INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Menyambung tulisan sebelumnya, bagi saya yang menarik dari redaksi bacaan iftitah dalam shalat bukan apakah "inni wajjahtu wajhiya" atau "wajjahtu wajhiya" tanpa inni. Yang menarik adalah kaitannya dengan ilmu kalam
"Shalawat sebelum Iqamah apakah dianjurkan atau tidak? Guru kami Syaubari saat ditanya tentang bacaan shalawat dan salam kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam sebelum Iqamah apakah sunah atau bidah? Beliau berfatwa Sunah. Saya lihat hal itu dikutip dari beberapa golongan ulama."
Menjadi penceramah itu mulia, karena sudah menyampaikan ajaran agama meski satu ayat. Hikmahnya banyak orang tercerahkan oleh apa yang disampaikannya. Perlu mengapresiasi keistiqomahan para penceramah dalam menyampaikan ajaran. Sebab tablig itu perintah, dan menghargainya pun adalah keutamaan.
Jadi, yang bagus bacaan ala Muhammadiyah dan NU itu digabung. Hahaha... Bercanda, yang benar adalah semua bacaan tersebut adalah bacaan Rasul, bukan bacaan ormas tertentu. Tapi jangan lupa, ada banyak versi lagi selain kedua versi di atas, silakan cari sendiri
Sebagai makhluk ciptaan Allah, manusia tentunya memiliki hasrat untuk mencari kemuliaan. Dalam pencariannya, manusia akan melakukan segala cara pendekatan untuk mencapai kemuliaan, entah itu kepada sesama makhluk atau kepada sang Ilahi
Para ulama membahas hukum menyerupai (tasyabbuh) terhadap non-muslim. Konteks yang mereka bahas kala itu adalah pakaian khas non-muslim, “apakah boleh dipakai oleh muslim, atau tidak boleh, karena tasyabbuh itu?”
Beberapa ulama tidak sreg pada ilmu kalam dan tidak menyarankannya untuk dipelajari. Kalau sudah yakin pada apa pun yang disampaikan oleh Nabi Muhammad maka untuk apa lagi ndakik-ndakik membahas dalilnya atau berdebat soal itu? Mendingan langsung fokus saja pada amal untuk bekal sesudah mati
Sebagai ibadah yang wajib dilaksanakan oleh setiap muslim, Shalat tentunya harus dilakukan dengan khusyuk. Untuk mencapai khusyuk dibutuhkan yang namanya tuma’ninah, sikap tenang, diam dan tak terburu-buru untuk mencapai kekhusyukan
Al-Attas adalah salah seorang intelektual yang melihat ruh manusia terdiri dari jiwa hewani (al-nafs al-ḥayawaniyyah) dan jiwa rasional (al-nafs al-naṭiqah). Kemudian memberikan jawabannya terhadap bagaimana manusia ini dapat mencapai kehidupan yang ideal atau kehidupan yang bahagia dari pengalaman kehidupannya
Pelabelan nama “Kyai Kampung” hanya menstatuskan ulama pada lokasi dakwahnya saja, esensi ulama yang ada pada diri kyai kampung tetaplah sama. Mungkin saat ini bisa saja ada label yang tersemat “Kyai Kampung dan Kyai Kota”.