Gambar Foto Haram?

 
Gambar Foto Haram?

LADUNI.ID -  Keharaman gambar memang berdasarkan hadis sahih, yaitu:

ﻓﻘﺎﻝ ﺟﺒﺮﻳﻞ «ﺇﻧﺎ ﻻ ﻧﺪﺧﻞ ﺑﻴﺘﺎ ﻓﻴﻪ ﺻﻮﺭﺓ ﻭﻻ ﻛﻠﺐ»

Jibril berkata kepada Nabi: "Sesungguhnya kami tidak masuk ke dalam rumah yang ada gambar dan anjing" (HR Bukhari dengan banyak redaksi hadis)

Namun yang perlu disahihkan adalah pemahaman apakah gambar hasil fotografi masuk dalam larangan hadis di atas?

Ternyata dalam masalah gambar dan foto dari kalangan ulama Salafi sendiri masih berbeda pendapat. Berikut beberapa pendapat yang membolehkan:

- Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin:

وَسُئِلَ فَضِيْلَةُ الشَّيْخِ: عَنْ حُكْمِ التَّصْوِيْرِ الْفُوْتُوْغَرَافِي؟. فَأَجَابَ - حَفِظَهُ اللهُ تَعَالَى - بِقَوْلِهِ : الصُّوَرُ الْفُوْتُوْغَرَافِيَّةُ الَّذِي نَرَى فِيْهَا ؛ أَنَّ هَذِهِ الآلَةَ الّتِي تُخَرِّجُ الصُّوْرَةَ فَوْراً ، وَلَيْسَ لِلإِنْسَانِ فِي الصُّوْرَةِ أَيَّ عَمَلٍ ، نَرَى أَنَّ هَذَا لَيْسَ مِنْ بَابِ التَّصْوِيْرِ ، وَإِنَّمَا هُوَ مِنْ بَابِ نَقْلِ صُوْرَةٍ صَوَّرَهَا اللهُ - عَزَّ وَجَلَّ - بِوَاسِطَةِ هَذِهِ اْلآلَةِ ، فَهِيَ انْطِبَاعٌ لاَ فِعْلَ لِلْعَبْدِ فِيْهِ مِنْ حَيْثُ التَّصْوِيْرُ ، وَاْلأَحَادِيْثُ الْوَارِدَةُ إِنَّمَا هِيَ فِي التَّصْوِيْرِ الَّذِي يَكُوْنُ بِفِعْلِ الْعَبْدِ وَيُضَاهِي بِهِ خَلْقَ اللهِ (مجموع فتاوى ورسائل ابن عثيمين - ج 2 / ص 205)

Syaikh Ibnu Utsaimin ditanya hukum gambar fotografi. Ia menjawab: “Gambar-gambar yang dihasilkan dari foto yang kami lihat di dalamnya yaitu alat tersebut mengeluarkan gambar secara cepat. Manusia tidak punya andil dalam gambar ini. Maka kami melihat bahwa foto ini tidak masuk dalam ‘menggambar’, namun sekedar memindah bentuk yang telah digambar oleh Allah dengan alat ini. Ini adalah alami, bukan perbuatan manusia dari segi menggambar. Sedangkan hadis-hadis yang telah ada hanya mengarah kepada menggambar pada perbuatan manusia yang dilakukan untuk menandingi ciptaan Allah” (Majmu’ Fatawa wa Rasail Ibni Utsaimin 2/205)

Masalah ini juga difatwakan oleh Ibnu Utsaimin dalam kitab-kitab lainnya seperti Liqa’at al-Bab al-Maftuh 72/19 dan Durus wa Fatawa al-Haram al-Madani 1/33.

- Syekh Bin Baz

ثَانِيًا: الْمَجَلاَّتُ وَالْجَرَائِدُ الَّتِي بِهَا أَخْبَارٌ مُهِمَّةٌ وَمَسَائِلُ عِلْمِيَّةٌ نَافِعَةٌ وَبِهَا صُوَرٌ لِذَوَاتِ اْلأَرْوَاحِ يَجُوْزُ شِرَاؤُهَا وَاْلاِنْتِفَاعُ بِمَا فِيْهَا مِنْ عِلْمٍ مُفِيْدٍ وَأَخْبَارٍ مُهِمَّةٍ؛ لأَنَّ الْمَقْصُوْدَ مَا فِيْهَا مِنَ الْعِلْمِ وَاْلأَخْبَارِ، وَالصَّوَرُ تَابِعَةٌ وَالْحُكْمُ يَتْبَعُ اْلأَصْلَ الْمَقْصُوْدَ إِلَيْهِ دُوْنَ التَّابِعِ. (فتاوى اللجنة الدائمة للبحوث العلمية والإفتاء - ج 2 / ص 359)

“Majalah dan Koran yang di dalamnya terdapat berita penting dan masalah ilmiah yang bermanfaat, yang didalamnya terdapat gambar-gambar yang memiliki roh, boleh diperjualbelikan dan mengambil manfaat darinya, yakni ilmu yang berfaedah dan kabar penting. Sebab tujuannya adalah yang terdapat di dalam majalah itu, berupa ilmu dan kabar berita, sedangkan gambar hanya mengikuti berita. Hukum berlaku pada tujuan (ilmu dan berita), bukan pada pelengkap (gambar)” (Fatawa al-Lajnah ad-Daimah li al-Buhuts al-Ilmiyah wa al-Ifta’ 2/359)

