Syeikh Shady Soleiman: Islam Masuk Australia Melalui Pelaut Bugis

 
Syeikh Shady Soleiman: Islam Masuk Australia Melalui Pelaut Bugis
Sumber Gambar: Syeikh Shady Soleiman (Foto ist)

Laduni.ID, Jakarta – Komisi Hubungan Luar Negeri MUI dengan TV MUI mengundang Ketua Majelis Imam Nasional Australia Nation Imam Council (ANIC), Syeikh Shady Soleiman dalam acara wawancara bersama Ketua Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional (HLNKI), Dubes Bunyan Saptomo, di TV MUI, Rabu (16/03).

Syeikh Shady adalah generasi kedua imigran Palestina di Autralia yang lahir dan dibesarkan di Australia dan sempat melanjutkan pendidikan agama Islam di Pakistan dan Suriah.

Berbicara mengenai sejarah masukya islam di Australia dalam kesempatan itu Syaikh Shady Soleiman, mamaparkan bahwa Islam telah masuk Australia 500 tahun lalu melalui perantara pelaut Bugis dan hingga kini ceritanya masih bisa ditemui oleh orang-orang suku Aborigin di Australia Utara.

“Jejak Islam yang dibawa oleh para pelaut Bugis tersebut masih ditemui dalam cerita lisan suku Aborigin di Australia Utara,” ujar pria generasi kedua imigran Palestina di Australia.

Selain itu, ia menambahkan, bahwa penyebaran Islam di Australia juga berasal dari proses penjajahan Inggris ke Australia. Pasukan Inggris membawa sejumlah orang Afghanistan dan Unta untuk membantu Inggris mengarungi gurun pasir di Australia bagian tengah.

“Keislaman keturunan orang Afghanistan tersebut menghilang karena berbaur dengan mayoritas penduduk yang beragama kristen,” imbuhnya.

Menurutnya, pasca perang dunia kedua sebagian besar terdiri dari imigran muslim dan penduduk asli Australia yang mualaf. Namun menjadi tantangan tersendiri untuk menjaga keislaman dan keimannya agar tidak kehilangan.

“Saat ini, masyarakat Islam di Australia bukan saja terdiri dari Imigran muslim, tetapi juga penduduk Australia yang berpindah agama ke Islam. Tantangan terbesar komunitas muslim di Australia adalah menjaga keluarganya tidak kehilangan keimanan dan keislamannya,” ujarnya.

Di tempat yang sama Syeikh Shandy mengatakan, menjelang bulan Ramadhan seperti ini, bagi umat  muslim Australia merupakan waktu yang teramat penting. Pada bulan Ramadhan, mereka seperti mengisi kembali baterai keimanan. Masjid yang selama 11 bulan sepi, menjadi ramai dan penuh jamaah. Silaturahim antar umat yang sebelumnya kendor menjadi terjalin erat kembali.

Pada kesempatan tersebut, ketua Majelis Imam Nasional Syaikh Shady juga menjelaskan dentitas organisasinya yaitu ANIC, sejatinya mirip dengan MUI di Indonesia. Organisasi ini menjadi payung umat Islam di Australia. Sekalipun ANIC adalah organisasi ulama, namun karena istilah ulama kurang populer di Australia dan dunia Barat, maka kata ulama diganti imam. Karena itu, ANIC menjadi organisasi Imam atau Imam Council.

“ANIC membawahi lebih dari 200 Masjid dan Islamic Center di Australia. Majelis ini juga membawahi sejumlah sekolah Islam dan lembaga sertifikasi halal di Australia. Sebenarnya ANIC sudah mempunyai MoU dengan MUI, namun pelaksanaan MoU tersebut belum berjalan. Kami berharap dapat menindaklanjuti MoU yang telah ditandatangani bersama MUI,” pungkasnya. (BS/Azhar/laduni).