Merangkul Kaum Marhaen
Laduni.ID, Jakarta – Kita terlalu sibuk dengan urusan politik, soal ekonomi dalam negeri, persoalan radikalisme, intoleransi bahkan sibuk memperhatikan ujaran kebencian antar satu dengan lainnya, antar pribadi dengan kelompok, golongan dan suku. Kita pun melihat perkembangan global, dari soal pandemi hingga endemik virus. Terlalu fokus melihat itu semua, tanpa menoleh perhatian kita pada soal kemanusiaan, pada aspek sosial dan yang lebih harus diperhatikan adalah laju pesat pertumbuhan kasus-kasus kekerasan seksual yang terjadi di sekitar kita.
Di sekeliling kita ada petani, nelayan, pedagang, buruh serabutan, sopir dan tukang ojek. Mereka hidup dengan peluh bercucuran, peras keringat banting tulang, hanya untuk keluarga. Sebuah perjuangan hidup, perjuangan menyambung nafas. Tidak untuk dihargai dan tidak pula untuk diakui, tetapi kehadiran mereka ternyata adalah kekuatan suatu negeri, roda ekonomi dapat berjalan karena gigihnya mereka untuk bisa bertahan dalam kerasnya persaingan hidup.
- Baca juga: 3 Dampak Psikologis Korban KDRT
Lalu, untuk apa dibicarakan di sini? Bukankah sudah jadi suratan takdir masing-masing manusia? Dan juga itu pilihan hidup mereka. Secara eksistensial mereka adalah anak negeri ini, dan secara sosiologis mereka adalah orang-orang yang wajib dibantu. Membantu mereka adalah juga hadirnya negara untuknya. Pada intinya perhatian negara atas nasib mereka sama halnya perhatian negara atas rakyatnya. Rakyat adalah Soko negara.
di luar tanggung jawab negara, kita sesama anak bangsa sikap apa yang perlu dilakukan, apakah sekedar pura-pura bantu hanya untuk menaikkan elektabilitas, ataukah bertujuan membangun jiwanya dan membangun badannya untuk Indonesia raya. Saya kira inilah tujuan negara didirikan, yaitu keadilan dan kesejahteraan rakyatnya.
Jika politisi hari ini menjauh dari memikirkan nasib kaum marhaen, maka itulah realnya. Politik bukan hore gembira atau sekedar kekuasaan semata, tetapi menjadi agen atas perubahan hidup kaum marhaen. Kita memang jengah lihat para politisi yang membawa kepentingan di saat musim pemilu, namun di luar kepentingan pemilu seringnya dilupakan.
- Baca juga: Inilah Jenis Rezeki yang Jarang Kita Syukuri
Meskipun menjadi yang wajar untuk peningkatan suara. Tetapi baiknya kebiasaan tersebut harus diubah dengan kepedulian yang humanis, bukan berdasar politis. Sebab ketahanan negara itu dikuatkan oleh kesadaran berbangsa dan bernegaranya dengan berpihak pada yang lemah dan tertindas.
Serang, 3 Januari 2022
Oleh: Gus Hamdan Suhaemi, Wakil Ketua PW Ansor Banten dan Ketua PW Rijalul Ansor Banten
Editor: Daniel Simatupang
Kunjungi Juga
- Pasarkan Produk Anda dengan Membuka Toko di Marketplace Laduni.ID
- Profil Pesantren Terlengkap
- Cari Info Sekolah Islam?
- Mau Berdonasi ke Lembaga Non Formal?
- Siap Berangkat Ziarah? Simak Kumpulan Info Lokasi Ziarah ini
- Mencari Profil Ulama Panutan Anda?
- Kumpulan Tuntunan Ibadah Terlengkap
- Simak Artikel Keagamaan dan Artikel Umum Lainnya
- Ingin Mempelajari Nahdlatul Ulama? Silakan
- Pahami Islam Nusantara
- Kisah-kisah Hikmah Terbaik
- Lebih Bersemangat dengan Membaca Artikel Motivasi
- Simak Konsultasi Psikologi dan Keluarga
- Simak Kabar Santri Goes to Papua
Memuat Komentar ...