Biografi Sayyid Alwi Al-Ghuyur bin Muhammad Al-Faqih Mugaddam bin Ali

 
Biografi Sayyid Alwi Al-Ghuyur bin Muhammad Al-Faqih Mugaddam bin Ali
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID

Daftar isi Biografi Sayyid Alwi Al-Ghuyur bin Muhammad Al-Faqih Mugaddam bin Ali

1.        Riwayat Hidup
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Nasab
1.4       Wafat

2.        Sanad Ilmu dan Pendidikan
2.1       Guru
2.2       Murid-murid

3.        Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.        Referensi

 

1.   Riwayat Hidup

1.1 Lahir
Sayyid Alwi Al-Ghuyur dilahirkan di Tarim, Hadramaut, pada abad ke enam Hijriah. Ayah beliau adalah Sayyid Muhammad Al-Faqih Mugaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath. Ibunda beliau adalah Sayyidah Zainab,yang dijuluki Ummul Fuqara, putri Sayyid Ahmad bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khala’ Ghasam

1.2 Riwayat Keluarga
Dari pernikahannya Sayyid Alwi Al-Ghuyur bin Muhammad Al-Faqih Mugaddam dengan Sayyidah Fatimah binti Ahmad bin Alwi Ammul Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath dikaruniai dua anak laki-laki, yaitu

  1. Sayyid Ali Shohibud Dark
  2. Sayyid Abdullah

1.3  Nasab
Sayyid Sayyid Alwi Al-Ghuyur bin Muhammad Al-Faqih Mugaddam bin Ali masih keturunan dari Nabi Muhammad Rasulullah SAW. Dengan urutan silsilah sebagai berikut :

  1. Nabi Muhammad Rasulullah SAW
  2. Sayyidah Fatimah Az-Zahra Istri Sayyidina Ali bin Abi Thalib
  3. Al- Imam Husein
  4. Al-Imam Ali Zainal Abidin
  5. Al-Imam Muhammad Al-Baqir
  6. Al-Imam Ja’far Shodiq
  7. Al-Imam Ali Uraidhy
  8. Al-Imam Muhammad An-Naqib
  9. Al-Imam Isa Ar-Rumi
  10. Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
  11. Sayyid Ubaidillah
  12. Sayyid Alwi Alawiyyin
  13. Sayyid Muhammad
  14. Sayyid Alwi
  15. Sayyid Ali Khala’ Ghasam
  16. Sayyid Muhammad Shahib Marbad
  17. Sayyid Ali
  18. Sayyid Muhammad Al-Fagih Mugaddam
  19. Sayyid Alwi Al-Ghuyur

1.4 Wafat
Sayyid  Alwi Al-Ghuyur bin Muhammad Al-Faqih Mugaddam wafat pada hari jum’at 12 Zulkaidah 669 H / 1271 M. Jasad beliau disemayamkan di makam Zanbal, Tarim, disebelah timur makam ayahandanya.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

Imam Alwi bin Muhammad lahir di Tarim, beliau dibesarkan dan dididik dalam asuhan ayahandanya. Beliau mendapat pendidikan langsung, mengenai berbagai pengetahuan agama, sejak kecil beliau sudah hafal Al-qur’an. Bahkan sejak muda beliau sudah mempelajari tarekat. Itulah sebabnya, dia juga ahli zuhud, wali yang mempunyai maqam tinggi dan karamah yang luar biasa.

Suatu hari, ayahandanya, Muhammad Al-Faqih Mugaddam, memuji dan memberikan isyarat bahwa pada suatu saat nanti anaknya akan menjadi seorang wali yang agung. Dan menurut para ulama, rahasia keilmuan ayahandanya pindah ke dalam pribadi anaknya.

2.1 Guru Beliau
Sayyid Muhammad Al-Faqih Mugaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath (Ayah )

2.2 Murid-murid

  1. Sayyid Abdullah Ba “Alawi
  2. Sayyid Ali
  3. Sayyid Ahmad Al-Faqih
  4. Syekh Ali bin Salim
  5. Syekh Ahmad Muhammad Bamukhtar
  6. dan sejumlah ulama kenamaan lainnya.

