Seringkali kita tidak bisa membedakan keduanya, sehingga kita menjadi “alergi” dengan perbedaan pendapat. Atau, biasanya, kita “ngedumel” kepada ulama yang punya pendapat lain, seraya berkata, “kita kan umat yang satu, kenapa harus berbeda pendapat!”.
Patut kita syukuri karena sebagian umat Islam ada ghiroh dan semangat mempelajari Islam. Sayangnya tidak sempat lama seperti di Pesantren yang 24 jam diajari penuh ilmu Agama. Mereka mempelajari ilmu-ilmu Agama melalui majlis ta'lim yang berjalan 1-2 jam, di internet yang kepotong kuota, di grup-grup WA sambil diselingi cacian. Intinya tidak utuh belajar ilmu Agama.
Perbedaan dalam masalah fiqih adalah sesuatu yang ada dan bukan diada-adakan. Jadi, sebelum lebih jauh mendalami fiqih, seorang harus siap menghadapi perbedaan itu sendiri dan bersikap bijak dalam perbedaan tersebut.