Adaptasi Santri dalam Perubahan Zaman

 
Adaptasi Santri dalam Perubahan Zaman
Sumber Gambar: Istimewa, Ilustrasi: laduni.ID

Ladunid.ID, Jakarta - Dewasa ini terlebih di era globalisasi, mengamati berbagai perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, menuntut kita untuk lebih menonjolkan potensi-potensi yang ada dalam diri masing-masing. Terlebih utama bagi para pelajar yang menetap di dayah/pesantren atau biasa disebut santri atau santriwati yang tidak bisa di pungkiri ikut terkena dampak perubahan tesebut.

Perubahan tersebut menuntut santri untuk meningkatkan kualitas di bidang ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan partisipasi awal yang dapat dilakukan santri dalam menghadapi berbagai tantangan zaman. Karena itu, pada akhirnya santri tidak hanya dituntut dapat menguasai ilmu agama saja, melainkan harus juga dilatih untuk menjadi pribadi yang mandiri dalam ekonomi dan berpengetahuan luas agar dapat memberikan manfaat yang seluas-luasnya untuk umat. 

Dalam rangka mengembangkan sikap kemandirian santri, maka perlu adanya usaha-usaha atau bimbingan dari pihak pengelola dayah atau pesantren dengan membekali pengetahuan tentang cara mengolah dan memanfaatkan sumber daya alam. Sebab Allah SWT telah menciptakan bumi yang luas ini dengan segala isinya, tidak lain memang untuk dimanfaatkan yang sebaik-baiknya untuk kebaikan umat manusia.

Manusia sebagai khalifah di muka bumi diperintahkan untuk mengelola sebaik mungkin manfaat yang terkandung dalam alam untuk kepentingan kehidupan yang lebih baik. Sebagaimana dalam bidang pertanian dan perkebunan, dua hal tersebut menjadi usaha yang cukup banyak membuahkan hasil di kalangan petani-petani di Aceh, seperti di daerah dataran tinggi Gayo yang ditengarai telah menuai keberhasilan dalam hasil perkebunannya seperti kopi, alpukat, jeruk, delima, dan berbagai macam jenis sayuran lainnya.

Komoditas utamanya adalah biji kopi Gayo yang tidak hanya dinikmati di Indonesia saja, namun juga sudah menembus penjualan hingga ke pasar internasional. Berdasarkan keadaan tersebut, sangatlah jelas bahwa petani Aceh dapat bersaing di tingkat perdagangan pasar luar. Kondisi ini dapat dijadikan inspirasi bagi santri untuk menggerakkan kegiatan perkebunan yang serupa, agar dapat memperoleh keuntungan yang sebagaimana para petani yang telah sukses menjalankan usahanya. 

Dalam pengamatan saya, cara-cara yang dapat dilakukan untuk melancarkan perekonomian di dayah atau pesantren di antaranya adalah, pertama, memanfaatkan lahan yang berada di sekitar dayah/pesantren maupun di dalam komplek untuk ditanami berbagai jenis tanaman dan sayuran yang hasilnya selain bisa dimanfaatkan untuk keperluan konsumsi santri, namun juga bernilai daya jual di kalangan masyarakat.

Hal kedua, perlu untuk segera memulai dan meningkatkan bakat-bakat yang ada dalam diri santri terkait kebutuhan ekonomi, misalnya seorang santri berbakat dalam bidang menulis atau mengarang, maka bisa menghasilkan hasil karya tulis yang terus ditingkatkan dan bisa dipromosikan ke berbagai media cetak maupun online atau menghasilkan buku untuk kemudian dipublikasikan secara massif. 

Hal ketiga yang bisa dilakukan dalam meningkatkan perekonomian santri adalah dengan keterampilan dalam berniaga atau berjualan. Produk barang yang diperdagangkan tentu yang menarik perhatian masyarakat luas dan memberikan manfaat, bisa berupa makanan, minuman, fashion, elektronik dll. 

Agar pergerakan roda perekonomian dapat terlaksana dengan merata dan berkesinambungan, maka pengelola dayah atau pesantren dapat juga melibatkan secara aktif peran santri-santri putri. Karena, jika dilihat keahliannya, biasanya santriwati sangat mendominasi dalam bidang fashion, menjahit, kerajinan tangan dan berbagai kesenian lainnya.

Partisipasi yang dilakukan oleh dayah dan pesantren yang massif dan ramai terlihat adalah dengan mengadakan ekstrakulikuler atau pelatihan sejenis lainnya untuk mengasah bakat-bakat tersebut. Misalnya tentang kerajinan tangan, yang dapat dilakukan dengan cara mendaur ulang sampah dan barang yang tidak terpakai menjadi barang yang bernilai daya jual. Cara ini selain menghemat biaya produksi namun juga ramah lingkungan. Demikian pula ide-ide lain yang bisa dikembangkan secara kreatif dan menghasilkan sesuatu yang bernilai ekonomis.

Dalam iklim perubahan zaman yang semakin canggih dengan perkembangan tekhnologinya, santri juga tidak boleh tertinggal. Maka, santri juga perlu didukung dalam beradaptasi dengan tekhnologi. Jika hal ini bisa dilakukan dengan baik dan didukung oleh banyak dayah atau pesantren, maka tekhnologi yang juga diikuti oleh para santri, akan berdampak positif dengan karakteristik santri yang benar-benar tertanam akhlak yang mulia sebagaimana telah ditempa oleh para guru yang sholeh. Karena itu, masih tetap optimis, bahwa santri dapat mengikuti atau beradaptasi dengan baik dalam perubahan zaman tersebut. Semoga! []


Catatan: Tulisan ini telah terbit pada tanggal 03 September 2018. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan dan penyelarasan bahasa.

___________

Penulis: Helmi Abu Bakar El-Langkawi

Editor: Hakim