- Syaikh Nasiruddin Al-Albani

وَلاَ فَرْقَ فِي ذَلِكَ بَيْنَ مَا كَانَ مِنْهَا تَطْرِيْزًا عَلَى الثَّوْبِ أَوْ كِتَابَةً عَلَى الْوَرَقِ ، أَوْ رَسْمًا بِاْلآلَةِ الْفُوْتُوْغَرَافِيَّةِ إِذْ كُلُّ ذَلِكَ صُوَرٌ وَتَصْوِيْرٌ ، وَالتَّفْرِيْقُ بَيْنَ التَّصْوِيْرِ الْيَدَوِيِّ وَالتَّصْوِيْرِ الْفُوْتُوْغَرَافِي ، فَيَحْرُمُ اْلأَوَّلُ دُوْنَ الثَّانِي (السلسلة الصحيحة - ج 1 / ص 355)

“Tidak ada perbedaan dalam gambar, baik yang dibentuk di baju atau yang ditulis di kertas, atau gambar dengan alat fotografi. Sebab semuanya adalah gambar dan menggambar. Perbedaan antara menggambar dengan tangan dan foto adalah haram yang pertama (dengan tangan), bukan yang kedua (foto)” (as-Silsilah ash-Shahihah 1/355)

- Ulama Sunni Mesir Dan Syafi'iyah

Mufti al-Azhar Syaikh Athiyah Shaqr juga mengeluarkan fatwa boleh:

عَلَى أَنَّهُمْ اسْتَثْنَوْا التَّصْوِيْرَ الشَّمْسِىَّ ، لأَنَّهُ حَبْسُ ظِلٍّ بِمُعَالَجَةٍ كِيْمَاوِيَّةٍ عَلىَ نَحْوِ خَاصٍّ ، وَلَيْسَتْ فِيْهِ مُعَالَجَةُ الرَّسْمِ الْمَعْرُوْفَةُ . (فتاوى الأزهر - ج 10 / ص 96)

“Para ulama mengecualikan gambar yang dihasilkan dengan cahaya (foto). Sebab hal itu merupakan merekam bayangan dengan alat dan cara tertentu. Dalam alat tersebut tidak ada bentuk menggambar yang telah diketahui” (Fatawa al-Azhar 10/96)

Dari ulama Syafiiyah Mutaakhkhirin, Sayid Alawi bin Ahmad Assegaf berkata:

وَانْظُرْ مَا عَمَّتْ بِهِ الْبَلْوَى فِي هَذِهِ اْلاَزْمِنَةِ مِنِ اتِّخَاذِ الصُّوَرِ الْمَأْخُوْذًةِ رَقْمًا بِالْفُوْتُوْغَرَافِ هَلْ يَجْرِي فِيْهِ هَذَا الْخِلاَفُ لِكَوْنِهَا مِنْ جُمْلَةِ الْمَرْقُوْمِ اَمْ تَجُوْزُ مُطْلَقًا بِلاَ خِلاَفٍ لِكَوْنِهَا مِنْ قَبِيْلِ الصُّوْرَةِ الَّتِي تُرَى فِي الْمِرْأةِ وَتَوَصَّلُوْا اِلَى حَبْسِهَا حَتَّى كَأَنَّهَا هِيَ كَمَا تَقْضِى بِهِ الْمُشَاهَدَةُ حَرِّرْهُ فَاِنِّي لَمْ اَقِفْ عَلَى مَنْ تَعَرَّضَ لِذَلِكَ مِنْ اَرْبَابِ الْمَذَاهِبِ الْمُتَّبَعَةِ وَعَلَى كٌلٍّ فَفِيْمَا نَقَلْتُهُ فُسْحَةٌ لِلنَّاسِ وَسَعَةٌ (ترشيح المستفيدين على فتح المعين للسيد علوي بن احمد السقاف صـ 324)

“Lihatlah kejadian yang telah rata di masa sekarang dengan menjadikan gambar dari fotografi. Apakah hukum khilaf masalah gambar juga berlaku, sebab foto termasuk jenis gambar, atau boleh secara mutlak tanpa khilaf karena foto termasuk gambar yang terdapat di dalam cermin, dan mereka berusaha mengambil gambarnya sebagaimana yang bisa disaksikan. Perhatikanlah! Sebab saya tidak menemukan pendapat ulama yang menyinggungnya dari madzhab-madzhab yang diikuti. Atas semua itu, apa yang telah saya kutip (dari khilaf ulama) adalah sebuah keleluasaan bagi manusia” (Tarsyih al-Mustafidin ala Fath al-Mu’in Hal. 324)

Wa akhiran, ketika mereka mengharamkan foto dipajang ternyata memakai foto-foto yang ada di Indonesia. Coba saja pakai foto Raja-raja Arab Saudi di bawah ini....