Biografi Sayyid Muhammad Mauladdawilah bin Ali Shohibud Dark bin Alwi Al-Ghuyur

 
Biografi Sayyid Muhammad Mauladdawilah bin Ali Shohibud Dark bin Alwi Al-Ghuyur

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Riwayat Keluarga
1.3  Nasab
1.4  Wafat

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1  Guru-guru

3.    Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.    Karomah
4.1  Wali Shohibul Ahwal
4.2  Jari-jari yang terbakar
4.3  Darah yang membeku
4.4  Berwudhu di Telaga Al -Kautsar

5.    Referensi

 

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga

1.1 Lahir
Imam Muhammad Maula Ad-Dawilayh, seorang ulama besar yang hafidz ( hafal Al-Qur'an ) lahir pada tahun 705 H / sekitar tahun 1285 M di Tarim Al-Ghonna. Ayahanda beliau adalah Sayyid Ali Shohibud Dark bin Alwi Al-Ghuyur bin Muhammad Al-Faqih Muqaddam dan ibunda beliau adalah Fatimah binti Sa'ad Balayts, seorang perempuan dari salah satu kabilah Arab yang berasal dari kota Inat.

1.2 Riwayat Keluarga
Sayyid Muhammad Mauladdawilah  memiliki dua orang istri,yaitu:
Hababah Aisyah binti Abu Bakar Al-Warak bin Ahmad bin Muhammad Al-Faqih Muqaddam. Dari pernikahan beliau dengan Hababah Aisyah, dikaruniai empat orang anak, yaitu :

  1. Sayyid  Abdurrahman As-Segaf
  2. Sayyid Ali.
  3. Sayyid Abdullah
  4. Hababah Alwiyyah

Hababah Zainab binti Hasan At-Turobi bin Ali bin Sayyidina Al-Faqih Al- Muqaddam. Dari pernikahan beliau dengan Hababah Zainab dikaruniai satu orang putra, bernama Sayyid Alwi

1.3 Nasab

  1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW
  2. Sayyidah Fatimah Az-Zahra Istri Sayyidina Ali bin Abi Thalib
  3. Al- Imam Husein
  4. Al-Imam Ali Zainal Abidin
  5. Al-Imam Muhammad Al-Baqir
  6. Al-Imam Ja’far Shodiq
  7. Al-Imam Ali Uraidhy
  8. Al-Imam Muhammad An-Naqib
  9. Al-Imam Isa Ar-Rumi
  10. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
  11. Sayyid Ubaidillah
  12. Sayyid Alwi Alawiyyin
  13. Sayyid Muhammad
  14. Sayyid Alwi
  15. Sayyid Ali Khala’ Ghasam
  16. Sayyid Muhammad Shahib Marbad
  17. Sayyid Ali
  18. Sayyid Muhammad Al-Fagih Mugaddam
  19. Sayyid Alwi Al-Ghuyur
  20. Sayyid Ali Shahibud Dark
  21. Sayyid Muhammad Mauladdawilah

1.4 Wafat
Sayyid Muhammad Mauladdawilah wafat pada hari Senin tanggal 10 sya'ban 765 H / sekitar 1345 M, beliau dimakamkan di kompleks pemakaman Zanbal Tarim, Hadramaut.
Beberapa hari menjelang wafatnya, beliau mengucapkan bait-bait puisi sebagai tanda cinta kepada Rasulullah SAW :
"Sesungguhnya setiap rumah yang Tuan tempati tak membutuhkan lampu penerang. Wajah Tuan yang bercahaya adalah hujjah kami, pada hari ketika manusia mendatangkan berbagai macam hujjah."
Ketika merasa sebentar lagi akan wafat, beliau melihat Rasulullah SAW memakaikan beliau jubah.

2.  Sanad Ilmu dan Pendidikan

Sejak kecil beliau sudah yatim, kemudian diasuh dan dibesarkan oleh pamannya Sayyid Abdullah. Selama diasuh oleh sang paman itulah Sayyid Muhammad mendapat pendidikan agama secara intensif, itulah sebabnya dalam usia remaja beliau sudah menguasai ilmu agama cukup tinggi dan akhlaq yang mulia. Seperti halnya para ulama dan awliya asal Hadramaut, beliau juga suka berkelana ke berbagai negeri untuk beribadah dan menimba ilmu.

