Biografi KH. Abdullah Syafi’ie Al-Batawie

 
Biografi KH. Abdullah Syafi’ie Al-Batawie
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Daftar Isi Biografi KH. Abdullah Syafi’ie Al-Batawie

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat

2.    Sanad Keilmuan
2.1  Guru-guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
3.1  Mendirikan Lembaga Pendidikan
3.2  Perintis Berdirinya MUI
3.3  Menjadi Tokoh Penegak Kebenaran
3.4  Mendirikan Pemancar Radio Dakwah Pertama di Jakarta

4.    Teladan

5.    Referensi

 

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir

KH. Abdullah Syafi’ie atau yang kerap dipanggil dengan sapaan H. Dulah merupakan sosok ulama dan tokoh Betawi kelahiran Kampung Bali Matraman, pada 10 Agustus 1910.

1.2 Wafat

KH. Abdullah Syafi’ie wafat pada 3 September 1985. Kepergian beliau meninggalkan duka mendalam bagi masyarakat dan pejabat yang dekat dengan beliau, termasuk ucapan belasungkawa dari Presiden Suharto. Bahkan MUI Pusat mengajak seluruh kaum muslimin untuk melakukan Salat Gaib.

2. Sanad Keilmuan

Semenjak kecil, KH. Abdullah Syafi’ie banyak menuntut ilmu diberbagai tempat dan belajar dari banyak guru.

2.1 Guru-guru Pendidikan KH. Abdul Syafi’ie Al-Batawie

  1. Kiyai Marzuki
  2. Kiyai Musanif
  3. Kiyai Sabeki
  4. Habib Ali bin Husein Al-Attas (Habib Ali Bungur)
  5. Habib Alwi Bin Thahir
  6. Habib Alwi Al Hadad

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah Pendidikan

KH. Abdullah Syafi’ie Al-Batawie adalah sosok yang Kharismatik. Di tengah kesibukannya mendidik para santri, beliau juga berdakwah di berbagai tempat, termasuk di Majelis Taklim As-Syafi’iyah yang berlangsung setiap hari Minggu.

Beliau merupakan salah satu di antara kiyai yang mampu menggugah hati masyarakat untuk larut dalam wejangan beliau. Banyak masyarakat, begitu juga ulama, yang mengucurkan air mata ketika beliau berceramah tentang alam kubur. KH. Abdullah Syafi’ie memang ulama yang mempunyai kharisma yang tinggi.

3.1 Mendirikan Lembaga Pendidikan

Dari hasil belajar tentang ilmu agama yang diperoleh KH. Abdullah Syafi'ie hingga berusia 17 tahun, beliau lalu membuka madrasah di kampung kelahirannya. Lembaga pendidikan agama yang menggunakan tempat bekas kandang sapi. Lembaga pendidikan itu di beri nama Madrasah Islamiyah Ibtidaiyah.

Beberapa tahun kemudian, berganti nama menjadi As-Syafi’iyah. Nama tersebut merupakan perpaduan antara nama Syafi’ie dengan Mazhab Imam Syafi’i yang dianut beliau.

Setelah sekian lama semakin maju dan berkembang lembaga pendidikan yang KH. Abdullah Syafi’ie dirikan, akhirnya beliau mengembangkan kembali sebuah Perguruan As-Syafi’iyah dan melakukan renovasi Masjid Al-Barkah. Sedangkan, di tahun 1960 beliau juga mendirikan lembaga pendidikan di daerah lain seperti Jatiwaringin, Cilangkap, Jakasampurna, Payangan, Cogrek, dan lain-lain.

Terlebih, atas keberkahan beliau, Jatiwaringin dijadikannya sebagai Kota Pelajar. Di Jatiwaringin terdapat Pesantren Putra, Pesantren Putri, Pesantren Tradisional, Pesantren Khusus Yatim As-Syafi’iyah, Taman Kanak-kanak, dan Universitas Islam As-Syafi’iyah.

