Beberapa Keterangan Soal Shalat Idul Adha

 
Beberapa Keterangan Soal Shalat Idul Adha
Sumber Gambar: Dok. Laduni.ID (ist)

Laduni.ID, Jakarta – Shalat Idul Adha lebih utama dari shalat Idul fitri, karena shalat Idul Adha perintahnya secara khusus disebutkan dalam al-Qur’an:

فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْۗ

Artinya: “Maka laksanakanlah salat karena Tuhanmu, dan berkurbanlah (sebagai ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah).” (QS. al-Kautsar: 2)

Hukum shalat Idul Adha (dan juga Shalat Idul Fitri) adalah sunnah. Shalat ini merupakan shalat sunnah yang paling utama. Menurut pendapat lain, hukumnya fardhu kifayah. Menurut Imam Abu Hanifah hukumnya wajib.

Waktu shalat Idul Adha adalah sejak terbitnya matahari, hingga tergelincir (waktu masuk dzuhur), pada tanggal 10 Dzulhijjah. Kesunnahan-kesunnahan Shalat Idul Adha diantaranya ialah:

1. Mengakhirkan shalat hingga matahari naik seukuran tombak.

2. Dilaksanakan di masjid jika mencukupi, jika tidak maka di selainnya.

3. Mengisi malamnya dengan ibadah (bisa pada sebagian besar malam tersebut, atau dengan shalat Isya dan Subuh berjama’ah).

4. Mandi, masuk waktu kesunnahannya sejak pertengahan malam.

5. Memakai minyak wangi, baik bagi orang yang diam di rumah maupun yang berada di luar rumah, bagi orang besar maupun anak kecil, bagi orang hadir dalam shalat maupun tidak. Disunnahkan bagi orang yang sudah tua dan wanita yang “tidak menarik lawan jenis” untuk keluar rumah guna melaksanakan shalat, dengan baju yang layak.

6. Berpagi-pagi untuk hadir ke tempat shalat, bagi selain imam.

7. Pergi berjalan kaki dengan melewati jalan yang lebih panjang/jauh, dan pulang dengan melewati jalan yang lebih dekat, sebab pahala berangkat shalat lebih besar.

8. Bersegera untuk melaksanakan shalat pada awal waktunya, agar kesempatan untuk menyembelih qurban setelah shalat, waktunya lebih panjang.

9. Al-Imsak (menahan diri untuk tidak makan minum) sejak terbitnya matahari hingga selesai menunaikan shalat Idul Adha, kemudian berqurban dan memakan dari daging kurbannya.

Oleh: Ustadz Faris Khoirul Anam – Aswaja Center PWNU Jawa Timur


Editor: Daniel Simatupang

 

 

Tags