas dalam berdoa adalah minta disegerakan adzab, atau doa dalam hal dosa dan memutus silaturahim dll.

18. Makanan dan minuman yang dikonsumsi serta pakaian yang dikenakan harus berasal dari usaha yang halal.

Makanan yang haram menjadi sebab tertolaknya doa.

Dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu , Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﻃَﻴِّﺐٌ ﻻَ ﻳَﻘْﺒَﻞُ ﺇِﻻَّ ﻃَﻴِّﺒًﺎ ﻭَﺇِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺃَﻣَﺮَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﺑِﻤَﺎ ﺃَﻣَﺮَ ﺑِﻪِ ﺍﻟْﻤُﺮْﺳَﻠِﻴﻦَ ﻓَﻘَﺎﻝَ ‏( ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﺮُّﺳُﻞُ ﻛُﻠُﻮﺍ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻄَّﻴِّﺒَﺎﺕِ ﻭَﺍﻋْﻤَﻠُﻮﺍ ﺻَﺎﻟِﺤًﺎ ﺇِﻧِّﻰ ﺑِﻤَﺎ ﺗَﻌْﻤَﻠُﻮﻥَ ﻋَﻠِﻴﻢٌ ‏) ﻭَﻗَﺎﻝَ ‏( ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﻛُﻠُﻮﺍ ﻣِﻦْ ﻃَﻴِّﺒَﺎﺕِ ﻣَﺎ ﺭَﺯَﻗْﻨَﺎﻛُﻢْ ‏) ‏» . ﺛُﻢَّ ﺫَﻛَﺮَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞَ ﻳُﻄِﻴﻞُ ﺍﻟﺴَّﻔَﺮَ ﺃَﺷْﻌَﺚَ ﺃَﻏْﺒَﺮَ ﻳَﻤُﺪُّ ﻳَﺪَﻳْﻪِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﺴَّﻤَﺎﺀِ ﻳَﺎ ﺭَﺏِّ ﻳَﺎ ﺭَﺏِّ ﻭَﻣَﻄْﻌَﻤُﻪُ ﺣَﺮَﺍﻡٌ ﻭَﻣَﺸْﺮَﺑُﻪُ ﺣَﺮَﺍﻡٌ ﻭَﻣَﻠْﺒَﺴُﻪُ ﺣَﺮَﺍﻡٌ ﻭَﻏُﺬِﻯَ ﺑِﺎﻟْﺤَﺮَﺍﻡِ ﻓَﺄَﻧَّﻰ ﻳُﺴْﺘَﺠَﺎﺏُ ﻟِﺬَﻟِﻚَ

“ Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyib (baik). Dia tidak akan menerima sesuatu melainkan yang baik pula. Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin seperti yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul.

Firman-Nya, ‘Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan’.

Dan Allah juga berfirman, ‘Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu’.

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menceritakan tentang seroang laki-laki yang telah lama berjalan karena jauhnya jarak yang ditempuhnya. Sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo’a, ‘Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku’. Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan diberi makan dengan makanan yang haram, maka bagaimanakah Allah akan mengabulkan do’anya? ” (HR. Muslim)

19. Tidak berdo’a untuk suatu dosa atau memutuskan tali silaturahmi.

Jangan mendoakan keburukan (mengutuk) dirimu atau anak-anakmu atau pelayan-pelayanmu (karyawan-karyawanmu) atau harta-bendamu, (karena khawatir) saat itu cocok dikabulkan segala permohonan dan terkabul pula doamu. (Ibnu Khuzaimah)

20. Menjauhi segala bentuk kemaksiatan,  dan menegakkan amar ma’ruf nahi munkar (menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah kemunkaran).

Seperti pada hadits, “Hendaknya kalian memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang mungkar, atau Allah akan mengirimkan siksaNya kepada kalian, lalu kalian berdoa kepada-Nya, tetapi tidak dikabulkan.” (HR. At-Tirmidzi dan dihasankannya).


Editor: Nasirudin Latif