Batal Dipindahkan, Jazad Kakek KH Ma'ruf Amin Masih Utuh

 
Batal Dipindahkan, Jazad Kakek KH Ma'ruf Amin Masih Utuh

Sudah jadi keputusan strategi Pemerintah Arab Saudi bahwa orang yang sudah dikubur selama setahun kuburannya wajib digali. Tulang belulang si mayat lalu diambil dan disatukan dengan tulang belulang mayat lainnya. Seterusnya seluruh tulang itu dikuburkan di tempat lain di luar kota.

Lubang kubur yang dibongkar dibiarkan tetap terbuka sampai datang jenazah seterusnya terus silih berganti. Keputusan strategi ini dijalankan tanpa pandang bulu. Siapapun dia, pejabat atau orang biasa, saudagar kaya atau orang miskin, sama terkena keputusan strategi tersebut.

Inilah yang juga menimpa makam Kakek dari KH Ma’ruf Amin, yaitu Syaikh Nawawi Al-Bantani. sesudah kuburnya genap berumur satu tahun, datanglah petugas dari pemerintah kota untuk menggali kuburnya.

Tetapi yang terjadi ialah hal yang tidak lazim. Para petugas kuburan itu tidak menemukan tulang belulang seperti biasanya. Yang mereka temukan ialah satu jasad yang masih utuh. Tak kurang satu apapun, tak lecet atau tanda-tanda pembusukan seperti lazimnya jenazah yang sudah lama dikubur.

Bahkan kain putih kafan penutup jasad beliau tak sobek dan tak lapuk tidak banyak pun.Jelas saja kejadian ini mengejutkan para petugas. Mereka lari berhamburan mendatangi atasannya dan menceritakan apa yang sudah terjadi. sesudah diteliti, sang atasan lalu menyadari bahwa makam yang digali itu bukan makam orang sembarangan.

Langkah strategis lalu diambil. Pemerintah Arab Saudi mencegah membongkar makam Syekh Nawawi Al-Bantani. Jasad beliau lalu dikuburkan kembali seperti sediakala. Sampai sekarang makam beliau tetap berada di Ma’la, Mekkah.

Nama lengkapnya ialah Abu Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi bin ‘Umar bin Arabi al-Jawi al-Bantani. Ia lahir di Tanara, serang, Banten, pada tahun 1230 H/1813 M. Ayahnya seorang tokoh agama yang terlalu dihormati. Ia masih punya hubungan nasab dengan Maulana Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati (Cirebon).

Pada usia 15 tahun, Nawawi muda berangkat belajar ke Tanah Suci Mekkah, sebab waktu itu Indonesia –yang namanya masih Hindia Belanda- dijajah oleh Belanda, yang membatasi aktifitas pendidikan di Nusantara. Beberapa tahun lalu, ia kembali ke Indonesia untuk menyalurkan ilmunya kpd masarakat.

Tidak lama ia mengajar, cuma 3 tahun, sebab keadaan Nusantara masih sama, di bawah penjajahan oleh Belanda, yang membikin ia tak bebas bergiat. Ia pun kembali ke Makkah dan mengamalkan ilmunya di sana, terutama kpd orang Indonesia yang belajar di sana.

Beberapa sumber mengumumkan Syekh Nawawi wafat di Makkah dan dimakamkan di Ma’la pada 1314 H/1897 M, tetapi menurut Al-A’lam dan Mu’jam Mu’allim, dua kitab yang membicarakan tokoh dan guru yang berpengaruh di dunia Islam, ia wafat pada 1316 H/1898 M.

Syekh Nawawi Al-Bantani ialah satu dari 3 ulama Indonesia yang mengajar di Masjid Al-Haram di Makkah Al-Mukarramah pada abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dua yang lain ialah muridnya, Ahmad Khatib Minangkabau dan Syekh Mahfudz Termas. Ini mempertunjukkan bahwa keilmuannya terlalu diakui tak cuma di Indonesia, melainkan juga di semenanjung Arab.

Syekh Nawawi sendiri jadi pengajar di Masjid al-Haram sampai akhir hayatnya yaitu sampai 1898, lalu dilanjutkan oleh kedua muridnya itu. Wajar, kalau ia dimakamkan berdekatan dengan makam istri Nabi Muhammad, Khadijah ra di Ma’la.

Syekh Nawawi Al-Bantani memperoleh gelar Sayyidu Ulama’ al-Hijaz yang artinya Sesepuh Ulama Hijaz atau Guru dari Ulama Hijaz atau Akar dari Ulama Hijaz. Yang menarik dari gelar di atas ialah beliau tak cuma memperoleh gelar Sayyidu ‘Ulama al-Indonesi sehingga bermakna, bahwa kealiman beliau diakui di semenanjung Arabia, apalagi di tanah airnya sendiri.

Selain itu, beliau juga memperoleh gelar al-imam wa al-fahm al-mudaqqiq yang artinya Tokoh dan ahli dengan pemahaman yang terlalu mendalam. Snouck Hourgronje member gelar “Doktor Teologi”.