3. Perjalanan Hidup dan Dakwah

Sayyid Alwi Al-Ghuyur di Tarim, Hadramaut, boleh dibilang merupakan “Gudang Ulama”. Beliau mendapat julukan Al-Ghuyur, yang berarti “ dicemburui “. Julukan itu diberikan kepadanya karena, ketika itu, tidak seorang pun dari keluarga Bani Alawy di zamannya yang bernama Alwi. Sehingga ketika beliau dinamai Alwi, dan itu merupakan suatu kehormatan. Banyak orang cemburu kepada beliau. Ketika itu, jika ada yang yang berniat memberi nama Alwi kepada seorang anak biasanya urung, dan lebih memilih nama lain. Barangkali juga lantaran ilmu agamanya yang sangat tinggi, sehingga banyak orang “cemburu” dalam arti positif kepada beliau. Di samping itu beliau hafal Al-Quran, beliau juga dapat mendengar tasbihnya benda-benda mati.

Telah diriwayatkan bahwa Imam Alwi diperintahkan ayahnya mencari rumput untuk makanan kambing, maka beliau kembali kepada sang ayah dan tidak jadi memotong rumput tersebut, beliau berkata: "Bagaimana saya dapat memotong rumput itu, karena ketika ingin memotongnya saya saksikan rumput tersebut sedang bertasbih kepada Allah SWT dan saya merasa malu untuk memotongnya".

Imam Alwi bin Muhammad mempunyai wilayah/kekuasaan mutlak yang diberikan oleh Allah SWT. Allah telah mengangkat derajat beliau dengan memiliki rahasia ketuhanan dan alam barzah, mengetahui kesengsaraan dan kebahagiaan seseorang, sehingga beliau berkata: "Kedudukanku adalah sama dengan kedudukan al-Junaid". al-Junaid adalah seorang pemimpin kaum sufi. Pada suatu hari ayahnya berkata kepadanya dan ketika itu ia masih kecil: "Engkau mengetahui segala kesusahan dan kebahagiaan, maka bacalah apa yang ada di keningku. Maka dibacanya sesuatu yang mengandung kebahagiaan dan diberitahukan kepada ayahnya".

Sayyid Alwi Al-Ghuyur juga dikenal sebagai ulama yang suka bersyukur, suka menyantuni yang orang lain, dan suka mengabulkan permohonan orang lemah. Siapa saja yang datang kepadanya dan membutuhkan pertolongan, pasti cepat mendapat pertolongan. Dalam kitab Al-Qurar, Sayid Al-allamah al-imam Muhammad bin Alwi al-Khirid Ba’alawy menulis, Syech Abdurrahman bin Ali mengabarkan kepadaku, bahwa para ulama besar berkata :

“Ada tiga orang keluarga Bani Alawy yang semangatnya senantiasa terpelihara. Mereka cepat memberikan pertolongan kepada orang-orang yang membutuhkan. Mereka adalah Alwi Al-Ghuyur dan anaknya, yaitu Ali, serta Syekh Umar al-Muhdhar.”

Beliau mempunyai banyak karamah. Salah satunya, jika berkata mengenai sesuatu, “Kun! ( jadilah )”, maka jadilah sesuatu, seperti yang dikehendakinya, dengan seizin Allah SWT. Wajar jika banyak Ulama besar dan Aulia di zamannya yang menukil ucapan-ucapannya. beliau juga mampu mengenali orang-orang yang celaka dan bahagia. beliau dapat mengetahui siapa yang bernasib baik, dan siapa yang bernasib buruk,

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:“Takutlah kalian kepada firasat seorang mukmin. Sesungguhnya seorang mukmin dapat melihat dengan cahaya Allah.”

“Al-Imam Alwi al-Ghuyur adalah pengganti orang-orang dahulu.”. kata para Ulama.

Maka, praktis derajat kewalian terbesar yang dimiliki Alwi al-Ghuyur diperoleh dari orang tuanya, yang dikenal sebagai sesepuh para wali dan pemuka orang-orang bertaqwa.

Ada suatu riwayat ketika menunaikan ibadah haji, Sayyid Alwi al-Ghuyur memperbanyak ibadah umrah,shalat dan bertawaf, baik siang maupun malam. Ia juga memperdalam ilmu agama kepada sejumlah ulama besar yang mengajar di Masjidil haram, Mekah. Setelah menunaikan ibadah haji dan umrah, ia berziarah ke makam Rasulullah SAW di Masjid Nabawi, Medinah.

