Bulan Safar #20: Mengelola Musibah Menjadi Ibadah

 
Bulan Safar #20: Mengelola Musibah Menjadi Ibadah

LADUNI. ID, HIKMAH- Sebagian masyarakat kita masih percaya dengan malapetaka itu disebabkan faktor hari Rabunya, Namun kepercayaan bahwa Safar bulan sial atau bulan bencana masih saja dipercaya sebagian umat. Padahal, Rasul sudah menegaskan mitos itu tidak benar. Hingga kini pun masih ada umat Islam yang tidak mau melangsungkan pernikahan pada bulan Safar karena percaya terhadap khurafat tersebut.

Dalam hal ini Allah SWT menegaskan: “Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa Kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah pelindung Kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (QS. At-Taubah: 51 ).

Bahkan juga Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada wabah dan tidak ada keburukan binatang terbang dan tiada kesialan bulan Safar dan larilah (jauhkan diri) daripada penyakit kusta sebagaimana kamu melarikan diri dari seekor singa” (HR. Bukhari).

Para ulama telah menjeaskan dalam kitabnya tentang banyak kisah dan sejarah yang diabadikan di bulan ini sebagai renungan dan rujukan kepada kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Di antara kisah yang diabadikan dalam sejarah Islam pada bulan Safar menempatkan peristiwa-peristiwa penting tersebut berkaitan dengan perkembangan Islam dari zaman Rasulullah.

Jelaslah bulan Safar tidak seperti yang dibayangkan dan dipahami oleh sebagaian masyarakat sebagai bulan sial. Di balik itu kita terus meningkatkan amal ibadah untuk menjadikan diri kita sebagai sosok “abdun”(hamba) dalam mengaplikasikan amar ma’ruf nahi mungkar.

***Helmi Abu Bakar El-Langkawi Penggiat Literasi Asal dayah MUDI Masjid Raya Samalanga.