Ketika menunaikan ibadah haji, misalnya Sayyid Muhammad bermukim di Madinah untuk belajar ilmu fiqih. Bukan hanya itu, setiap kali mempelajari ilmu syari'at, beliau selalu mengamalkannya. Maka wajarlah jika di masa tuanya, beliau mendapat kemuliaan dari Allah SWT, sebagaimana para ulama besar lainnya.

2.1 Guru-guru Beliau

  1. Sayyid Abdullah Ba’ Alawi bin Alwi Al Ghuyur bin Muhammad Al-Faqih Muqaddam
  2. Sayyid Hasan At-Turabi bin Ali bin Muhammad Al-Faqih Muqaddam
  3. Sayyid Abu Bakar Al-Warak bin Ahmad bin Muhammad Al-Faqih Muqaddam
  4. Sayyid Alwi bin Ahmad bin Muhammad Al-Faqih Muqaddam
  5. Sayyid Umar bin Ahmad bin Muhammad Al-Faqih Muqaddam
  6. Sayyid Muhammad bin Ahmad bin Muhammad Al-Faqih Muqaddam

3.  Perjalanan Hidup dan Dakwah

Sayyid Muhammad Mauladdawilah adalah ulama yang tawadhu' dan banyak melatih diri dengan berbagai jenis ibadah serta amal kebajikan. Beberapa amalan yang beliau lakukan kebanyakan berhubungan dengan hati, sehingga sangat berpengaruh pada akhlaqnya. Begitu tawadhu'nya, sehingga beliau selalu menyembunyikan amal ibadahnya dari pandangan orang lain, bahkan juga dari anggota keluarganya sendiri.

Misalnya, Sayyid Muhammad suka mengasingkan diri di padang pasir atau dusun yang tak berpenghuni, karena riyadhah atau tirakat yang luar biasa itulah, beliau banyak mendapatkan karamah dari Allah SWT. Belakangan beliau memilih sebuah tempat terpencil untuk berkhalwat di Yabhur, dekat makam Nabi Hud, terutama karena disana terdapat sebuah telaga yang airnya sangat jernih. Disanalah pula beliau membangun sebuah rumah kecil untuk tempat tinggalnya. Karenanya beliau termasyhur dengan gelar "Maula Ad-Dawilah" dan " Shohib Yabhur".

Tak lama kemudian beberapa pengikut beliau datang ikut menghuni kawasan disekitarnya, sehingga lambat laun berkembang menjadi ramai. Pemukiman yang semula hanya terdiri dari beberapa keluarga kecil itu makin lama berkembang menjadi sebuah desa yang maju, dan dikenal sebagai Yabhur Ad-Dawilah. Ad-Dawilayh sendiri dalam bahasa arab Hadramaut berarti sama dengan Al-'Atiqah ( Merdeka ).

Bagi orang awam, Imam Muhammad Maula Dawilah dikenal sebagai wali yang suka berprilaku aneh. Sesekali beliau mengenakan pakaian compang camping. Adakalanya beliau mendekati penguasa, di lain waktu beliau menjauh dari kaum birokrat dan mendekati rakyat kecil yang tak mampu.

Kelebihannya, beliau sering menjalani hidup dengan berbagai amal ibadah dan kebajikan. Di antaranya bangun di tengah malam untuk shalat Tahajud dan senantiasa berpuasa. Konon Sayyid Muhammad hampir selalu melakukan shalat shubuh dengan Wudhu sejak waktu isya, kebiasaan yang berjalan selama 20 tahun. Beliau juga membiasakan berpuasa selama 40 hari berturut-turut di musim panas.

Mengenai karamah dan kedekatannya dengan Allah SWT, beliau pernah mengungkapkan sebuah kiasan yang sangat indah :
"Aku biasa menyebut Allah SWT dengan lisan dan hati. Kemudian, bentuk-bentuk huruf yang terucap dengan lisan itu lenyap, dan yang tersisa hanyalah cahaya yang memancar di dalam hati hingga sampai ke hadirat Allah SWT."

