Habib Luthfi bin Yahya Ingatkan Jasa Besar Kyai Kampung

 
Habib Luthfi bin Yahya Ingatkan Jasa Besar Kyai Kampung
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Saat ini fenomena ustad dadakan sangat banyak tersebar di seluruh tanah air, ada juga yang beberapa bahkan tidak memiliki latar belakang pondok pesantren, namun karena telah “hijrah” tiba-tiba mendapat gelar ustad.

Fenomena tersebut di sisi lain membuat eksistensi “Kyai Kampung” tergerus, yang membuat mereka lupa akan peran kyai kampung dalam mengajarkan agama. “Terkadang kita pun belajar dari kyai, yang disebut kyai kampung. Padahal kyai kampung pun juga ulama,” dawuh Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan dalam unggahan Youtube Ngaji Hijrah.

Pelabelan nama “Kyai Kampung” hanya menstatuskan ulama pada lokasi dakwahnya saja, esensi ulama yang ada pada diri kyai kampung tetaplah sama. Mungkin saat ini bisa saja ada label yang tersemat “Kyai Kampung dan Kyai Kota”.

“Tapi setiap kyai adalah pewaris ulama dan pewaris Nabi, bukan pewarisnya kampung dan pewarisnya kota,” jelas Habib Luthfi.

Banyak orang melupakan peran kyai kampung, mereka lebih mencintai dan menghormati para dai dan ustad terkenal di dunia maya ketimbang orang yang mengajarkan huruf ijaiyah padanya.

“Kita bisa membaca seperti itu dari siapa? Dari orang yang kita sebut kyai kampung. Kita belum paham rukun Islam, perjuangan kyai itu bagaimana caranya biar jadi tahu, karena belum tentu orang-orang banyak yang sudah bisa membaca tulisan Arab. Supaya anak-anak faham, dibuatlah syairan,” kata Habib Luthfi.

Metode menyairkan shalawat, doa, dan niat itu merupakan jasa yang luar biasa besar, dan hal tersebut berhasil diterapkan oleh kyai kampung. Namun dari jasa besar yang dilakukan itu, banyak orang tidak mengakui, bahkan membid’ahkan hal tersebut syair-syair tersebut termasuk dari kalangan mereka yang menganggap diri paling suci.

“Tapi tolonglah mampir ke kyai yang mengajarkanmu alif ba ta dulu itu. Disilaturahmi dan disalami di rumahnya beliau… Betapa bahagianya Kyai tadi, anda masih ingat kepadanya… Malah didoakan oleh Kyai tersebut,” dawuh Habib Luthfi.

Paling celaka ialah ketika jasa para kyai, khususnya kyai kampung dibalas dengan istilah “bekas kyai”. “Bekas Kyai?! Bekas Guru!? Inilah (orang yang tidak menghargai jasa jasa ulama), tapi kalau orang yang tahu menghargai jasa ulama, jasa kedua orang tua, kalau perlu akan menulis dengan tinta emasnya,” tegas Habib Luthfi.


Editor: Daniel Simatupang