Cara Ampuh Menulis Rajah atau Zimat dan Hukumnya

 
Cara Ampuh Menulis Rajah atau Zimat dan Hukumnya
Sumber Gambar: Ilustrasi foto sedang menulis rajah (foto ist)

Laduni.ID, Jakarta - Di zaman sekarang yang sudah serba modern, masih banyak sebaian orang Indonesia mempercayai hal yang berbau mistis. Salah satunya adalah menggunakan rajah atau zimat sebagai benda keramat yang bertuah.

Rajah adalah tulisan arab atau penggalan ayat Al-Qur’an, doa, dzikir, atau nama-nama Allah yang ditulis di atas selembar kertas atau kain dan kemudian dipakai sebagai kalung atau gelang yang dipercayai bertuah khodam.

Lantas bagaimana hukum menulis rajah ditempel di dinding yang di taruh di atas pintu atau dikalungkan kepada anak-anak dan binatang. Imam Ibnu Hajar ditanya apa hukum menulis azimat-azimat, dan mengantungkannya kepada anak kecil dan binatang?

Maka beliau menjawab, semoga Allah meridhainya. Boleh menulis azimat yang tidak ada padanya sesuatu dari nama-nama yang tidak diketahui maknanya, begitu juga menggantungkannya pada anak adam dan binatang.

Adapun cara menulis rajah sebagai berikut ini :

ﻗﺎﻝ ﺷﻴﺨﻨﺎ ﺍﻟﺠﻮﻫﺮﻱ ﻧﻘﻼ ﻋﻦ ﻣﺸﺎﻳﺨﻪ ﻳﺸﺘﺮﻁ ﻓﻲ ﻛﺎﺗﺐ ﺍﻟﺘﻤﻴﻤﺔ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻋﻠﻰ ﻃﻬﺎﺭﺓ ﻭﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻓﻲ ﻣﻜﺎﻥ ﻃﺎﻫﺮ ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﻋﻨﺪﻩ ﺗﺮﺩﺩ ﻓﻲ ﺻﺤﺘﻬﺎ ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﻘﺼﺪ ﺑﻜﺘﺎﺑﺘﻬﺎ ﺗﺠﺮﺑﺘﻬﺎ ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﺘﻠﻔﻆ ﺑﻤﺎ ﻳﻜﺘﺐ ﻭﺃﻥ ﻳﺤﻔﻈﻬﺎ ﻋﻦ ﺍﻷﺑﺼﺎﺭ ﺑﻞ ﻭﻋﻦ ﺑﺼﺮﻩ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻜﺘﺎﺑﺔ ﻭﺑﺼﺮ ﻣﺎ ﻻ ﻳﻌﻘﻞ ﻭﺃﻥ ﻳﺤﻔﻈﻬﺎ ﻋﻦ ﺍﻟﺸﻤﺲ ﻭﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻗﺎﺻﺪﺍ ﻭﺟﻪ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻲ ﻛﺘﺎﺑﺘﻬﺎ ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﺸﻜﻠﻬﺎ ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﻄﻤﺲ ﺣﺮﻭﻓﻬﺎ ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﻨﻘﻄﻬﺎ ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﺘﺮﺑﻬﺎ ﻭﺃﻥ ﻻ ﻳﻤﺴﻬﺎ ﺑﺤﺪﻳﺪ ﻭﺯﺍﺩ ﺑﻌﻀﻬﻢ ﺷﺮﻃﺎ ﻟﻠﺼﺤﺔ ﻭﻫﻮ ﺃﻥ ﻻ ﻳﻜﺘﺒﻬﺎ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﻌﺼﺮ ﻭﺷﺮﻃﺎ ﻟﻠﺠﻮﺩﺓ ﻭﻫﻮ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﺻﺎﺋﻤﺎ

Dari kitab Hasyiyah as Syarwani Alat Tuhfah juz 1 hal 149 Syaikhuna al Jauhari mengutip riwayat dari guru gurunya, beliau mengatakan, bahwa seorang penulis azimat harus memenuhi beberapa syarat diantaranya :

  1. Dalam keadaan suci
  2. Ditempat yang suci
  3. Jangan sampai meragukan keshohihannya/khasiatnya alias harus mantap
  4. Jangan ada tujuan sekedar mencoba
  5. Jangan melafadzkan pada huruf huruf yang tertulis
  6. Harus dijaga, jangan sampai terlihat orang lain, atau terlihat binatang tak berakal atau bahkan terlihat oleh penulis sendiri setelah azimat tersebut selesai ditulis
  7. Harus dijaga jangan sampai terkena sinar matahari
  8. Ketika menulis diniati hanya mencari ridlo Allah semata
  9. Jangan diharokati
  10. Hurufnya jangan sampai ada yang terhapus
  11. Jangan diberi titik pada hurufnya
  12. Jangan sampai terkena debu
  13. Jangan sampai tersentuh barang dari besi dan sebagian ulama’ menambahkan satu syarat lagi untuk keshohihan/keampuhan azimat yaitu jangan ditulis setelah ashar dan ada satu syarat lagi untuk menambah daya magicnya , yaitu penulis harus dalam keadaan puasa.

Sumber: kitab Hasyiyah as Syarwani Alat Tuhfah juz 1 hal 149 Syaikhuna al Jauhari