Bukan hanya dikenal sebagai ulama, beliau juga seorang penyair yang sangat piawai merangkai kata. Beliau sering menyampaikan nasihat dalam bahasa yang indah. Misalnya :

"Sesungguhnya aku tidak takut miskin, sebab yakin bahwa karunia Allah lebih dekat dari yang di tanganku. Sesungguhnya aku tidak membenci kematian, sebab yang membenci kematian berarti membenci bertemu dengan Allah SWT. Aku tidak pernah membenci tamu, meskipun tidak memiliki sesuatu yang dapat aku hidangkan."

Suatu hari ketika Imam Muhammad Mauladdawilah hendak tampil sebagai imam shalat di masjid Ba' Alawi, beberapa orang mencegahnya salah seorang di antara mereka berkata; "Engkau seorang Arab dusun, tidak pantas menjadi imam!"
Usai mengimami shalat, dengan tenang dan santun beliau menguraikan sebuah surah Al-Qur'an dengan cara yang sangat mempesona. Hal itu membuat para Jamaah sadar bahwa beliau memang ulama yang berilmu.

4.  Karomah-karomah

4.1 Wali Shohibul Ahwal
Sayyid Muhammad Mauladdawilah dikenal sebagai seorang Wali Shohibul Ahwal, dikarenakan banyak kejadian luar biasa yang tejadi seputar beliau ini. Secara sederhana, Hal ini bisa diartikan dalam bahasa modern adalah reaksi kimia dari resonansi hati yang merupakan efek langsung dari aktifitas yang sangat tinggi dari setiap faktor ataupun unsur batin secara menyeluruh ( dari ibadat ) yang telah sempurna, secara intens dalam waktu yang bersamaan.

Disebabkan setiap faktor tadi telah mencapai intensitas maksimum yang lalu terjalin menjadi satu dalam ( sifat ) hal yang sedang dialami kemudian berproses lebih lanjut menimbulkan reaksi metafisika yang tervisual menjadi sesuatu yang terlihat luar biasa, sebagai tanda "benarnya" aktifitas hal itu sendiri. Nilai "benar" disini menjadi penting sekali bila dikaitkan dengan benar tidaknya "penempatan" didalam kosmos hati, sebagai perbedaan yang mana timbul dari sifat manusiawi ataukah Rabbany ( berasal dari Allah SWT ). Karena hal timbul semata karena berasal dari Allah SWT bukan karena sebab lain seperti sifat manusia secara psikologis.

Merupakan kesepakatan di kalangan Wali bahwa asas hal adalah Mahabbah ( cinta Allah dan Rasul Allah SWT ), maka bila benar Mahabbah-Nya, benar pula hal-nya, ketiadaan Mahabbah tadi menafikan hal. Sebagai contoh yang paling mudah dari hal awam, adalah orang yang telah sungguh-sungguh bertobat dari dosa besar, mustahil tidak merasa sedih, takut ataupun malu bilamana teringat dengan perbuatannya, baik itu dikala ia menghadapkan dirinya kepada tuhannya ketika sholat ataupun bermunajah, mestilah ia menangis, dikarenakan takut ( khauf ) dan pengharapan ( Roja' ) akan rahmat Allah SWT ( takut dan pengharapan disini adalah hal ).

Menangis, hanyalah bentuk visual, dalam contoh hal ini "penyesalan yang mendalam" adalah pemicunya. Seperti inilah contoh cikal bakal apa yang disebut hal. Logisnya bilamana hal ini terjadi pada diri seorang Wali tentulah kadar hal nya pun akan jauh lebih tinggi sekali dan visualnya sangat luar biasa. Berbeda dengan "Maqom", hal tidak bersifat permanen, hanya bersifat sementara, selama aktifitas dari hati berlangsung.

4.2 Jari-jari yang terbakar
Al-Faqih As-Sholeh Muhammad bin Abdullah bercerita :
"Kami sering melihat di jari dan di anggota tubuh yang lain pada diri Sayyid Muhammad Mauladdawilah ada bekas hitam seperti bekas terbakar, tanda seperti ini selalu kami dapati hingga beliau wafat, dan tanda ini sering muncul apabila beliau dalam keadaan hal Khauf.

Sayyid  Abdurrahman As-Segaf juga meriwayatkan sebagian hal ayah beliau Sayyid Muhammad Mauladdawilah : “Ada bekas hitam seperti bekas terbakar, tanda seperti itu selalu kami dapati hingga beliau wafat. "Bilamana ayahku sedang membaca satu ayat Al-Khauf, maka lidah beliau seolah-olah menjadi bara.

