Biografi KH. Idris Lumpur

 
Biografi KH. Idris Lumpur
Sumber Gambar: foto istimewa

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Wafat

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Mengembara Menuntut Ilmu
2.2       Guru-guru Beliau
2.3       Mengasuh Pesantren

3          Penerus Beliau
3.1       Murid-murid Beliau

4         Karier
4.1       Karier Beliau

5          Putranya Menjadi Juru Tulis Syekh Mahfudz Termas
6          Referensi

7          Chart Silsilah Sanad

1 Riwayat Hidup dan Keluarga

 1.1   Lahir
     KH. Idris lahir di sebuah dusun kecil yang terletak di sebelah utara kecamatan Losari Cirebon, tepatnya di Desa Kalirahayu. Ia merupakan anak kedua dari pasangan Kiai Ahmad Sholeh dan Nyai Musyarofah. Tidak diketahui tahun berapa ia lahir, namun dapat diketahui bahwa beliau satu zaman dengan Syekh Mahfudz Termas.

Kakeknya dari pihak ibu, yaitu Kyai Nasim, adalah seorang tokoh alim yang dihormati di Desa Kalirahayu. Sebagaimana anak kiai pada umumnya, KH. Idris mendapatkan pendidikan keagamaan dari orang tuanya. Diajarkanlah KH. Idris kecil oleh ayahnya ilmu tauhid, fiqih, dan akhlak

  1.2   Riwayat Keluarga
     KH Idris melepas lajangnya dengan menikahi seorang wanita bernama Shoimah beliau adalah seorang hafidzul Qur’an dan dikaruniai beberapa anak.

  1.3   Wafat 
     Pada tahun 1915, KH. Idris wafat. Atas pesannya, beliau dimakamkan di sebelah utara Dusun Lumpur, di bawah kedung yang ada di tengah-tengah sungai. Saat ini, kedung tersebut telah menjadi pemakaman umum masyarakat Desa Limbangan. Ziarah Makam KH. Idris Lumpur, Muasis Pesantren Yanbu'ul Ulum Brebes.

 2  Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau

  2.1    Mengembara Menuntut Ilmu  
     Setelah dirasa cukup belajar ilmu agama kepada ayahnya, KH. Idris muda melanjutkan perjalanan intelektualnya ke Tanah Suci. Dengan semangat yang tinggi, beliau berjalan kaki dari Losari menuju pelabuhan Cirebon untuk selanjutnya menuju pelabuhan Jeddah.

Di tengah perjalanan, tepatnya di desa Mundu, KH. Idris singgah sebentar di Mushala untuk melaksanakan shalat dan istirahat. Beliau hendak melanjutkan perjalanannya kembali, namun ketika hendak melangkah, terdengar suara perempuan yang sedang membaca al-Qur’an dengan bacaan yang sangat fasih, baik tajwid maupun makhrojnya, ditambah kemerduan suaranya.

    KH. Idris kagum atas bacaannya tersebut, hingga ia duduk kembali untuk mendengarkan bacaan perempuan itu. Di tengah kekaguman tersebut, datanglah seorang laki-laki yang menghampirinya.Setelah bertanya-tanya, laki-laki itu memperkenalkan dirinya bahwa ia adalah ayah dari sang perempuan yang membaca al-Qur’an. Ia memperkenalkan anak perempuannya itu kepada KH Idris bahwa ia bernama Shoimah dan seorang hafidzul Qur’an.

   Pada akhirnya, ia meminta KH. Idris untuk menjadi menantunya dan KH. Idris menyanggupi permintaannya. Setelah menikah, ia melanjutkan perjalanannya ke Makkah melalui pelabuhan Cirebon.

  2.2   Guru-guru Beliau
     
      Guru-guru beliau sewaktu belajar menuntut ilmu adalah: 

      1. Kiai Ahmad Sholeh
      2. Syekh Abu Bakar bin Syattha
      3. Syeikh Zaini Dahlan

 2.3   Mendirikan dan Mengasuh Pesantren
    
  Setelah beberapa tahun Mbah Idris dan kedua putranya Umar dan Amir bermukim di tanah suci untuk menunaikan haji dan memperdalam ilmu. Mbah Idris dan salah satu dari kedua putraya yaitu Umar kemudian pulang kembali ke kampung halaman, sedangkan Amir tetap tinggal di Mekah. Setelah sampai di kampung halaman, keduanya kembali melakukan aktifitas sehari-harinya sebagaimana layaknya orang-orang alim yaitu mengajar di pesantren dan membimbing masyarakat dengan dibantu oleh putra Mbah Idris yang lain dan menantu-menantunya bahkan keponakan-nya yaitu Kyai Dahlan bin Mas’ud yang bergelar “Shohibus Shout” karena kemerduan suaranya dan kefasihannya di dalam melantun-kan ayat-ayat Al-Qur`an yang sulit dicari tandingannya.

