Sebuah Nasihat tentang Pemimpin Tuli yang Adil dan Bijak

 
Sebuah Nasihat tentang Pemimpin Tuli yang Adil dan Bijak
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Dalam Kitab At-Tibr Al-Masbuk, Imam Al-Ghazali mengisahkan tentang sebuah nasihat menarik untuk seorang pemimpin.

Suatu hari, seorang Darwis (zahid/ulama) menemui Amirul Mukminin (pemimpin kaum muslimin) di istananya. Sang Darwis sengaja diundang untuk dimintai nasihatnya. Ia kemudian mengatakan;

"Wahai Amirul Mukminin, aku baru saja pulang dari mengembara di negeri Cina. Di sana ada seorang pemimpin yang dicintai kaumnya. Pemimpin negeri itu mengalami sakit pendengaran sehingga tuli, tak bisa mendengar. Suatu hari aku mendengar dia menangis. Ketika ditanya mengapa dia menangis, ia menjawab: 'Demi Tuhan, aku tidak pernah menangisi ketulianku. Aku telah menerima keputusan Tuhan atas diriku ini. Tetapi aku menangis karena melihat di depan pintu istanaku ada rakyatku yang hatinya sakit, karena teraniaya hak-haknya.'"

"Pemimpin itu meneruskan kata-katanya: 'Rakyat itu tampaknya menjerit meminta tolong, tetapi aku tidak mendengarnya. Meskipun demikian aku bersyukur kepada Tuhan karena mataku masih bisa melihat dengan jelas.'"

"Sang Pemimpin Cina lalu memanggil pembantunya dan memintanya untuk mengumumkan kepada khalayak rakyat bahwa siapa saja di antara rakyatnya yang dizalimi agar mengenakan baju merah. Sang Pemimpin kemudian naik di atas punggung gajah dan berkeliling menyusuri jalan-jalan di pelosok-pelosok negeri itu (blusukan). Manakala matanya melihat orang berbaju merah dia memanggilnya dan memintanya menceritakan nasib dirinya."

"Ia kemudian memerintahkan para menterinya untuk segera memperhatikan setiap pengaduan dan menyelesaikannya sesuai dengan hukum yang adil."

Selesai berkisah, sosok Darwis di atas lalu mengatakan kepada Amirul Mukminin:

"Lihatlah Tuan Amirul Mukminin, betapa dia yang “kafir” (menurut keyakinanmu) itu memberikan kasih sayang dan perhatiannya yang luar biasa kepada hamba-hamba Allah. Sedangkan Tuan adalah seorang yang beriman kepada Allah SWT, bahkan juga termasuk keturunan Nabi. Aku ingin melihat bagaimana tuan bisa bertindak terhadap rakyat dengan penuh kasih, seperti halnya pemimpin dalam kisah itu." 

Mendengar hal itu, Amirul Mukminin tertunduk dan bertekad akan selalu melakukan hal yang terbaik untuk kaumnya. []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 17 Juli 2019. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: KH. Husein Muhammad

Editor: Hakim