Kisah Menarik dari Muslim yang Bekerja Kepada Allah SWT

 
Kisah Menarik dari Muslim yang Bekerja Kepada Allah SWT
Sumber Gambar: Foto ist

Laduni.ID, Jakarta - Di kalangan Bani Israil, terdapat dua orang yang sama-sama menjadi nelayan. Yang satu non-Muslim dan lainnya adalah seorang muslim. Meski bekerja di laut yang sama, namun hasil yang mereka dapat berbeda.

Non muslim mendapat ikan banyak. Sedangkan yang muslim tidak. Ia hanya mendapat sediit ikan. Bahkan sesekali, pernah hanya satu ikan yang ia peroleh. Meski begitu, ikan tersebut adalah ikan berkualitas. Ia bisa bertahmid, bertakbir, dan menyatakan sikap sabar kepada ketentuan Allah SWT. Sungguh, aneh bin ajaib.

Karena yang non muslim memiliki ikan banyak, maka wajar bila secara materi ia hidup dalam keadaan kaya. Istrinya pun bernampilan glamor. Hal ini ternyata membuat istri muslim iri. Melihat sikap iri itu, setan segera mengambil tindakan. Ia membisikkan kata-kata provokasi lewat mulut istri non muslim.

“Jika kamu dan suamimu ingin kaya, maka suruh dia menyembah Tuhan yang disembah non muslim!,” kata istri non muslim kepada istri muslim.

Sejak saat itu, sikap istri muslim tampak aneh. Gelagat tak wajar itu dipahami oleh muslim. Ia menanyakan tentang apa yang sebenarnya yang terjadi. Istrinya menjawab, “Kamu pililh mana, ceraikan aku atau kamu berpindah agama?”

“Astaghfirullahal ‘adzim. Apa kamu tidak takut kepadaNya?,” jawab muslim.
“Aku juga ingin mengenakan pakaian yang sama seperti yang dipakai tetangga kita itu.

Muslim segera mengambil sikap. Ia menegaskan bahwa esok hari ia akan pergi untuk mencari pekerjaan yang bisa menghasilkan banyak uang. Setiap hari, muslim berjanji akan memberikan uang dua dirham kepada istrinya. “Dengan uang itu, kamu bisa membeli apa saja yang kamu perlukan.”

Esok paginya, muslim pergi mencari pekerjaan. Namun, sayang, usahanya tidak membuahkan hasil sama sekali. Semua orang yang ia datangi untuk dimintai pekerjaan tak bisa menyanggupinya.

Merasa lelah karena usahanya tak berhasil, muslim memutuskan untuk pergi ke pantai guna beribadah di sana. Ketika malam tiba, ia pulang ke rumah.

“Kamu pergi kemana saja hari ini?,” tanya istrinya.

Muslim mengatakan, ia mendatangi seorang raja. Raja tersebut berjanji akan memberinya pekerjaan namun tiga hari lagi. Istrinya lantas menanyakan berapa gaji yang akan diterimanya.

“Sangat banyak. Bahkan sang raja akan memberi apapun yang aku inginkan, namun gaji itu akan diberikan setelah aku bekerja selama tiga puluh satu hari. Penjelasan ini ternyata berhasil meyakinkan istrinya.

Sejak saat itu, Muslim selalu beraktifitas di pantai untuk beribadah. Pergi pagi-pulang malam. Hingga, tibalah hari ketigapuluh. Si istri menghampirinya di pantai dengan mengucapkan kata-kata ancaman, “Jika besok kamu tak mendapat gaji, maka ceraikanlah aku!”

Hari itu, muslim pulang ke rumah dengan perasaan kacau. Tanpa diduga, di tengah jalan ia bertemu dengan seorang Yahudi, yang ketika dimintai pekerjaan, ia menyanggupi.

“Ya,” kata si Yahudi mengiyakan.

Sejak saat itu, muslim resmi bekerja kepada si Yahudi. Namun di saat bersamaan, Allah SWT menyuruh malaikat Jibril untuk mendatangi istri si muslim. Tujuannya adalah untuk memberikan gaji atas pekerjaan yang telah dilakukan suaminya. Gaji itu berupa uang sebesar dua puluh sembilan dinar.

“Berikan ini kepada istri muslim. Katakan padanya, “Aku akan selalu bersama muslim selama muslim juga bersama Aku. Karena sekarang ia bekerja kepada si Yahudi, maka aku hanya bisa memberinya uang segini saja. Kelak, ketika ia bekerja lagi kepadaku, maka aku akan memberinya lebih,” firman Allah SWT kepada Jibril.

Sepulang Jibril, dengan membawa satu dinar, istri muslim pergi ke pasar. Tak diduga, ternyata banyak orang mendatanginya (untuk menukar uang itu). Orang-orang membawa uang seribu dirham. Pasalnya, dalam uang yang dibawa istri muslim tersebut tertulis kalimat “Laa ilaaha illahu wahdahu laa syariika lahu”.

“Darimana saja kamu, wahai suamiku?,” tanya istri kepada suaminya yang baru saja tiba di rumah.

Muslim berkata apa adanya, yakni tentang kesibukannya saat ini: bekerja kepada seorang Yahudi. Si istri menimpali, “Kamu ini aneh. Kamu malah meningalkan pekerjaan bersama sang raja, dan memilih si Yahudi.”

Si istri lantas menceritakan semua hal yang ia alami sebelumnya. Mendengar hal itu, Muslim hanya bisa menangis. Bahkan sampai pingsan. Sejak saat itu, ia memutuskan untuk menceraikan istrinya dan memutuskan hijrah ke suatu bukit untuk beribadah di sana sampai ajal menjemput.

Sumber: Al-Qalyubi, Ahmad Shihabuddin bin Salamah. al-Nawadir. Kairo: Penerbit Mustafa al-Babi al-Halabi, 1955.


Editor: Nasirudin Latif