Dan tak lama kemudian akan terlihat bibir beliau terbakar, karena dahsyatnya rasa Khauf beliau kepada Allah SWT. Dan ayahandaku pernah berkata kepadaku : "Kalau sekiranya lidahku berada diluar badanku ketika aku sedang membaca ayat Al-Qur'an niscaya akan aku bakar lidahku dengan tanganku sendiri sebagai peringatan bagi diriku sendiri agar bertaqwa kepada Allah SWT."

Dan bilamana beliau sedang membaca Al-Qur'an tersebut, Kami ( Anak-anak Sayyid Muhammad Mauladdawilah ) ambil, beliau pun tidak akan sadar, karena kekhusukan yang tinggi dalam membaca Al-Qur'an.

4.3 Darah yang membeku.
Sayyid Abdurrahman As-Segaf bercerita : "Sekali Waktu ayahandaku mendapatkan Hal dan Hal ini berlangsung lama ampai 7 hari berturut-turut sehingga membuat beliau kepayahan. Di tubuh beliau kala itu aku dapati adanya darah hitam, atau bekas lebam kehitam-hitaman. Kalau sekiranya badan ayahandaku tidak kuat, maka hal yang beliau alami tersebut hampir-hampir membunuh ayahku."

"Ketika diriku sedang berada di sisi ayahandaku menjelang wafatnya beliau, aku mendengar suatu suara yang berasal dari dada beliau. Maka terlintas di hatiku keraguan, apakah ini memang kematian seorang sufi. Maka tiba-tiba kedua mata ayahandaku terbuka dan beliau mengkasyaf akan isi hatiku. Beliau berkata : "Sesungguhnya aku melihat buruk sangka di dalam hatimu. Ketahuilah olehmu bahwa suara yang engkau dengar itu berasal dari suara berzikirnya hatiku mengingat Allah SWT."

4.4 Berwudhu di Telaga Al -Kautsar
Berkata Syaikh Muhammad bin Hasan al-Mualim: "Saya menyaksikan bahwa Sayyid Muhammad Mauladdawilah berada dalam kasih sayang Allah SWT setelah wafatnya". Suatu hari Sayyid Muhammad Mauladdawilah hadir bersama paman dan guru beliau Sayyid Abdullah Ba'Alawi. Ketika datang waktu shalat, beliau langsung menunaikan shalat tanpa terlebih dahulu mengambil wudhu' dan ketika ditanya , Sayyid Muhammad Mauladdawilah berkata: "Demi Allah SWT, sesungguhnya saya telah minum dan berwudhu' dengan air di Telaga Kautsar". Kemudian beliau menggerakkan jenggotnya, maka meneteslah air dari jenggot beliau itu. Telaga Kautsar adalah salah satu telaga yang berada di surga.

Karomah-karomah Lainnya
Al-Faqih Ali bin Silim meriwayatkan: Pada suatu hari Sayyid Muhammad Mauladdawilah datang ke rumahnya dan memegang rumah tersebut dengan jari-jarinya. Lalu ia berkata kepada penghuni rumah tersebut: Keluarlah kamu sekalian wahai penghuni rumah. Maka keluar semua yang ada di dalam rumah tersebut. Setelah itu beliau melepaskan tangannya dan menjauh dari rumah itu, maka tidak lama kemudian rumah itu roboh dan semua penghuni rumah tersebut selamat.
Berkata Sayyid Abdurahman As-Segaf:

"Ayahku berkata kepadaku: ketika aku sedang sakit datang dua orang malaikat dengan sebuah bejana dan di dalamnya terdapat sesuatu yang berwarna putih seperti susu, maka aku minum apa yang ada dalam bejana itu sampai habis, rasa cairan yang aku minum lebih manis dari madu. Maka beliau berkata: dari mana cairan ini? Malaikat tersebut menjawab: dari mata air Salsabila.

5. Referensi

  1. Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba’alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi Ba’alawy
  2. Alawiyin, Asal Usul & Peranannya, karya Sayyid Alwi bin Ahmad Bilfaqih
  3. Kitab Syamsu Dzahirah Fi Nasabi Ahlibait
  4. Kitab Masrurrawi Fi Manaqib Bani Alawi
  5. Buku Menelusuri Silsilah Suci Bani Alawi

 

 

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya