Biografi KH. Mohammad Hasan Banjarnegara

 
Biografi KH. Mohammad Hasan Banjarnegara
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Wafat

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Mengembara Menuntut Ilmu
2.2       Guru-guru Beliau
2.3       Mengasuh Pesantren

3          Penerus Beliau
3.1       Anak-anak Beliau
3.2       Murid-murid Beliau

4          Karier dan Karya
4.1       Karier Beliau
4.2       Karya Beliau

5          Referensi

6          Chart Silsilah Sanad

1        Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1       Lahir
KH. Mohammad Hasan lahir pada Jumat Kliwon 1 Januari 1932 M. Sedari kecil ia telah dididik dengan pendidikan agama yang ketat oleh kedua orang tuanya.
1.2       Riwayat Keluarga
Beliau menikahi seorang wanita dan dikaruniai tujuh putra-putri yakni Siti Chamdah, KH. Mohammad Chamzah Hasan, KH. Khayatul Maki, Siti Inayah, Gus Hakim An-Naishaburi, Mustangin (alm), dan Zulaikha.

1.3       Wafat
 Tepat, tidak berapa lama pulang dari Makkah, beliau jatuh sakit. KH. Mohammad Hasan wafat pada Selasa Legi 25 Desember 2007 (15 Dzulhijjah 1428 H) pada usia 75 tahun dan di makamkan di dalam kompleks Pesantren Tanbighul Ghofilin, Mantrianom, Kecamatan Bawang, Banjarnegara Jawa Tengah.

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

2.1       Mengembara Menuntut Ilmu
Menginjak dewasa beliau kemudian menuntut ilmu ke pesantren di Tuban, yakni Pondok Pesantren Raudhatut Thalibin (Tanggir) Singgahan, setelah berguru kepada KH. Muslih atau KH. Soim. Lepas dari Tuban ia kemudian mondok ke Ma’had Al-Ihsan Jampes Kediri Jawa Timur yang diasuh KH. Ihsan bin Dahlan Al-Jampesi.

Syekh Ihsan bin Muhammad Dahlan (1901- wafat 15 September 1954) adalah seorang kiai tradisional produktif mengarang kitab seperti kitab Sirajut Thalibin, Tasrihul Ibarat, Minhajul Imdad, Irsyadul Ikhwan fi Bayani al-hukmu al-qohwa wad dukhan. Belum puas menuntut ilmu dari Kediri, KH. Mohammad Hasan kemudian melanjutkan ke pondok Soditan, Kecamatan Lasem, Rembang yang diasuh KH. Maksum serta Pesantren Mbah Cholil Kabupaten Bangkalan.

2.2       Guru-guru Beliau

  1. KH. Muslih atau KH. Soim
  2. KH. Ihsan bin Dahlan Al-Jampesi
  3. KH. Maksum

2.3       Mendirikan dan Mengasuh Pesantren
Tahun 1954 KH. Mohammad Hasan pulang dari pesantren Tuban dan kemudian mendirikan bangunan kecil kira-kira empat kamar berukuran 7 x 12 meter, untuk tempat tinggal anak-anaknya, juga untuk mengaji dan belajar kitab. Ini menarik minat anak-anak di sekitarnya. Seiring berkembangnya waktu, karena masyarakat masih minim pengetahuan agama Islam dan Banjarnegara pada waktu itu terkenal sebagai daerah abangan, KH Mohammad Hasan mulai memberikan pelajaran dasar keislaman kepada masyarakat. Dari bagaimana cara berwudhu, shalat, dan sebagainya.

Di pondok ini juga dilakukan pengobatan gangguan jiwa, karena banyak masyarakat yang mengalami gangguan jiwa. Salah satu putra KH Mohammad Hasan yakni KH. Chamzah Hasan menceritakan, kebetulan sejak dari pesantren bapaknya mempunyai kemampuan untuk menyembuhkan penyakit gila dan melalui pengobatan itu banyak yang sembuh. “Setelah sembuh, pasien ingin berbakti kepada Allah SWT.

Mereka telah diingatkan, karena sebelumnya lupa. Lalu muncullah kalimat ‘Tanbighul Ghofilin’ yang artinya mengingatkan orang-orang yang lupa. Kemudian kedua kata ini dijadikan sebagai nama pesantren,” ujar KH. Chamzah Hasan pengasuh pesantren sekarang. Seiring perkembangan waktu, pada saat geger 1965 banyak orang yang berlindung di Pesantren Tanbighul Ghofilin sambil mempelajari ilmu hikmah. Mulailah nama pesantren ini dikenal oleh berbagai kalangan dan santri mulai berduyun-duyun datang.

Para santri pria dan wanita ditempatkan di asrama. Amalan rutin dari KH. Mohammad Hasan adalah selalu shalat berjamaah di masjid yang ada di dalam kompleks pesantren. Selain itu beliau juga mendawamkan mandi malam dan berlanjut dengan shalat tahajud.

3          Penerus Beliau

3.1       Anak-anak Beliau

  1. KH. Chamzah Hasan
  2. KH. Khayatul Maki
  3. Siti Inayah
  4. Gus Hakim An-Naishaburi

3.2       Murid-murid Beliau
Murid-murid beliau adalah para santri di pesantren Tanbighul Ghofilin

4          Karier, dan Karya

4.1       Karier Beliau
Menjadi pengasuh pesantren Tanbighul Ghofilin

4.2       Karya Beliau
KH. Mohammad Hasan ternyata mengarang sebuah kitab kumpulan doa untuk penyembuhan dan menolong orang lain. Kitab kumpulan doa ini tersimpan hanya untuk keluarga dan tersimpan rapi oleh KH. Khayatul Maki. Kitab kumpulan doa ini terbilang unik, sebab hanya diberikan saat umroh terakhir KH. Mohammad Hasan di Mekkah. Saat di Masjidil Haram beliau memanggil semua putranya dan memberikan kitab ini kepada Gus Hayat untuk diamalkan, seolah ini menandakan pesan bahwa KH. Mohammad Hasan akan segera berpulang.

5         Keakhlakan Beliau

KH. Mohammad Hasan adalah seorang yang arif dan hidup sederhana dalam kesehariannya. Sering bersilaturahim dan dekat dengan masyarakat serta ulama sekitar. Dalam hal rejeki, KH. Mohammad Hasan tidak pernah merasa takut dengan rejeki. “Jangan kalah sama kepompong dan nggaranggati. Kepompong mati meninggalkan rumah dan nggaranggati tetap bisa hidup. Apalagi kita manusia yang diberi akal dan fikiran pasti dijamin rejekinya oleh Allah SWT,” kata KH. Mohammad Hasan suatu ketika. Amaliyah rutin sang kiai ini adalah rajin shalat malam dan shalat berjamaah di masjid yang berada di sebelah barat pondok. Uniknya, walau dahulu bangunan masjid terpisah oleh sungai bahkan sering banjir ketika hujan deras, sang kiai tetap istiqamah berjamaah di masjid, padahal lokasi masjid terpisah oleh sungai.        

6        Referensi

https://tanbihulghofilin.com/company_profile/

7       Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Mohammad Hasan Banjarnegara dapat dilihat DI SINI.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 07 Januari 2022, dan terakhir diedit tanggal 09 September 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya