INFAK / SEDEKAH/ DONASI/ SUMBANGAN untuk LADUNI.ID
Seluruh dana yang terkumpul untuk operasional dan pengembangan portal dakwah Islam ini
Dalam darah bangsa Indonesia, nama-nama Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahid Hasyim, dan KH. Abdurrahman Wahid adalah ruh peradaban, yang mengajarkan kita bahwa keislaman dan keindonesiaan adalah dua wajah dari satu cinta yang sama, yaitu cinta kepada Tuhan dan tanah air.
Jejaring pesantren yang tumbuh dari tangan beliau adalah bukti hidup bahwa ilmu yang diajarkan dengan keikhlasan tidak pernah mati. Ilmu itu menjelma menjadi cahaya yang menuntun generasi demi generasi menuju kebaikan dan keberkahan.
Syaikhona Kholil atau lebih dikenal dengan Mbah Kholil Bangkalan adalah sosok guru yang memberi isyarat kepada KH. Hasyim Asy'ari untuk mendirikan organisasi para ulama yang kemudian bernama Nahdlatul Ulama.
Resolusi Jihad itu kemudian menyulut pertempuran heroik pada 10 November 1945 di Surabaya, yang belakangan kita kenang sebagai Hari Pahlawan. Peristiwa ini tidak hanya menunjukkan keberanian rakyat Indonesia, tetapi juga menjadi simbol persatuan dan semangat pengorbanan tanpa pamrih.
enariknya, tradisi “mlaku mbungkuk” ini juga lestari di dunia pesantren. Santri yang lewat di depan kyai atau istri kyai hampir selalu melakukannya dengan sopan. Para santri menundukkan badan dan berjalan perlahan di hadapan kyai.
Para santri tidak membenarkan perang dan kekerasan sebagai jalan keberagamaan. Apalagi sampai memaksa kelompok lain agar menerima syariat sebagai undang-undang negara. Sebagaimana penyempitan makna jihad, yang sering diartikan oleh sebagian kelompok Islam.
Perayaan Hari Santri tidak boleh hanya dimaknai secara lahiriah saja. Tidak cukup kalau para santri hanya beramai-ramai melakukan berbagai jenis perayaan (seremonial) saja dan melupakan substansi kesantriannya begitu saja.
Sejarah ini tidak boleh dikaburkan. Harus selalu disampaikan kepada para generasi penerus bangsa. Sebab bangsa yang besara adalah bangsa yang tidak pernah melupakan jasa para pahlawannya.
Doa ini dibaca tiga kali setiap selesai menunaikan shalat fardhu. Insya Allah berkat doa ini, Nahdlatul Ulama akan semakin maju, berkah, dan besar manfaatnya untuk umat Islam, khususnya bangsa dan negara Indonesia.
Dalam ijazah kitab Taujihun Nabih yang diberikan oleh Habib Umar kepada Gus Baha terdapat catatan yang ditulis langsung oleh Habib Umar, khusus ditujukan untuk Gus Baha.