Anekdot; Ketika Santri Ndeso Ngeluyur ke Jakarta

 
Anekdot; Ketika Santri Ndeso Ngeluyur ke Jakarta

LADUNI.ID, Jakarta - Kisah ini berawal ketika pada suatu hari liburan pondok dimulai. Semua santri yang mondok rata-rata pulang ke rumah entah berkumpul dengan keluarga atau melaksanakan kegiatan lain di luar pesantren. Ceritanya, dua santri bernama Fahri dan Deki yang juga liburan pondok, terlintas dalam pikirannya ingin ke Jakarta.

Kang Fahri dan Kang Deki, begitu panggilan akrab mereka, berasal dari daerah pedalaman di pesisir Gunung Kidul. Mereka berdua sudah lama menjadi santri, kira-kira lima tahun, di sebuah pesantren kecil di seberang desanya. Mereka sama sekali belum pernah ke Kota Yogyakarta, ke Malioboro pun belum tahu. Tiba-tiba ingin pergi ke Jakarta.

Singkat cerita, keduanya kemudian menjual ayam piaraannya sebagai modal untuk mereka ngeluyur ke Jakarta menggunakan bus angkutan umum. Di sepanjang perjalanan, mereka tertegun dengan bangunan-bangunan megah dan menjulang tinggi. Setiap ada bangunan megah, mereka riuh satu sama lain, sehingga membuat penumpang lain melongo keheranan. Maklum, mereka berdua orang desa yang baru tahu daerah perkotaan.

Ketika mereka berdua tiba di Jakarta, mereka sangat bahagia. Saking bahagianya, mereka berjalan penuh kegirangan. Mereka memandang gedung-gedung mall, perkantoran, perumahan, gedung-gedung pemerintahan, dan aneka bangunan pencakar langit lainnya dengan perasaan takjub bukan main. Mata mereka tiba-tiba tertuju pada bangunan yang cukup megah. Ternyata bangunan tersebut adalah Bank BNI.  Karena penasaran dan belum tahu bangunan apa, mereka mengelilingi gedung tersebut.

Ketika berkeliling, kemudian sampai lah mereka di depan pintu masuk. Mereka melihat di pintu masuk tersebut terdapat tulisan dalam bahasa Inggris: “OPEN”. Mereka tidak tahu kalau maksud tulisan tersebut bahwa Bank pada hari itu buka. Mereka mengira itu adalah nama bangunan tersebut. Melihat tulisan open, pikiran mereka langung teringat pada alat untuk memanaskan adonan roti yang namanya juga “Open”.

Karena terkejut, mereka saling pandang, lalu saling bertanya satu sama lain, “Kalau open besarnya segini, kira-kira rotinya sebesar apa?”, tanya mereka berdua keheranan.

Tiba-tiba sesosok Bule berambut putih dan berkulit putih masuk ke dalam Bank tersebut. Tanpa pikir panjang, mereka berteriak, “Pak, Pak! Jangan masuk open nanti gosong!”. Mereka terlihat was-was dan gelisah melihat si Bule ngeluyur masuk Bank.

Di tengah jiwa mereka yang tegang, selang sepuluh menit, keluarlah dari Bank tersebut orang negro yang berambut kribo dan berkulit hitam. Spontan saja mereka menggerutu, “Rak tenan to, gosong! (Bener kan, gosong!),” cetus mereka berdua.

SEKIAN.

(Sumber: bangkit media)