Bulan Safar #12: Mengupas Rahasia Rabu Akhir Safar

 
Bulan Safar #12: Mengupas Rahasia Rabu Akhir Safar

LADUNI.ID, HIKMAH- Allah SWT menjadikan Safar juga sebagai salah satu bulan yang mulia atau yang lebih dikenal dengan nama Safarul khairi. Namun dalam bulan Safar terdapat satu hari yang dikenal oleh sebagaian masyarakat dengan hari pembawa sial tepatnya hari Rabu. Masyarakat Aceh menyebutnya dengan Rabu abeh (Rabu terakhir bulan Safar), di Jawa populer dengan Rabu wekasan dan masih banyak di tempat lainnya.

Allah telah menjelaskan hal tersebut dalam banyak firman-Nya, diantaranya dalam surat al-Hadid ayat 22 berbunyi: “ Setiap bencana yang menimpa di bumi dan apa yang menimpa dirimu sendiri semuanya telah tertulis di dalam kitab (lauh Mahfudh) sebelum Kami meujudkannya”. (QS. Al-Hadid: 22).

Dalam hadist Rasulullah SAW juga disebutkan: “Allah telah menulis semua makhluk sebelum menciptakan langit dan bumi lima puluh ribu tahun”.(HR. Muslim no. 2653).

Sedangkan ungkapan Rasulullah “la haamata” (tiada mati penasaran) untuk menolak argumentasi kaum jahiliyah yang berasumsi bahwa mereka yang telah meninggal dunia.

Tentunya  para arwah bergetanyangan karena penasaran sehingga berterbangan laksana burung dan juga menganggap arwah mayit berpindah pada tubuh binatang serta akan mengalami reinkarnasi (dihidupkan kembali).

Tentu saja pemahaman semacam ini sangat kontradiksi dengan penjelasan Rasulullah SAW dalam hadis lain yang berbunyi: “Allah menjadikan ruh mereka dalam bentuk seperti burung berwarna kehijauan. Mereka mendatangi sungai-sungai surga, makan dari buah-buahannya, dan tinggal di dalam kindil (lampu) dari emas di bawah naungan ‘Arasyi.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan Hakim).

Para ulama menyebutkan terjadi perbedaan pendapat tentang keberadaan roh setelah manusia meninggal.[]

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi,Penggiat Literasi Asal Aceh