INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
“Katakanlah: ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.’” (QS. Az-Zumar: 53)
Krisis lingkungan yang kian hari semakin memburuk keadaannya, tidaklah mampu di atasi hanya dengan teknologi dan sains bahkan hukum sekuler. Dari sinilah pada dasarnya manusia membutuhkan peran yang sangat berpengaruh, yaitu menggunakan agama dalam mengatasi hal tersebut.
Tidak bisa dipungkiri, memang ada banyak manusia yang tahu bahwa hidup ini adalah ujian, tahu bahwa mereka diciptakan untuk mengabdi kepada Allah, namun tetap saja tergoda untuk melupakan semua itu demi kenikmatan sesaat.
Jadi kalimat "kanud" berarti mengingkari yang ada seperti tiada. Merasakan rasa, seperti tak punya rasa. Berjibun nikmat, berlimpah pemberian, tapi seperti rekaman yang dihapus dalam kaset kehidupannya. Mengingat segala sedih, susah, dan musibah yang membakar segala nikmat.
Pada saat terjadi perang Shiffin antara Sayyidina Ali dan Sahabat Muawiyah, Ammar berada di barisan Sayyidina Ali. Dan benarlah apa yang disabdakan Nabi, Ammar wafat dalam peperangan tersebut.
“Kita itu harus strategis. Kalau ada tanah bagus, selayaknya dibeli orang kaya sholeh. Kalau tanah dijual, lihat dulu siapa yang beli (jangan sampai orang ahli maksiat yang jadi pembelinya). Karena lingkungan itu menentukan masa depan anak-anak kita,” imbuh Gus Baha.
Al-Imam Abu Al-'Abbas Al-Qurtubi dalam Syarah Shahih Muslim berkata, "Bisa saja sebagian orang itu diampuni dosa besarnya hanya dengan berbuat amal sholeh, dengan ukuran sebesar apa ikhlas dan adabnya ketika ibadah, karena Allah selalu memberikan keutamaannya bagi orang yang dikehendaki."
Nama bukan sekadar panggilan. Ini adalah bagian dari identitas spiritual, sosial, dan historis seorang Muslim. Oleh karena itu, memperbaiki nama yang rusak secara makna adalah bagian dari menjaga marwah (kehormatan) dan akhlak Islami.
Dengan thawaf, seorang Muslim merasakan kedekatan spiritual dengan Allah. Berada dekat dengan Kakbah, tempat yang sangat suci, menumbuhkan perasaan khusyuk dan tawadhu. Ini merupakan momen introspeksi dan pembersihan diri dari dosa-dosa.
“Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya dengan sempurna. Allah berfirman, ‘Sesungguhnya Aku menjadikanmu imam bagi seluruh manusia.’” (QS. Al-Baqarah: 124)