Anatomi Radikalisme di Indonesia : Penetrasi Salafisme (Bag 3)

 
Anatomi Radikalisme di Indonesia : Penetrasi Salafisme (Bag 3)

M Kholid Syairozi

Sekretaris Jenderal PP ISNU

Kepemimpinan Jamaah DI/NII bergeser ke Jawa Tengah (Solo) dan Yogyakarta di bawah pimpinan Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir yang direkrut menjadi anggota DI oleh H. Ismail Pranoto (Hispran) pada 1976 dan ditunjuk sebagai pimpinan Jamaah DI/NII di Surakarta. Masuknya Sungkar dan Ba’asyir menandai semakin kuatnya pengaruh salafi di tubuh DI. Sungkar dan Ba’asyir adalah penganut Wahhabi. Sungkar alumnus SMA Muhammadiyah Solo, Ba’asyir alumnus Pesantren Gontor. Semula radikalisme DI/NII tidak dipengaruhi doktrin salafi karena proklamator DI, SM Kartosoewirjo, adalah penganut Islam tradisional. Guru sang Imam adalah para ajengan tradisional di Malangbong, Garut seperti Kiai Ardiwisastera, Kiai Yusuf Tauziri, Kiai Mustofa Kamil, dan Kiai Ramli yang bukan penganut salafi. Sang Imam bahkan dikabarkan adalah pengikut aliran tarekat Qadiriyah.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN

 

 

Tags