Pengorbanan Abu Bakar: Menyelamatkan Rasulullah dari Ancaman Ular

 
Pengorbanan Abu Bakar: Menyelamatkan Rasulullah dari Ancaman Ular
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: Laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Kisah pengorbanan yang diperlihatkan oleh para sahabat sungguh tiada tara. Dari Abu Bakar, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, hingga sahabat-sahabat yang lain, mereka telah menunjukkan keteguhan iman yang luar biasa. Mereka tidak sekali-kali memperhitungkan kerugian yang mungkin terjadi, bahkan risiko kehilangan nyawa pun tidak mereka anggap sebagai halangan. Pengabdian mereka kepada Islam dan Rasulullah SAW tidak terbatas oleh rasa takut atau kepentingan pribadi.

Inilah yang ditunjukkan oleh Abu Bakar As-Shiddiq r.a. sebagai seorang sahabat kepercayaan Rasulullah SAW, ia merelakan semua yang dimilikinya demi keselamatan dan perjuangan dakwah Rasulullah SAW Bahkan ia merelakan nyawanya terancam demi menemani Rasulullah SAW ketika dikejar-kejar oleh para jagal Quraisy untuk dibunuh.

Kisah ini berawal dari keikutsertaan Abu Bakar bersama Rasulullah SAW sebelum meninggalkan kota Makkah. Saat pemuda kafir Quraisy yang berniat memenggal kepala Rasulullah SAW kehilangan jejaknya dan hanya menemukan seorang pemuda bernama Ali bin Abi Thalib di bilik nabi, Abu Bakar mendampingi Rasulullah SAW bersembunyi di gua kecil di Bukit Tsur. Gua inilah yang biasa kita kenal dengan sebutan Gua Tsur.

Abu Bakar tetap setia mendampingi Rasulullah SAW menginap di dalam gua. Walaupun kelelahan, beliau masih tetap merelakan kepala Rasulullah SAW bersandar tidur di atas pangkuannya. Beliau merupakan potret sahabat yang sangat mencintai nabinya.

Ketika Rasulullah SAW terlelap dalam tidurnya, Abu Bakar tetap waspada. Pikirannya dilanda kegelisahan, takut bahwa para penganiaya dari suku Quraisy akan mengetahui keberadaan mereka di gua, dan dengan mudah mengakhiri nyawa Rasulullah dan dirinya sendiri. Abu Bakar tidak sanggup membayangkan konsekuensi tragis tersebut, sehingga ia tetap waspada dan siap menghadapi segala kemungkinan demi melindungi Nabi besar serta dirinya sendiri.

Dengan kegalauan yang hinggap di kepalanya, beliau memaksakan matanya agar tetap terjaga. Beliau mengawasi keadaan di sekitarnya. Hingga ia melihat sebuah lubang di depan kakinya. Ditebaknya, lubang itu adalah lubang ular. Ia khawatir, bisa jadi kapan saja seekor ular keluar dari lubang itu dan menggigit kaki Rasulullah SAW tentu ia tidak merelakan hal itu terjadi.

Abu Bakar menutup lubang ular itu dengan telapak kakinya, tetapi sepertinya penghuni lubang merasa terganggu. Ular itu keluar dan menggigit kakinya. Meskipun tersiksa oleh rasa sakit, Abu Bakar tidak berani membangunkan Rasulullah SAW yang sedang tertidur. Ia menahan rasa sakitnya dengan penuh kesabaran, bahkan hingga air matanya mengalir, jatuh di atas wajah nabi yang tenang, yang masih terlelap di pangkuannya.

Rasulullah SAW pun terbangun. Ia kaget melihat Abu Bakar menangis. Abu Bakar pun memberanikan diri mengadukan keluhannya.

Rasulullah SAW memperhatikan kaki Abu Bakar yang terluka, lalu dengan lembut ia mengusap bekas gigitan ular itu dengan tangannya yang penuh kasih. Tanpa menunggu lama, luka itu pun seketika sembuh. Abu Bakar, yang sebelumnya cemas, kembali merasakan ketenangan dan senyum terukir di wajahnya. Begitu juga dengan Rasulullah SAW, yang tetap tenang dan penuh kepercayaan kepada Allah SWT.

Kedua sahabat itu melanjutkan kehidupan mereka di dalam gua sampai situasi di luar terlihat aman. Mereka menghadapi tantangan dengan kesabaran dan keimanan yang kokoh, hingga akhirnya situasi menjadi aman dan perjalanan menuju Kota Madinah pun dilanjutkan. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 19 April 2022. Tim redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

Sumber:

1. Kitab Fi Bayt Ar-Rasul karya Dr. Nizar Abazhah

2. Buku Sirah Nabi: Sejarah Kehidupan Muhammad saw. Imam Adz-Dzahabi

___________

Editor: Muhammad Iqbal Rabbani