INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Jadi, menurut rumus fisika ini juga, tekanan berbanding lurus dengan gaya. Seharusnya, makin besar tekanan hidupmu makin kuat larimu kepada Allah. Kamu butuh energi besar untuk sabar, tawakal dan istiqamah.
KH. Mahfudz Ma’shum Ulama Nahdlatul Ulama Gresik Jawa Timur
Orang yang penuh harapan biasanya mampu mengatasi persoalan-persoalannya di waktu yang sangat sulit dengan sikap positif. Jika kita dalam konidisi kesulitan dan tidak ada harapan, maka hidup kita bisa kosong.
Para kyai, seperti Gus Baha, menunjukkan bahwa ilmu bukan hanya soal tahu, tapi soal tanggung jawab. Bab jihad, jika tidak dipahami secara utuh, sangat rawan disalahgunakan dan bisa membawa petaka.
Perlu dipahami, bahwa Islam tidak pernah meminta pengikutnya beramal melebihi kemampuannya. Beramallah sesuai dengan kemampuan. Semasa hidupnya, Rasulullah pun sering mengingatkan sahabatnya yang beramal berlebihan. Mereka beramal sebanyak-banyaknya hingga melupakan hak tubuhnya, yaitu istirahat.
Dalam salah satu pengajiannya, Gus Baha membuka dengan sebuah premis dasar filsafat: “Alam ini sudah akibat dari musabab. Kalau akibat berarti butuh sebab.” Dengan ungkapan sederhana ini, Gus Baha mengajak kita untuk menelusuri akar dari segala sesuatu yang ada.
KH. Mundzir Tamam lahir di Klender, Jakarta, pada 5 Mei 1939 dari pasangan KH. Maisin dan Hj Fatimah. Beliau adalah anak terakhir dari sepuluh bersaudara.
KH. Muhyiddin Abdusshomad, lahir di Jember Jawa Timur 5 Mei 1955 dari pasangan KH. Abdusshomad dengan Ny. Hj. Maimunah.
Perjalanan hidup KH. M. Jusuf Djunaedi bermula dari tanah kelahirannya di Kaliwungu, Kendal, kemudian pergi mondok ke Ngebel, Secang, Magelang, kemudian berguru ke Karangjongkeng, Brebes. Kemudian terakhir menetap di Desa Laladon, Ciomas, Bogor (1951) dan mendirikan pesantren bernama Pondok Pesantren Aula Al-Qur'an (PPAQ) yang kini bernama Pondok Pesantren Ilmu Al-Qur'an (PPIQ).
Akhlak Habib Anis, diantaranya tercermin dari sikap sumeh (murah senyum) dan dermawan yang dimilikinya. Ibu Nur Aini penjual warung angkringan depan Masjid Ar-Riyadh menuturkan, “Habib Anis itu bagi saya, orangnya sangat sabar, santun, ucapannya halus dan tidak pernah menyakiti hati orang lain, apalagi membuatnya marah,”