Membumikan Komunikasi Massa Dengan Sifat Siddiq

 
Membumikan Komunikasi Massa Dengan Sifat Siddiq

LADUNI.ID, KOLOM- kita menegtahui bahwa dalam konteks komunikasi bisa dipahami bahwa ketidakjujuran dalam memberikan kegelisahan batin dan hilangnya rasa kepedulian sosial terhadap masyarakat Dhuafa’. Bahkan dalam surat al-Ahzab ayat 72,

Allah menegaskan bahwa ia telah mengemukakan amanah (tugas-tugas keagamaan) kepada langit, bumi dan gunung. Tetapi kesemuanya menolak memikul amanah yang ditawarkan Allah tersebut. Allah ini sehubungan dengan amanah atau kepercayaan yang hanya dapat diberikan kepada manusia sebagai pelaksana  perintah Allah.

Memberikan amanah menurut surah al-Baqarah/2:283, memang disyaratkan atas kepercayaan. Amanah dalam ayat ini dalam konteks mu’amalah, artinya boleh mengutarakan barang atau uang, jika seseoarang tersebut dapat dipercaya akan melunasi hutangnya. Sementara dalam surat an-Nisa/4 ayat 58, Allah memerintahkan agar menunaikan amanah kepada orang yang berhak mendapatkannya. 

Amanah disini lebih mengarah kepada pelaksanaan tugas pemerintahan. Artinya mengemban kepercayaan yang diberikan oleh rakyat banyak.Sama prinsipnya dengan pelaku bidang komunikasi, sesungguhnya juga mengemban amanah orang banyak agar tidak terjadi penyelewengan. Pada ayat lain ,Allah melarang menghianati-Nya, Rasul-Nya,dan menghianati amanah yang  diberikan kepada manusia ( QS. Al-Anfal: 27).

Jadi kepercayaan yang diberikan kepada pelaku komunikasi tidak boleh disalahgunakan. Sifat jujur dalam Alqur’an diungkapkan juga kata shidiq. Secara harfiah artinya benar atau jujur. Kata ini dalam banyak ayat sering dikontradiksikan dengan kidzb.

 Orang yang jujur disebut shadiq ( asl al-fa’il  ), bila dihitung kata as-shidiq dalam berbagai bentuk, baik kata kerja atau isimnya, maka ditemukan sebanyak 270 kali dalam Alqur’an. Shadiq dalam bentuk jamak mencapai 57 buah. Kata as-shdiq ditemukan pada 10 tempat .

Di antaranya adalah dalam surat Maryam/19:50 dan as-syu’ara’/26:84 dengan ungkapan lisan shidqin ( buah tutur yang baik ). Keduanya menggambarkan Nabi Ibrahim ingin menjadi buah bibir dikemudian hari. Memang dari turunan Ibrahim akhirnya muncul beberapa orang nabi, termasuk Nabi Muhammad SAW.

Perkataan as-shidiq dalam ayat juga antara lain mengacu kepada pengertian jujur dan benar dalam berkomunikasi ( al-qawl); baik lisan maupun tulisandalam banyak ungkapan ayat yang berbumyi in kuntum shadiqin cukup banyak dalam Alqur’an yang terletak di ujung ayat sebagai tantangan kepada orang kafir, munafiq, dan orang musyrik.

Ayat seperti itu ditemukan sebanyak 27 kali dalam Alqur’an. Misalnya dalam surat al-Baqarah/2:23. Allah  menyuruh buat satu buah surat yang menyamai Alqur’an ketika ada manusia yang meragukan keabsahan Alqur’an. Pada ayat 111 surat al-baqarah/2.

Allah memerintahkan Nabinya untuk menantang orang Yahudi dan Nasrani yang mengatakan bahwa yang akan masuk surga hanya mereka.” Katakanlah (Muhammad), coba tunjukkan argumentasi kamu, jika kamu memang orang jujur.”.

 

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi, Penggiat Literasi Asal Dayah MUDI Masjid Raya Samalanga, Aceh

 

Sumber: Marzuki, Pemanfaatan Media Massa Dalam Komunikasi Politik Islam, 2016