Di Tengah Ekskalasi Ancaman AS, Rusia Gelar Latihan Perang Besar-besaran

 
Di Tengah Ekskalasi Ancaman AS, Rusia Gelar Latihan Perang Besar-besaran

LADUNI.ID, Jakarta - Rusia telah melakukan latihan militer besar-besaran di Laut Mediterania dekat Suriah, yang melibatkan Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Latihan dilakukan di tengah eskalasi yang sedang berlangsung di sekitar Idlib dan ancaman Amerika Serikat (AS) untuk menyerang Suriah.

Kementerian Pertahanan Rusia merilis sebuah rekaman yang menunjukkan pasukan khusus Marinir yang dilengkapi dengan peralatan canggih mendarat di pantai provinsi Latakia Suriah. Marinir menggunakan helikopter, kapal cepat dan kendaraan lapis baja saat mendarat dari kapal amfibi besar di bawah lindungan puluhan pesawat tempur Rusia.

Sementara itu, pertunjukan spektakuler hanyalah bagian dari latihan selama seminggu, yang dikatakan sebagai yang pertama dari jenisnya di bagian Mediterania. 

Seperti dikutip dari Russia Today, Minggu (9/9/2018), lebih dari dua lusin kapal perang, termasuk kapal Marshal Ustinov dan tiga frigat terbaru Rusia, meluncurkan rudal anti-kapal dan menembakkan senjata berkaliber tinggi. Latihan itu juga melibatkan pembom strategis Tu-160 Blackjack Rusia dan pemburu kapal selam Tu-142 Bear untuk melatih simulasi peluncuran misil.

Latihan ini dilakukan antara 1 September dan 8 September kemarin, melibatkan pembentukan basis di wilayah yang dikendalikan oleh musuh. Secara total, 26 kapal dari semua armada Rusia, termasuk dua kapal selam, serta 34 pesawat mengambil bagian dalam latihan perang ini.

Sebelumnya, juru bicara Kremlin menjelaskan bahwa latihan itu sebagian terkait dengan situasi di provinsi Idlib Suriah. "Idlib adalah sarang terorisme dan tidak ada yang baik yang dapat datang dari itu, kecuali tindakan diambil," kata Dmitry Peskov pada akhir Agustus menjelang latihan, menambahkan bahwa beberapa langkah-langkah keamanan tambahan dibenarkan.

Latihan itu dilakukan di tengah ketegangan yang tinggi di wilayah itu karena Moskow mengatakan bahwa AS mengerahkan aset militer tambahan terhadap Suriah untuk serangan rudal potensial terhadap pasukan pemerintah Suriah. 

Lebih dari seminggu yang lalu, kapal perusak rudal USS Ross dikerahkan ke Laut Tengah, membawa 28 rudal jelajah Tomahawk. Itu terjadi setelah manuver serupa dari USS Sullivan ke Teluk Persia dan relokasi pembom strategis B-1B Lancer ke pangkalan udara di Qatar.

Kementerian Rusia mengatakan persiapan itu adalah bukti terbaru dari niat AS untuk menyerang setelah apa yang dikatakannya sebagai operasi false flag serangan kimia di Suriah.

Pentagon telah menyusun daftar target awal di Suriah, yang militer AS rencanakan untuk diserang dalam kasus serangan senjata kimia. Militer secara rutin juga memberi pengarahan kepada Presiden AS Donald Trump tentang opsi militer jika insiden tersebut terjadi.

Kementerian Pertahanan Rusia telah berulang kali memperingatkan bahwa militan di Idlib telah mempersiapkan serangan false flag menggunakan senjata kimia untuk membenarkan serangan AS terhadap pasukan yang setia kepada pemerintah Suriah.

Pada hari Sabtu, juru bicara kementerian, Mayor Jenderal Igor Konashenkov, mengatakan bahwa persiapan mereka memasuki "tahap akhir". (Sumber: Sindonews)