Kisah Taubatnya Nabi Adam Alaihi Salam setelah di Bumi

 
Kisah Taubatnya Nabi Adam Alaihi Salam setelah di Bumi

LADUNI.ID, Jakarta - Baru saja nabi Adam alaihi salam bersenang-senang makan buah, berjatuhanlah seluruh perhiasan Syurga. Tidak ada yang menempel di tubuhnya selain mahkota yang ada di kepala. Tidak ada yang bisa dipakai untuk menutup auratnya kecuali daun-daun yang berguguran di Syurga.

Nabi Adam alaihi salam menangis. Dipandanginya Siti Hawa sambil berkata: "Bersiap-siaplah istriku untuk keluar dari sisi Tuhan. Inilah awal keburukan hasil sebuah kemaksiatan."

Hawa berkata: "Oh ya Adam, suamiku. Aku tidak menyangka jika ada seorang bersumpah demi Allah ternyata pembohong. Dan itulah si Iblis," jawab Hawa menangis.

Memang kepada mereka berdua, Iblis bersumpah dengan janji-janjinya yang manis. Dirangsangnya Hawa seperti orang yang benar-benar kebelet untuk memakan buah dari pohon di Syurga.

Maka Allah memerintahkan kepada dua Malaikat: "Keluarkan Adam dan Hawa dari sisi-Ku...!!!

Nabi Adam alaihi salam berlari meninggalkan Allah swt dengan rasa malu. Dia terjepit dan terlilit oleh ranting-ranting pohon. Disangkanya itu sebagai siksa yang disegerakan. Dikiranya Allah menjatuhkan azab kepadanya. Kepalanya menyembul, dan mulutnya mendesis, sambil berkata: "Ampun.... ampun... ampun... Ya Allah."

Allah bertanya kepada nabi Adam alaihi salam: "Hai Adam, apakah kamu lari dari-ku..?."

Kemudian Nabi Adam alaihi salam menjawab: "Aku malu dengan-Mu ya Allah."

Nabi Adam alaihi salam Turun ke Bumi
Nabi Adam alaihi salam telah turun ke bumi. Turun dari alam kesucian ke negeri yang dilanda lapar dan kelelahan. Nabi Adam alaihi salam menangisi kesalahannya sampai seratus tahun. Dia tundukkan wajahnya dengan bersujud. Air matanya terus menetes hingga menggenang bagai sebuah kubangan.

Dari resapan air mata itu tumbuhlah ilalang dan pohon-pohonan. Tujuh hari pertama dirasakan betapa kebencian Allah telah membalut dirinya. Kemudian pada hari ketujuh Allah membukakan matanya. Nampak mukanya kuyu, sedih dan pucat pasi.

Allah bertanya: "Wahai Adam, pelajaran apa yang kamu dapat dari kejadian ini?."

Nabi Adam alaihi salam menjawab:
"Tuhanku, betapa besar musibah ini, menutup seluruh kesalahanku, mengeluarkan aku dari singgasana Tuhanku, aku harus turun ke negeri yang hina setelah berada di negeri yang terhormat. Di negeri yang menyakitkan setelah berada di negeri yang membahagiakan. Di negeri yang memberatkan dan melelahkan setelah berada di negeri yang ringan dan santai. Di negeri yang sakit setelah berada di negeri yang sehat. Di negeri yang goyang dan gonjang-ganjing setelah berada di negeri yang tetap dan tenang. Di negeri yang rusak setelah berada di negeri yang kekal. Di negeri yang penuh tipuan setelah berada di negeri yang terjamin. Tuhan-Ku... bagaimana aku tidak menangisi kesalahanku...? Bagaimana aku tidak meratapi diriku...? Bagaimana aku bisa menambal cobaan dan kemaksiatan ini ya Tuhan....?.

