Lima Tips dalam Menjaga Lisan dari Imam Ghazali

 
Lima Tips dalam Menjaga Lisan dari Imam Ghazali
Sumber Gambar: Ilustrasi menjaga lisan (foto ist)

Laduni.ID, Jakarta - Dalam kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali, terdapat banyak penekanan khusus mengenai pentingnya menjaga lisan. Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa lidah itu bagaikan pedang bermata dua, bisa mendatangkan hal baik dan bisa juga membawa kerugian.

Sebelum berbicara kita harus sadari bahwa setiap perkataan yang kita ucapkan sangat berarti dan akan berefek kepada diri sendiri dan orang lain. Menjaga lisan menjadi hal yang penting untuk melindungi hati dari hal tidak berguna dan memberikan ruang bagi dzikir Allah.

“Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaf ayat 18)

“Sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.” (QS. Al-Fajr ayat 14)

Imam Al-Ghazali menjabarkan beberapa hal penting yang harus diperhatikan dalam menjaga lisan. Berikut ini lima tips dalam  menjaga lisan:

1. Jauhi Pembicaraan Tidak Bermanfaat

“Kemana kamu pergi, siapa yang kamu lihat, apa yang kamu lakukan, dan berapa harga bawang yang kamu bayar di pasar adalah hal-hal yang termasuk kategori tidak penting,” ujar Imam Al-Ghazali ketika membicarakan ciri-ciri orang yang mendedikasikan hidupnya di jalan Nabi. Membicarakan hal yang tidak bermanfaat seringkali membuat manusia lupa untuk berdzikir dan mengingat Allah.

2. Jangan Boros Berbicara

Bicaralah seperlunya dan langsung kepada poin yang dimaksud. Kebanyakan orang merasa perlu membicarakan sesuatu yang sepele terus menerus, padahal belum tentu hal tersebut penting.

3. Hindari Obrolan-obrolan Batil

Hindari pembicaraan tentang hal-hal yang sebenarnya haram untuk dilakukan. Bahkan membicarakan kebatilan sambil mengutuk perbuatan tersebut juga tidak dianjurkan. Karena setiap pembicaraan kita akan terpatri dalam hati dan akan membuat kita mengingatnya kembali.

4. Jauhi Perdebatan

Yang dimaksud perdebatan adalah perkataan dengan tujuan mendiamkan atau mengalahkan orang lain dengan alasan yang bertujuan untuk mengungkapkan kekurangan dan kelemahan sehingga akan terlihat cacat dan kebodohannya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengatakan bahwa,

“Orang yang paling dibenci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya.” (HR. Imam Al-Bukhari)

5. Jauhi Perkataan yang Menyakiti Orang Lain

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyukai orang yang menyenangkan, rendah hati, dan mudah bergaul dengan sesama. Untuk memenuhi hal tersebut kita harus menjaga lisan dengan menjauhi perkataan caci maki, mengandung kedengkian, dan menjatuhkan harga diri orang lain.

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barang siapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS Al-Hujuraat ayat 11)

Bicara Itu Bukan Hanya Sekedar Lisan

Berbicara atau menyampaikan sesuatu tidak hanya dilakukan secara lisan. Di zaman modern seperti saat ini, menjaga lisan juga berarti membatasi hal yang kita tulis atau bagikan di media sosial.

Apapun yang kita bagikan di media sosial meskipun kita tidak mengatakan atau membuatnya, maka kita akan ikut berperan dalam pengaruh pesan tersebut kepada orang lain. Dan hal ini sangatlah penting untuk diperhatikan.

Berapa banyak orang yang terfitnah dan rusak reputasinya karena sesuatu yang terjadi di internet atau media sosial? Jika seseorang tertangkap kamera melakukan atau mengatakan sesuatu yang rasis atau kasar kepada orang lain, dan ada yang menangkapnya dalam kamera. Maka kebanyakan orang merasa bahwa Orang ini perlu diberi pelajaran, mari kita sebarkan kelakuan buruknya agar semua orang tau dan Ia merasa malu”.

Namun setelah itu apa? Sekarang kita tau siapa mereka, lalu apa? Apakah kita harus menghapus mereka dari muka bumi karena telah melakukan hal buruk? Apakah sebesar itu dosa mereka hingga mereka harus dipermalukan di depan umum, mendapat tekanan dari masyarakat, dan berkemungkinan kehilangan pekerjaan mereka?

Berbicara di media sosial menjadi alat yang kuat, terutama sekarang ketika kita semua orang memiliki akses ke media sosial. Dalam hitungan menit, sesuatu bisa tersebar secara eksponensial ke seluruh bagian dunia.

Kita seharusnya lebih berhati-hati dalam menjaga perkataan baik yang lisan ataupun yang kita tulis di media sosial, karena setiap perkataan dan tulisan akan kita pertanggung jawabkan nanti di akhirat.


Sumber: Dikutip dari kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al-Ghazali