Kisah Dzun Nun Al-Misri: Menangis Membuatnya Nyaman

 
Kisah Dzun Nun Al-Misri: Menangis Membuatnya Nyaman
Sumber Gambar: Ekrulila dari Pexels (ilustrasi menangis)

Laduni.ID, Jakarta - Alkisah pada suatu ketika, Dzun Nun Al-Mishri sedang berada dalam perjalanan. Dia berpapasan dengan seorang perempuan, dan sang perempuan tersebut bertanya kepada Dzun Nun, “Dari mana engkau?”  Dzun Nun lalu menjawab, “Aku adalah orang asing yang sedang mengembara.”

Perempuan tersebut berkata kepada Dzun Nun, “Celakalah engkau! Adakah kesedihan yang asing di sisi Allah, sedangkan Dia pelipur orang-orang asing dan penolong orang-orang lemah.”

Mendengar ucapan perempuan tersebut, Dzun Nun tiba-tiba menangis. Sang perempuan yang melihat Dzun Nun menangis sontak bertanya, “Apa yang membuatmu menangis?” Dzun Nun lalu menjawab, “Obat telah menyentuh penyakitku yang lama memborok, dan aku berhasil sembuh dengan cepat.” 

Mendengar ucapan Dzun Nun seperti itu, perempuan tersebut lalu berkata, “Akankah engkau berkata jujur, mengapa engkau menangis?” Mendapat pertanyaan seperti itu, Dzun Nun justru balik bertanya, “Apakah orang jujur tidak menangis?” Perempuan tersebut menjawab, “Tidak.” Dzun Nun pun semakin penasaran dan kembali bertanya, “Kenapa?”

Perempuan itupun kembali menjawab, “Karena menangis membuat hati manusia merasa nyaman, dan menangis adalah tempat bersandar. Hati tidak menyembunyikan apa pun yang lebih berhak disembunyikan selain teriakan lirih dan lantang. Ini merupakan kelemahan para tabib dalam menghilangkan penyakit.”

Mendengar jawaban perempuan tersebut, Wajah Dzun Nun memandanginya, menampakkan rasa kagum atas ucapan perempuan tersebut.

Perempuan itu lalu bertanya kepada Dzun Nun, “Kau kenapa?”
Dzun Nun menjawab, “Aku kagum dengan perkataanmu ini.”

Sang perempuan itu bertanya kembali, “Dan sekarang engkau sudah lupa dengan borok yang engkau tanyakan itu?”

“Tidak seperti itu, aku justru sangat butuh tambahan-tambahan petuah lainnya.” jawab Dzun Nun kepada perempuan tersebut.

Sang perempuan pun berkata, “Engkau benar. Cintailah Rabbmu dan rindukanlah Dia. Karena Dia mempunyai satu hari yang pada hari itu, Dia tercermin di atas kuasa kemulian-Nya bagi para wali dan kekasih-Nya. Lalu Dia mencicipkan mereka secangkir cinta-Nya, sehingga mereka akan merasa dahaga setelahnya, untuk selama-lamanya.”

Tak lama kemudian, perempuan tersebut tersedu serta berseru, lantang dan lirih silih berganti, sambil berkata, “Wahai Tuanku, berapa lama Kau tinggalkan aku di negeri yang tak kudapati di dalamnya seorangpun yang memaksaku untuk menangis seumur hidupku.” Setelah berucap begitu, perempuan tersebut pergi meninggalkan Dzun Nun al-Mishri.


Sumber: Abu Nu’aim al-Asfahani dalam karyanya Hilyatul Auliya’ wa Tabaqat al-Asfiya