Di makam datuknya itu beliau bertanya:“dimanakah kedudukanku disisimu, wahai kakek?”
konon, Rasulullah SAW menjawab pertanyaan Alwi al-Ghuyur,; “Di kedua belah mataku.”
Lalu Rasulullah SAW bertanya:“Dan dimanakah kedudukanku di sisimu, wahai Syekh Alwi?”
Maka Alwi al-Ghuyur pun menjawab: “Di atas kepalaku.”
Kemudian Sayyidina Abu bakar Ash-Shiddiq, yang makamnya disamping Rasulullah, bertanya:

“Bagaimana engkau menempatkan Rasulullah demikian? Dia menempatkanmu di kedua belah matanya, sedangkan engkau menempatkannya di atas kepalamu. Tidak ada sesuatu yang dapat menyamai kedua belah mata. Engkau harus mensyukurinya dengan bersedekah kepada fakir miskin sebanyak 100 dinar.”

Sayyid Alwi al-Ghuyur tak menjawab pertanyaan Sayyidina Abu bakar Ash-Shiddiq. Namun, setelah beberapa waktu bermukim di Madinah, ia pulang ke Tarim dan membagikan sedekah 100 dinar kepada sejumlah faqir miskin sebagai tanda syukur. Sejak itu banyak orang bertamu, dan dengan senang hati Alwi Al-Ghuyur mendidik dan menuntun mereka ke jalan Allah. Pada saat-saat sepertiitu, beliau sengaja memperlambat untuk menikah, hingga suatu saat calon keturunannya berkata dari arah punggungnya:

“Kami telah berada di punggungmu, cepatlah menikah. Kalau tidak, kami akan keluar dari punggungmu”.

Mendapat teguran semacam itu, ia segera menikah dengan Hababah Fatimah binti Ahmad bin Alwi bin Muhammad Shahib Mirbath. Ketika istrinya hamil, berkatalah si jabang bayi dari rahim istrinya:

”Aku anak saleh. Aku hamba yang saleh.”

Ketika saudaranya Sayyid Abdullah bin Muhammad al-Faqih al-Muqaddam wafat, kepada beliau Rasulullah memberinya baju dan memerintahkan untuk memakaikannya sebagai kafan kepada saudaranya. Maka dipakaikannya baju tersebut kepada Syaikh Abdullah dan berkata: "Sesungguhnya saudaraku Abdullah adalah seorang wali quthub pada zamannya".

Suatu hari Alwi al-Ghuyur dicaci maki oleh seorang lelaki didepan khalayak ramai, hanya gara-gara dia tidak berkunjung ke rumah lelaki itu. Lelaki itu tersebut mempunyai khadam, pembantu dari kalangan jin, yang setiap saat mendemontrasikan kebolehannya. Jika ada yang menolak kebolehan jin tersebut, dia dizalimi dengan menggunakan tangan orang lain.

Ketika lelaki itu sedang mencaci maki Alwi al-Ghuyur, tiba-tiba Isa bin Amru, seorang lelaki dari bani haram, menempeleng wajahnya.“kalau kamu mencaci maki Sayyid Alwi, apakah kami harus diam?”

Setelah ditempeleng, lelaki pemelihara jin itu mengucapkan kata-kata ancaman kepada Isa bin Amru. Khawatir akan ancaman lelaki tersebut, Isa bin Amru kemudian menemui Sayyid Alwi al-Ghuyur.

“Kamu jangan takut” kata Alwi al-Ghuyur.

Tapi Isa bin Amru tetap takut dan tak berani beranjak dari sisi Sayyid Alwi al-Ghuyur. Akhirnya Sayyid Alwi al- Ghuyur pergi ke masjid dan menggerak-gerakan pintunya hingga terdengar suara berderit-derit. Kemudian ia pergi ke pintu lainnya dan menggerak-gerakkannya seperti terhadap pintu pertama.

”Ini suara lelaki itu dan suara jin yang selalu ia gunakan untuk mengganggu orang lain. Kini jin itu telah terbunuh, dan lelaki sudah melarikan diri dari Tarim.” Kata Sayyid Alwi Al-Ghuyur.

4. Referensi

  1. Disarikan dari Syarh Al-Ainiyyah, Nadzm Sayyidina Al-Habib Al-Qutub Abdullah bin Alwi Alhaddad Ba’alawy, karya Al-Allamah Al-Habib Ahmad bin Zain Alhabsyi Ba’alawy
  2. Alawiyin, Asal Usul & Peranannya, karya Alwi Ibnu Ahmad Bilfaqih
 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya