Sang Pemuda Harapan Umat

 
Sang Pemuda Harapan Umat

LADUNI.ID I KOLOM- Seorang pemuda itu harus bahkan wajib memiliki dedikasi yang tinggi dalam pengembaraan pengetahuan dan rasa ingin mengetahui yang lebih besar dan harus menjadi pelopor sense of curiosity (rasa keingintahuan yang tinggi) dalam masyarakat atau dalam pepatah arab dikenal dengan slogan “himmatul rizal tasqutu jibal” (semangat seorang  pemuda bisa menaklukan sebuah pegunungan) dalam segala aspek kehidupan. Sosok pemuda itu permata berharga sebuah bangsa dan Negara.

Pemuda Dalam Al-Quran sendiri telah menggambarkan sosok tipe pemuda sense of curiosity tersebut, sebagaimana firman Allah SWT yang berbunyi: “Dan bersama dengan dia masuk pula ke dalam penjara dua orang pemuda. Berkatalah salah seorang di antara keduanya: “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku memeras anggur.” Dan yang lainnya berkata: “Sesungguhnya aku bermimpi, bahwa aku membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.”Berikanlah kepada kami ta’birnya; sesungguhnya kami memandang kamu termasuk orang-orang yang pandai (mena’birkan mimpi).” (QS. Yusuf [12]: 36).

Interpretasi dalam ayat ini menunjukkan tentang jati diri seorang pemuda yang memiliki sense of curiosity. Makanya dengan memiliki sifat tersebut, seorang pemuda itu cenderung untuk banyak mencoba dan mempraktekan hal-hal yang berinovasi baru tentu saja yang bernilai positif. .Realita saat ini menjawab hal demikian, dikala dalam komunitas masyarakat sedang tren dengan sebuah hal baru, misalnya model pakaian, bergaya, bertingkah laku dan lainnya, maka pemuda pun mengikuti, mempraktekannya dan memakai pakaian itu.

Biarpun demikian yang perlu diperhatikan secara seksama, sense of curiosity penulis maksudkan di sini adalah rasa keingintahuan yang positif dan inovatif, bukan sebaliknya, sehingga demikian sang pemuda akan menimbulkan hasrat untuk mencari, menguasai dan mentransferkan  manfaatnya kepada masyarakat lainnya serta lingkungan sekitar kita.

Pemuda yang hidup di era globalisasi seperti saat ini. Harus mampu menjadikan diri pribadi yang optimis, isiqamah terhadap pekataan dan perbuatan, teguh dalam pendirian juga jangan cepat menyerah dalam ‘berjihad”. Bukan sosok al-fata yang sejati manakala masih tergiur dengan indahnya fatamorgana dunia dan masih lemah jiwa dan keimanan dalam menghadapi musuh paling utama, yakni hawa nafsu.

Terlebih hidup di akhir zaman ini yang penuh dengan berbagai fitnah dan kecanggihan teknologi, menjadi ujian terberat plus berbagai coraknya yang harus dijalani oleh pemuda. Saat ini beraneka ragam  jenis sarana alat komunikasi canggih membuat para generasi muda semakin leluasa dan bebas dalam mengakses berbagai informasi dan data serta lainnya seperti computer, handphone, internet dan lain sebagainya.

Beranjak dari media tersebut berbagai corak budaya dan hiburan di berbagai belahan dunia dapat mereka nikmati. Disini tanpa danya filter dan keimanan yang kuat, pada akhirnya fenomena tersebut akan mempengaruhi karakter dan pola pikir mereka secara keseluruhan serta akan diaktualisasikan dalam kehidupan mereka dalam  masyarakat. Pemandangan seperti ini harus ada respon dan tidak lanjutnya serta tidak dapat dibiarkan begitu saja.

Kalangan dan elemen masyarakat terutama para tokoh, orang tua dan lapisan masyarakat lainnya harus bisa memahami dengan problematika yang dialami oleh pemuda, mereka diusia tersebut merupakan masa pencarian jati diri, dari sini harus ada metode pendekatan interpersonal dan intrapersonal yang tepat dan bersahabat. Mereka perlu arahan dan bimbingan yang bersifat konstruktif-familiar (membangun secara kekeluargaan) dan tidak dengan sistem otoritatif-dogmatif (memaksa dan kaku).

Metode dan konsep serta manajemen dakwah yang baik dan diharapkan mampu menjawab tantangan sertaproblemantika ini yang akan dilakoni oleh masyarakat pelaku dakwah untuk meraih titel khairul ummah (the best people) seperti yang digambarkan dalam Al-Quran yang berbunyi: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,  menyuruh kepada yang ma’ruf (kebaikan) dan mencegah dari yang mungkar…”(QS.Ali Imran [3]:110).

 

Wallahu ‘Allam Bishawab

Helmi Abu Bakar El-Langkawi Penggiat Literasi Asal Aceh