3.2 Perintis Berdirinya MUI

KH. Abdullah Syafi’ie juga merupakan salah satu pendiri MUI (Majelis Ulama Indonesia). Selain pernah menjabat sebagai Wakil Ketua di MUI Pusat, juga sebagai Ketua Umum MUI DKI Jakarta. Ia juga salah seorang yang giat mengadakan pendidikan dalam pemberantasan buta huruf Al-Quran. Di samping itu, kiai yang cuma mengenyam pendidikan SR kelas dua ini, juga dipercaya sebagai pengurus Badan Kontak Majelis Taklim (BKMT).

3.3 Menjadi Tokoh Penegak Kebenaran

Selain itu, beliau juga merupakan tokoh yang mampu menegakkan kebenaran. Pada suatu kisah, saat Gubernur Ali Sadikin membuat kebijakan tentang masalah perjudian dan makam di DKI Jakarta, beliau menentang keras, karena hal tersebut akan menjermuskan masyarakat. Karena itu, ia dipandang sebagai ulama yang vokal, tegas, dan jujur. Maka, tak heran, kalau para pejabat di DKI Jakarta khususnya sangat menyukai beliau, di samping juga banyak yang memusuhinya.

Di antara pejabat yang dekat dengan beliau dan menyukainya adalah Menteri Agama Munawir Sadzali. KH. Abdullah Syafi'ie diakuinya sebagai guru yang patut dicontoh dan ditiru. Selain itu, KH. Abdullah Syafi’ie juga sangat dekat dengan tokoh-tokoh lain dari berbagai organisasi, seperti dengan Buya Hamka, KH. Hasan Basri, KH. Idham Chalid, dan banyak lagi.

3.4 Mendirikan Pemancar Radio Dakwah Pertama di Jakarta

Selain mendirikan Masjid Al-Barkah pada tahun 1933, KH Abdullah Syafi’ie juga aktif berdakwah melalui radio dan berhasil mendirikan pemancar radio bersama para mahasiswa setelah sukses mendirikan Madrasah dan Akademi Keguruan Pendidikan Islam (AKPI).

Selain bertujuan untuk dakwah, madrasah dan radio tersebut bertujuan untuk meng-counter paham-paham komunis yang sedang berkembang pada saat itu. Pada masa itu Partai Komunis Indonesia (PKI) telah mendirikan Universitas Rakyat (UR) dan memiliki pengaruh yang cukup kuat, sehingga KH. Abdullah Syafi’ie menjaga akidah umat dengan menanamkan pengetahuan islam dan menyerukan untuk menjauhkan diri dari perilaku judi, mabuk-mabukan dan perilaku maksiat yang berpotensi menghancurkan iman.

Keberhasilan KH. Abdullah Syafi’ie dalam mensyiarkan ajaran agama Islam dibuktikan saat puluhan ribu umat Islam Jakarta dan sekitarnya berbondong-bondong menghadiri acara Maulid Nabi Muhammad SAW di Lapangan Istora Senayan. Acara yang dipelopori oleh perguruan As-Syafi’iyah ini membuktikan bahwa dakwah melalui radio sangat efektif dan mendapat perhatian oleh umat Islam Jakarta dan sekitarnya.

Pada tahun 60-an pemancar radio yang didirikan oleh KH. Abdullah Syafi’ie merupakan pemancar radio siaran dakwah swasta pertama di Jakarta.

4. Teladan KH. Abdullah Syafi’ie Al-Batawie

KH. Abdullah Syafi’ie Al-Batawie adalah sosok yang Kharismatik, dalam setiap dakwah beliau baik masyarakat maupun Ulama akan mengucurkan air mata ketika beliau menjelaskan tentang perjalanan hidup setelah kematian.

Beliau dengan ikhlas mencurahkan seluruh tenaga, pikiran , waktu, dan harta bendanya untuk mensyiarkan ajaran Agama Islam. Dengan mendirikan Madrasah, Perguruan tinggi bahkan beliau juga membangun Pemancar Radio yang beliau khususkan untuk dakwah, untuk menangkal siaran-siaran radio dari paham Komunis pada saat itu. Hal ini beliau lakukan secara gigih dan istiqomah hingga akhir hayat beliau

5. Referensi

Diolah dan dikembangkan dari berbagai sumber yang mendukung.


Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 20 Januari 2023, dan kembali diedit dengan penyelarasan bahasa tanggal 10 Agustus 2023.

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya