Pedagang Kios Ini Ungkap Kehidupan di Wamena Sebelum Kerusuhan

 
Pedagang Kios Ini Ungkap Kehidupan di Wamena Sebelum Kerusuhan

LADUNI.ID, Denpasar - Kerusuhan yang terjadi di Wamena pada tanggal 23 September lalu, amat disesalkan oleh seorang pedagang kios yang sudah tinggal di Wamena, Jayawijaya, Papua selama 19 tahun.

Pedagang yang bernama Defrizul (45) ini bercerita mengenai kehidupan Wamena sebelum kerusuhan pecah. Menurutnya, selama ini warga pendatang ataupun lokal hidup berdampingan tanpa ada masalah hingga terjadinya kerusuhan tersebut.

"Sudah 19 tahun (di Wamena), selama ini damai, nyaman, tenang, berbaur dengan masyarakat tidak ada gangguan, tidak tahulah ini yang bikin seperti apa. Dengan warga lokal aman berbaur seperti biasa saja, ini yang bikin ribut dari kabupaten lain bukan dari kabupaten Jayawijaya," kata Defrizul, Kamis (3/10).

Sebagaimana dilansir dari laman detik.com, Defrizul sangat menyesalkan aksi rusuh yang terjadi Senin (23/9) lalu itu. Seluruh harta bendanya habis terbakar.

"Kami sempat mengungsi selama seminggu sejak 23 September karena kerusuhan masyarakat anarkis membakar kios-kios. Ini rumah di dalam kota habis terbakar, makanya saya pulang dulu. Saya rumah kios habis terbakar, kira-kira sekitar Rp 300 juta-an, dan ada tiga kios milik pribadi," ungkapnya.

Pria yang sehari-hari berdagang sembako dan kebutuhan sehari-hari ini menuturkan saat rusuh terjadi warga lokal sempat membantu untuk menghalau massa. Namun, karena massa makin beringas, warga pun akhirnya mundur.

"Masyarakat asli situ ada yang ikut bantu ada juga tidak, tapi mereka ketakutan juga. Pertama mau terjadi kebakaran malahan masyarakat situ mereka menghalangi, dikejar mau diparangi mereka takut juga. Massa ada yang bawa sajam, dengan bom molotov," ceritanya.

Bersama tiga adik beserta keluarganya, Defrizul tinggal di Wamena. Beruntung tak ada yang terluka akibat kejadian tersebut.

"Alhamdulillah tidak ada yang terluka. Tapi keluarga di Sumbar sempat panik karena jaringan telepon nggak bisa, internet nggak bisa. Jadi nggak bisa kasih kabar tapi waktu itu masih bisa pakai Indosat," tutur pria warga Desa Bayang ini.

Dafrizul yang juga merupakan anggota Ikatan Keluarga Minang (IKM) Wamena ini mengaku tak trauma dengan peristiwa yang dialaminya itu. Dia tetap berencana kembali ke Wamena setelah mengungsikan keluarganya ke Padang.

"Harapan semoga cepat aman, supaya bisa kembali secepat mungkin. Kalau maunya diri saya antar anak-istri, adik-adik semuanya di Padang, paling lama dua minggu saya balik lagi rencana saya, karena di situ merasa tenang tapi masyarakat di sana yang punya lokasi dekat juga sama kita. Kalau saya alhamdulillah nggak trauma," pungkasnya.