Hari Ini, Jurusan Teknik Arsitektur POLNEP Gelar Seminar Nasional Perkembangan Kota Berbasis Air

 
Hari Ini, Jurusan Teknik Arsitektur POLNEP Gelar Seminar Nasional Perkembangan Kota Berbasis Air

LADUNI.ID, PONTIANAK - Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia sekitar 99.093 Km dan 16.056 pulau dari Aceh sampai Merauke di Papua berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan. Sehingga Tema Berbasis Air masih menjadi tema besar dalam acara temu ilmiah di Indonesia bahkan di dunia. Kota berbasis air menjadi salah satu hal utama dalam mendukung pembangunan berkelanjutan dan perkembangan kota. Pembangunan berkelanjutan tidak terlepas dari dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan. Oleh sebab itu, ketiga dimensi tersebut dapat mengisi pembangunan dan perkembangan kota air dengan tetap mempertahankan identitas kota air dan wujud arsitektur lokalnya. Inilah yang menjadi ciri khas dan keunikan lokal yang membedakan satu kota dengan kota lainnya. Sehingga identitas kota perlu mendapat khusus, terutama bagi kota-kota yang berkembang dari embrio kota berbasis air baik di pesisir pantai, tepian sungai, danau dan perairan lainnya.

Kontekstualitas suatu kota khususnya kota berbasis air pasti memiliki perancangan dan perencanaan kota yang mengedepankan unsur air. Adapun pertimbangan sumber daya air menjadi suatu hal yang mendasar dalam mempertahankan identitas suatu kota, kemudian muncul tanggapan yang berangkat dari potensi ciri khas kota tersebut. Selain itu, beberapa kota diawali dari embrio sebuah kota tepian air, yang memiliki kekhasan bentang alam dan bentuk arsitektur lokalnya.

Menghadapi tantangan lama arus Globalisasi dan tantangan kekinian Revolusi Indutri 4.0, serta tantangan bencana alam yang akhir-akhir ini sering terjadi di Indonesia, khususnya kota pesisir. Bencana antropogenik di Kota Palu adalah satu-satunya terdampak rangkaian tiga fenomena bencana sekaligus yakni gempa, tsunami dan likuifaksi yang telah menimbulkan sekitar 2.000 korban meninggal dunia. Setidaknya kejadian bencana tersebut turut berdampak pada perubahan lansekap Kota Palu, sehingga dalam perspektif arsitektur dapat diupayakan pendekatan ekologis, humanis dan transendental dalam wujud arsitekturnya. Sedangkan dalam perspektif urban dapat diupayakan perencanaan penanggulanan bencana berupa adaptasi dan mitigasi khusus di wilayah rawan bencana.

UNTUK DAPAT MEMBACA ARTIKEL INI SILAKAN LOGIN TERLEBIH DULU. KLIK LOGIN

 

 

Tags