Indahnya Memeluk dan Merangkul Merajut Ukhuwah Serta Meneladani Rasulullah

 
Indahnya Memeluk dan Merangkul Merajut Ukhuwah Serta Meneladani Rasulullah

LADUNI.ID, Jakarta -Islam merupakan agama dakwah. Realisasi syariat Islam selalu menekankan umat untuk membina hablumminnas dan hamblumminallah dalam kedamaian dengan penuh kasih sayang.

Kita sebagai khalifah al-ardhi tentunya banyak fenomena yang menghiasi roda kehidupan ini dan terkadang membuat kita saling berpisah satu sama lainnya dengan maksud dan tujuan tertentu.

Termasuk diantaranya musafir antara satu dengan lainnya tidak dapat menjalin komunikasi secara langsung,kalaupun sekarang menggunakan telepon, media sosial dan sejumlah media lainnya. Tentunya kerinduan di antara dua insan yang tidak lama bertemu akan menyimpan ribuan cerita dan kangen yang tiada dapat di ukur.

Tidak sedikit pertemuan mereka kembali untuk melampiaskan semua itu dengan saling merangkul dan mencium satu sama lainnya sebagai wujud kerinduan yang lama terpendam. Lantas realita yang sering kita lihat ketika dua sahabat yang telah lama tidak bertemu atau orang yang dipandang lebih dalam agama.

Terkadang merangkul dan memeluk juga disebabkan oleh faktor kebahagiaan pasca mendapatkan rahmat. Tentunya mencium dan merangkul serta memeluk itu bukanlah salah satu perkara yang dilarang dalam syariat dan agama kita. Ini sebagaimana diungkapkan didalam hadist berbunyi :

“Sesungguhnya nabi saw mencium Zaid bin Haritsah r.a ketika tiba di Madinah selepas memeluknya. (HR. Imam Turmuzi)

Telah disebutkan juga bahwa sahabat Rasulullah Saw yang sangat dekat dengan beliau Abu Bakar Ash-Siddiq pun dicium dan dipeluk oleh Baginda Nabi Saw, juga kepada sahabat yang lainnya. Padahal kedudukan Rasulullah sangat jauh bila dibandingkan dengan para sahabat baik Khulafaur Rasyidin maupun lainnya.

Sebuah pemandangan yang sangat mendidik untuk diteladani, hal ini gambarkan dalam hadist: “Sesungguhnya Nabi Saw mencium Saidina Abu Bakar r.a selepas memeluknya di sisi Saidina Ali r.a dan para sahabat r.a yang lainnya.”( hadist ini disebutkan oleh Ibnu A’bid Al-Anshari didalam kitabnya “Al-Majmu”.).

Pada kesempatan yang lainnya Rasulullah pun mencium diantara dua belah mata saudara beliau yang bernama Ja’far Bin Abi Thalib sebagaimana dinukilkan dalam sabda-Nya: ”Sesungguhya rasululah saw mencium sepupunnya saidina Ja’far bin Abi Thalib ra diantara kedua belah matanya”. (HR. Abu Daud dan Baihaqi, Syua’ib Al-Imam: 6:477).

Suri tauladan yang diperankan oleh Rasulullah stentunya dalam setiap kesempatan menyuguhkan perilaku dalam membangun sebuah komunkasi nonverbal untuk merealisasikan dakwah. Salah satunya dengan memeluk atau merangkul sambil menciumnya.

Tentunya efektifitasnya akan melahirkan sikap sopan santun dan ketakdhiman (penghormatan) akan melahirkan kasih sayang dan akan menghilangkan sifat yang tidak terpuji seperti dengki, iri dan lainnya sebagai jurang pemisah dan sumber malapetaka yang melanda manusia dimuka bumi ini.

Beranjak dari itu dengan cara merangkul, memeluk termasuk juga mencium sesama yang dibolehkan dalam syariat kita terkadang memberi efektivitas bukan hanya melampiaskan kebahagiaan juga mampu memperat ukhuwah diantara sesama dan mengurangi jurang disintegrasi bangsa dan negara ini.

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Penikmat Kopi Aceh