Allah menyatakan: "Tidakkah aku telah memilihmu untuk menjadi kekasih-Ku...? Aku halalkan negeri-Ku, aku unggulkan kamu melebihi makhluk-makhluk-Ku, aku utamakan dengan kemuliaan-Ku, aku tambatkan cinta-Ku, aku wanti-wanti akan murka-Ku. Tidakkah aku yang menciptakan kamu langsung dengan tangan-Ku, aku tiupkan ruh-Ku, aku perintahkan bersujud malaikat-malaikat-Ku? Tidakkah kamu dekat dengan-Ku di serambi Syurga? Kamu bebas menyandang kemuliaan-Ku, lalu kamu melanggar perintah-Ku, kamu lupa pada janji-Ku. Kamu menyia-nyiakan wasiat-Ku. Sekarang bagaimana kamu akan mengingkari balasan-Ku. Demi kebesaran-Ku, sekiranya bumi ini dipenuhi oleh orang-orang seperti kamu, kemudian mereka durhaka kepada-Ku, tentu aku akan aku tempatkan mereka ditempat orang-orang yang durhaka. Sungguh aku telah merahmati kelemahan mu. Aku telah menyayangi istrimu. Aku menerima taubat mu. Aku dengarkan rintihan mu. Aku terima pengaduanmu, dan aku ampuni dosamu." Maka katakan:

لا اله الا انت سبحانك اللهم وبحمدك ظلمت نفسى و علمت السوء فتب علي، انك انت التواب الرحيم

"Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau ya Allah dengan memuji-Mu, aku telah menganiaya diri sendiri, aku telah melakukan keburukan, maka terimalah taubatku. Sesungguhnya Engkau Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang."

Nabi Adam pun mengucapkan kalimat itu. Lalu Allah swt mengajarkan do'a-do'a berikutnya kepada nabi Adam alaihi salam, dan diperintahkan untuk mengucapkannya.

لا اله الا انت سبحانك اللهم وبحمدك ظلمت نفسى و علمت السوء فاغفرلى علي، انك انت الغفور الرحيم

"Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau ya Allah dengan memuji-Mu, aku telah menganiaya diri sendiri, aku telah melakukan keburukan, maka ampunilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

لا اله الا انت سبحانك اللهم وبحمدك ظلمت نفسى و علمت السوء فارحمني علي، انك انت ارحم الرحمين

"Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau ya Allah dengan memuji-Mu, aku telah menganiaya diri sendiri, aku telah melakukan keburukan, maka sayangilah aku. Sesungguhnya Engkau sebaik-baik Penyayang."

Karena besarnya kemaksiatan itulah, maka nabi Adam alaihi salam sangat terpukul, terus menangis dan sedih. Sampai-sampai para Malaikat juga ikut bersedih. Mereka bersedih karena kesedihan nabi Adam alaihi salam, mereka menangis karena tangisan nabi Adam alaihi salam. Syurga dirundung duka sampai dua ratus tahun. Sehingga Allah swt mengirimkan kemah dari Syurga untuk Adam dan diletakkan ditempat Ka'bah sebelum keberadaannya yang sekarang ini.

Pelajaran, Hikmah Kisah ini.
Allah Maha Pengampun, maka mintalah ampunan-Nya. Allah Maha Penyayang maka mintalah Kasih dan sayang-Nya. Tidak ada salah yang tidak dima'afkan kalau mau meminta ma'af. Tidak ada dosa yang tidak diampunkan kalau mau meminta ampunan.

Selain itu, kita harus waspada dan realistis. Bagi kaum suami, pikirkan apa akibatnya kalau selalu menurutkan kemauan istri.

Bagi kaum istri, pikirkan kebaikan apa yang diperoleh setelah mendapatkan keinginan dari suami. Jangan sampai menuntut atau meminta sesuatu, tetapi pada akhirnya sesudah mendapat justru kehilangan. Hilang Kasih sayang, hilang keharmonisan, hilang kebersamaan, dan hilang kedamaian rumah tangga.

Wallahu 'alam...

--------------------------
Syarif Cakhyono (NU Jaktim)
Dinukil dari kitab Al Tawwabin, karya Ibnu Qudamah Al-Maqdisi. Penerbit Dar Al-Kitab Al-Araby Beirut. Tanpa tahun.
(*)