Sikap Datuk Kalampayan Menanggapi Ajaran Wahdatul Wujud Syekh Abdul Hamid Abulung

 
Sikap Datuk Kalampayan Menanggapi Ajaran Wahdatul Wujud Syekh Abdul Hamid Abulung
Sumber Gambar: Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (foto ist)

Laduni.ID, Jakarta - Selain ilmu fiqih, Datuk Kalampayan juga ahli ilmu tasawuf. Beliau begitu giat mengembangkan tarekat sammaniyah di Banjar.

Kemudian dimasa itu muncul lah Syekh Abdul Hamid dengan ajaran "Wahdatul Wujud." Rupanya ajaran beliau agak sedikit menimbulkan perselisihan paham dan sampailah hal ini ke telinga Sultan Banjar. Sultan Banjar pun meminta saran kepada Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Datu Kalampayan Martapura).

Lalu Datuk Kalampayan pun memberi saran kepada Sultan : Ajaklah berunding, bila gagal, tolaklah secara bijaksana, tapi kalau belum berhasil, maka hal ini Sultan harus mempertimbangkannya secara seksama.

Sultan Banjar pun melaksanakan saran tersebut. Namun ternyata gagal. Maka Sultan putuskan hukuman mati kepada Syekh Abdul Hamid karena dianggap membahayakan orang banyak. Maka keputusan hukuman mati Syekh Abdul Hamid bukanlah keputusan Datuk Kalampayan.

Syekh Abdul Hamid pun di hukum mati dan dimakamkan di kampung Abulung Martapura. Menurut riwayat, saat Syekh Abdul Hamid di hukum mati, memancarlah darah dengan kalimat yang berbunyi "la Ilaha ilallah"

Yang harus diperhatikan disini adalah, keputusan hukuman mati kepada syekh Abdul Hamid Abulung bukanlah keputusan Datuk Kalampayan. Pendapat ini begitu banyak tersebar, bahkan di buku buku sejarah sekalipun. Padahal Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari tetap menyarankan agar diselesaikan secara bijaksana


Sumber : Buku Maulana Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari (Tulisan Abu Daudi, sub judul "Terlibat Dalam Masalah Tasawuf " hal 58)