      Dalam pengabdiannya kepada pesantren dan masyarakat, Mbah Idris membagi tugas mengajar para putra-putra dan menantu-menantunya sebagai berikut:
      1. Kyai Umar diberi tugas memimpin Tharekat
      2. Kyai Abdullah Mura’i mengajar Tauhid, Fiqih dan Tasawuf.
      3. Kyai Dahlan mengajar Al-Qur’an, Tafsir dan Hadits
      4. Kyai Kadnawi mengajar Al-Qur`an dan tuntunan shalat di masyarakat

    Sementara Kyai Amir dan Kyai Dawud masih mukim di Mekah, sehingga pesantren lumpur makin bersinar bagai lampu petromak yang menyinari kegelapan malam. Santrinya berdatangan dari mana-mana mulai dari daerah Cirebon sendiri sampai daerah-daerah lain yang ada di sekitarnya, seperti Indramayu, Subang, Karawang, Kuningan, Brebes, Tegal, Pekalongan dan lainnya.

    Kampung Lumpur pun selain dikenal sebagai tempat menuntut ilmu syariat juga menjadi pusat bagi orang-orang yang mau bai’at Tharekat Naqsabandiyah dan ijazah Dalailul Khoirot. Hampir seluruh orang yang mengamalkan Tharekat dan Dalailul Khoirot yang ada di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur bahkan sebagian luar jawa dipastikan jalur sanadnya adalah melalui Mbah Idris ini.

3  Penerus Beliau

 3.1   Anak-anak Beliau
           1. KH. Amir Idris
           2. KH. Umar Idris

3.2    Murid-murid Beliau
     Murid-murid beliau adalah para santri di pesantren Yanbu'ul Ulum lumpur Brebes

4 Karier

4.1  Karier Beliau
 
    Pengasuh pesantren Yanbu'ul Ulum Lumpur Brebes

5  Putranya Menjadi Juru Tulis Syekh Mahfudz Termas

    Di Tanah Suci inilah beliau berkawan karib dengan Syekh Mahfudz Termas. Kelak anak KH. Idris yaitu Amir dititipkan kepada Syekh Mahfudz untuk dibimbing dan diajarkan ilmu agama. Amir dipercaya oleh Syekh Mahfudz sebagai juru tulis pribadi (katib) dirinya. Beberapa manuskrip Syekh Mahfudz Termas seperti Mauhibat Dzi al-Fadhl dan Manhaj Dzawi al-Nadzr ditulis tangan oleh Amir, sehingga karya tersebut ada hingga saat ini.

    Selain menjadi mantu KH Sholeh Darat, Amir inilah yang kelak menjadi ulama Nusantara yang dikenal masyarakat luas. Ia bermukim di Pekalongan, dan dikenal dengan KH. Amir Idris dari Simbang Kulon Pekalongan. Salah satu murid Kiai Amir Idris yang terkenal adalah KH. Muhammadun Pondowan Pati.

    Di Mekkah, KH. Idris belajar kepada ulama-ulama besar yang menjadi rujukan ulama-ulama Nusantara, di antaranya adalah Syekh Abu Bakar bin Syattha, penyusun kitab I’anah at-Tholibin, dan Syeikh Zaini Dahlan. Ia belajar berbagai disiplin ilmu, termasuk aurad dan tarekat. Hal inilah yang menyebabkan beliau dikenal dengan mursyid Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah dan mujiz Dalail al-Khairat

 6  Referensi

            https://bit.ly/3IaDwFB

7    Chart Silsilah Sanad

Berikut ini chart silsilah sanad guru KH. Idris Brebes dapat dilihat DI SINI.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 16 Maret 2022, dan terakhir diedit tanggal 09 September 2022.

 

Lokasi Terkait Beliau

List Lokasi Lainnya