Tidak Mengerti Gunakan Senjata AS, Sebuah Bus Sekolah Diledakkan

 
Tidak Mengerti Gunakan Senjata AS, Sebuah Bus Sekolah Diledakkan

LADUNI.ID, Jakarta – Menurut Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang terlibat dalam perang saudara di Yaman “tidak tahu bagaimana menggunakan” bom buatan AS ketika mereka meledakkan sebuah bus sekolah yang menewaskan puluhan anak kecil Yaman pada Agustus lalu.

Pada wawancara yang dengan “Axios on HBO” di disiarkan pada Ahad (4/11), dia menggambarkan bahwa serangan udara pada 9 Agustus yang menewaskan sedikitnya 51 orang, termasuk 40 siswa sekolah dasar,  itu sebagai “pertunjukan horor” yang menunjukkan bahwa senjata itu “tidak dioperasikan oleh orang-orang AS.”

“Kami tidak melakukan itu. Orang-orang kami adalah operator terbaik di dunia … Itu pada dasarnya orang yang tidak tahu cara menggunakan senjata, yang mengerikan,” terangnya.

Selan itu, wawancara yang disiarkan empat hari setelah pemerintahan Trump menuntut gencatan senjata dan dimulainya perundingan politik pimpinan PBB  untuk mengakhiri konflik Yaman. Menteri Pertahanan Jim Matts menyerukan gencatan senjata selama 30 hari.

Pada waktu sebelumnya, AS telah menjual senjata senilai miliaran US$ kepada Arab Saudi serta memberikan dukungan logistik dan lain-lain kepada koalisi tersebut.

Ketika ditanya apakah AS akan menghentikan penjualan senjata kepada Saudi, Trump berkata, “Kami memantau dari dekat situasi di Yaman. Ini adalah tempat yang terburuk di dunia sekarang. Saya akan berbicara kepada Saudi, dan saya tidak ingin senjata kami jatuh ke tangan orang-orang yang tidak mengerti bagaimana menggunakan senjata ini.”

Sekitar lebih dari 10,000 orang tewas sejak Saudi dan sekutunya menginvasi Yaman pada Maret 2015 dengan dalih memulihkan pemerintahan Presiden Abd Rabbuh Mansour Hadi yang telah mengundurkan diri.

Pada invasi militer itu juga telah menyebabkan sekitar dua pertiga populasi Yaman yang berjumlah 27 juta orang bergantung pada bantuan asing, dan lebih dari 8 juta orang terancam kelaparan.