Ingin Punya Keturunan Ulama? Ini Empat Teorinya Menurut Gus Abdul Qoyyum Mansur Lasem

 
Ingin Punya Keturunan Ulama? Ini Empat Teorinya Menurut Gus Abdul Qoyyum Mansur Lasem

Di zaman modern saat ini, tentu banyak orang ingin mempunyai anak yang paham ilmu agama, alim dalam segala ilmu pengetahuan, bahkan tidak sedikit yang ingin memiliki keturunan ulama. Nah, pembaca Laduni.id yang budiman, inilah 4 teori yang dianjurkan agar memiliki anak yang bisa jadi ulama. Empat teori ini adalah menurut Gus Abdul Qoyyum Mansur dari Lasem, sebagai berikut.

1. Teori tempat kelahiran.

Teori yang pertma ini sangat berkaitan dengan tempat. Tempat kelahiran mempengaruhi karakter seseorang. Hakim bin Hizam dan Sayyidina Ali yang lahir di dalam Ka'bah. Hakim menjadi dermawan hingga rela menjual kantornya untuk disedekahkan. Sayyidina Ali menjadi ahli ilmu, Nabi Muhammad bersabda: "Aku gudangnya ilmu dan Ali pintunya. Kita mengenal Sayiddina Ali sebagai sahabat yang cerdas. Seorang ahli hadist India bernama Husyamuddin Al-Muttaqi Al-Hindi, menulis dalam kitabnya Kanzul Ummal bahwa Sayiddina Ali pernah berpidato secara spontan sebanyak 5 halaman tanpa huruf alif.

2. Teori keluarga.

Seperti yang dijelaskan di dalam Al-Quran, ada 26 kali penyebutan keluarga dengan kata ali, ala dan alu. Keluarga Nabi Ibrahim dua kali disebut, keluarga Nabi Luth empat kali, lalu keluarga Firaun yang paling banyak disebut, hingga 14 kali.

Dari latar belakang apapun, bisa punya jiwa Fir’aun. Penguasa maupun ulama juga bisa punya jiwa Fir’aun.

Seorang ilmuwan Jepang sepakat bahwa anak usia empat bulan dalam kandungan yang diperdengarkan musik, bisa mempengaruhi tumbuh kembangnya. Kalau ingin anak jadi penyanyi, sejak empat bulan di kandungan perdengarkan lagu-lagu. Kalau ingin anak pintar ngaji, perdengarkan bacaan Quran.

3. Teori seks.

Ketika zaman dahulu, ada wali buta bernama Ali Al-khowash yang memiliki ilmunya laduni.

Seperti apa yang pernah dituturkan oleh Ali Al-Khowash bahwa, siapa yang dibayangkan sebelum, selama dan setelah berhubungan seks, akan mempengaruhi anak. Hal itu, sebab ada energi yang mengalir dari pikiran ke dalam jiwa, lalu ke anak. Kalau yang dipikirkan ulama, jadinya ulama. Kalau yang dipikirkan penyanyi, ya jadi penyanyi.

Surat Ali Imron 37-39 juga menyebutkan bahwa Nabi Zakariya sangat mengagumi Maryam karena tiap kali mendatangi kamar Maryam di masjid, selalu ada makanan dari ALLOH. Nabi Zakariya lalu berdoa minta anak. Kemudian diberi anak Nabi Yahya. Nabi Yahya ini ada kesamaan dengan Maryam. Sama-sama tidak menikah.

Apa yang kita cintai atau yang kita pikirkan, maka energinya akan menyalur dalam diri kita. Kalau kita cinta Nabi, maka ALLOH akan mentransfer energi sehingga karakter kita mirip Rasulullah.

Seorang Napoleon Bonaparte saja, setiap bertemu wanita tua, pemimpin Perancis itu selalu berhenti menghormat. Itu dia lakukan karena setiap melihat wanita tua, dia teringat ibunya. Dia pun menjadi pemimpin yang karakternya baik seperti ibu.

4. Teori transfer.

Pada zaman dahulu, ada seorang ulama bernama Sa'duddin Al-Taftazani. Beliau belajar puluhan tahun tapi tetap bodoh hingga suatu hari ada orang datang kepadanya memberitahu bahwa dia ditunggu Rasulullah. Kemudian ia datang dan disuruh membuka mulutnya, lalu diludahi Rasulullah. Sejak itu, dia menjadi ulama brilian. Ada kesunahan, kita sowan ulama membawa kurma lalu minta ulama tersebut memamahnya. Kemudian kurma pamahan tersebut diberikan pada anak kita.

Lebih dari itu, seorang tokoh Muhammadiyah Jombang, KH Muchid Jaelani sempat cerita, saat mondok di Tebuireng, mulutnya pernah diludahi Gus Kholiq, pengasuh Pesantren Tebuireng yang dikenal sakti. Sejak itu, beliau bisa membaca sendiri kitab-kitab kuning meskipun belum pernah diajarkan kiai.

Ketika kecil dahulu, Gus Qoyyum sering makan sesuatu yang dipamahkan oleh sang bapak. Bisa jadi, gus-gus itu jadi ulama karena kecilnya sering makan dari makanan yang dipamah bapaknya yang seorang kiai.