Radikalisme dan Mainstream Islam Ketiga

 
Radikalisme dan Mainstream Islam Ketiga

LADUNI,ID, KOLOM-  Beberapa kalangan memang risau dengan gerakan ini dan menganggap bahwa gerakan ini tengah melakukan apa yang disebut sebagai pendangkalan aqidah (apostasy).

Mujiburrahman (2013) menganalisis upaya penegakan syariat Islam di Sulawesi Selatan yang dilakukan oleh sebuah organisasi tempatan, Komite Persiapan dan Penegakan Syariat Islam (KPPSI) yang dikaitkan dengan radikalisme yang sedang bersemi. Sulawesi Selatan pernah menjadi dasar bagi gerakan DI/NII yang dipimpin oleh Kahar Muzakkar, dan karenanya tidak mengherankan bila di wilayah ini muncul gerakan yang mengedepankan pemberlakuan syariat Islam sembari menyembunyikan cita-cita mendirikan negara Islam.

 Meskipun demikian, menurut saya, gerakan ini mempunyai kaitan ideologis secara langsung dengan gerakan DI/NII Kahar Muzakar bukan merupakan potret dari kecenderungan konservatisme, melainkan murni radikalisme (Al Chaidar, 1998: 45).

Gerakan ini justru muncul dan mengalami asersi ketika mereka mulai menyadari bahwa ideologi transnasional Wahabi mulai merasuki dan merusaki aqidah umat Islam yang memang sudah radikal dari sejak awal ketika mengusir penjajah.

Kecenderungan ini tengah menyebar di segala jenjang masyarakat Muslim Indonesia, seperti yang diperlihatkan oleh gerakan dakwah Salafi. Bahkan, seperti yang diperlihatkan oleh Najib Burhani (2013), kecenderungan konservatisme telah masuk ke dalam tubuh Muhammadiyah yang selama ini dikenal sebagai gerakan Islam moderat, menangah dan netral.

Apakah analisis semua ilmuwan sosial bermaksud untuk menunjukkan bahwa wajah masa depan Islam Indonesia akan berubah penuh marah? Saya kira ini jelas ingin menunjukkan bahwa wajah Islam Indonesia akan berubah menjadi tidak ramah.

Jika ormas Islam sebesar dan semapan Muhammadiyah dan MUI saja bisa terpengaruh oleh gerakan radikalisme yang toleran, apakah tidak mungkin gerakan ini bisa menjadi kecenderungan umum dari Islam Indonesia dan memunculkan mainstream Islam ketiga di luar gerakan-gerakan sempalan dan sesat. (***)

Al Chaidar Antropologi, Universitas Malikussaleh Lhokseumawe, Aceh