DONASI untuk pengembangan profil pesantren 1.820, kitab 700, makam 634, biografi Ulama 2.577 dan silsilah, tuntunan ibadah, Al-Qur'an dan Hadis serta asbabulnya, weton, assessment kepribadian, fitur komunitas media sosial.
Salah satu pandangan utama yang selalu diungkapkan oleh Gus Dur dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu konflik dengan damai, adalah apabila di dalamnya dibarengi dengan kesabaran dan saling memaafkan.
Saya menuliskan sedikit biografi Kyai As’ad ini, tidak lain didasari mahabbah saya kepada kyai yang menjadi penghubung antara Syaikhona Kholil dengan Hadrotussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari dalam pendirian Nahdlatul Ulama ini.
Nilai-nilai kebenaran diyakini dan diperjuangkan NU agar membawa maslahat bagi umat manusia, yang semuanya itu berlandaskan keilmuan kuat. Sebab, memang menegakkan kebenaran merupakan komitmen NU sejak dulu dan selalu konsisten dilanjutkan oleh generasi penerusnya.
Politik sebagai siyasah untuk kemaslahatan dan keadilan menjadi patokan normatif umum bagi para ulama dalam membicarakan soal siyasah tasharruf yang berlandaskan keadilan dan kemaslahatan umat manusia.
Dalam darah bangsa Indonesia, nama-nama Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahid Hasyim, dan KH. Abdurrahman Wahid adalah ruh peradaban, yang mengajarkan kita bahwa keislaman dan keindonesiaan adalah dua wajah dari satu cinta yang sama, yaitu cinta kepada Tuhan dan tanah air.
Jejaring pesantren yang tumbuh dari tangan beliau adalah bukti hidup bahwa ilmu yang diajarkan dengan keikhlasan tidak pernah mati. Ilmu itu menjelma menjadi cahaya yang menuntun generasi demi generasi menuju kebaikan dan keberkahan.
Syaikhona Kholil atau lebih dikenal dengan Mbah Kholil Bangkalan adalah sosok guru yang memberi isyarat kepada KH. Hasyim Asy'ari untuk mendirikan organisasi para ulama yang kemudian bernama Nahdlatul Ulama.
Resolusi Jihad itu kemudian menyulut pertempuran heroik pada 10 November 1945 di Surabaya, yang belakangan kita kenang sebagai Hari Pahlawan. Peristiwa ini tidak hanya menunjukkan keberanian rakyat Indonesia, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan semangat pengorbanan tanpa pamrih.
enariknya, tradisi “mlaku mbungkuk” ini juga lestari di dunia pesantren. Santri yang lewat di depan kyai atau istri kyai hampir selalu melakukannya dengan sopan. Para santri menundukkan badan dan berjalan perlahan di hadapan kyai.
Para santri tidak membenarkan perang dan kekerasan sebagai jalan keberagamaan. Apalagi sampai memaksa kelompok lain agar menerima syariat sebagai undang-undang negara. Sebagaimana penyempitan makna jihad, yang sering diartikan oleh sebagian kelompok Islam.