Tidak Benar Ekonomi Kita Terpuruk, Tapi Kita Bangun untuk Panen 5-15 Tahun Lagi

 
Tidak Benar Ekonomi Kita Terpuruk, Tapi Kita Bangun untuk Panen 5-15 Tahun Lagi

Turki saat ini sedang dilanda krisis ekonomi yang berkepanjangan pada setidaknya 2-3 tahun belakangan, negara ini telah melakukan redenominasi mata uang Lira dengan Dollar Amerika pada tahun 1990, yang mana pada waktu 1 USD sekitar 100.000 Lira.

Sebagian orang Indonesia menganggap Turki sebagai sebuah benchmark negara yang sukses melakukan redenominasi mata uang, namun dengan hasil krisis ekonomi yang berkepanjangan, Indonesia perlu mengkaji ulang rencana redenominasi Rupiah.

Hal tersebut disampaikan oleh pakar ekonomi UGM A. Tony Prasetiantono, "ternyata, redenominasi berimbas terhadap perekonomian negara tersebut di kemudian hari hingga menyebabkan krisis yang cukup parah. Timbul masalah yaitu over value. Jadi redenominasi kalau tidak didukung dengan kondisi ekonomi yang stabil itu akan menimbulkan over valuation."

Suatu hari nanti Indonesia memang perlu melakukan redenominasi Rupiah namun dengan sejumlah syarat di antaranya kestabilan ekonomi. Diperlukan stabilitas ekonomi yang cukup solid dan observasi yang cukup panjang dan sosialisasi kepada masyarakat mengingat penduduk Indonesia tersebar di ribuan pulau.

Kestabilan ekonomi dapat dikatakan tercapai apabila kurs Rupiah terhadap USD telah stabil, tingkat inflasi yang rendah dan pertumbuhan ekonomi yang cukup baik.

Meski demikian, menurut Prasetiantono, pemerintah tidak dapat dikatakan gagal hanya karena tingkat pertumbuhan ekonomi saat ini cuma 5 persen, karena di sisi lain pembangunan infrastruktur yang pesat di era Presiden Joko Widodo dapat dipanen hasilnya dalam jangka panjang.

"Pak Jokowi bangun sekarang, panennya barangkali 5 sampai 15 tahun lagi," katanya.

Indonesia di samping membangun dengan hasil jangka menengah, namun Indonesia tetap punya panen jangka pendek, karena punya indeks kompetitif global yang baik atau daya saing kita, persepsi asing terhadap kita masih bagus.

"Tidak benar kalau pemerintah kita gagal hanya karena pertumbuhan ekonomi lima persen. Apalagi kalau ada yang bilang ekonomi kita terpuruk karena Presiden," pungkasnya.