Bersama Gus Nidzar Idris, Ansor Denpasar Kupas Gen Radikalisme dan Infiltrasinya

 
Bersama Gus Nidzar Idris, Ansor Denpasar Kupas Gen Radikalisme dan Infiltrasinya

LADUNI.ID | BALI - Ansor Kota Denpasar ahad pagi mengadakan Cangkru’an yang dikemas dengan diskusi ilmiah dengan tema “Genealogi Radikalisme dan Infiltrasinya” yang menghadirkan Gus Nidzar Idris. (30/12)

Gus Nizar yang juga adalah Wakil Sekretaris LTM PBNU mengungkapkan saat berkunjung ke Museum Bajra Sandhi Renon Kota Denpasar, "saya melihat antara masyarakat hindu dengan muslim saling berdampingan, dan itulah keberagamaan yang ditampilkan mencerminkan ajaran Islam yang sesungguhnya.”

Kemudian dalam diskusi tersebut dikatakan bahwa corak Islam di Indonesia itu seperti halnya corak Islam yang ditampilkan oleh Nahdlatul Ulama, kemudian prinsip yang dipegang oleh Banser adalah sesuai dengan al imanu ba’dal amni yang artinya keimanan setelah keamanan. Maka hindu dengan Banser tidak perlu takut.

Radikal menurut Gus Nidzar adalah sebuah pemahaman yang mencoba merubah tatanan yang sudah mapan, yang terdapat dalam Al Qur’an disebut dengan ghuluw dan Syeikh Wahbah Az Zuhaily menyebutnya dengan istilah tatharruf.

“Dan benih radikalisme sudah ada pada masa Nabi, yaitu oleh sahabat dzul Khuwaisir yang memprotes kebijakan Rasulullah tidak sesuai dalam pembagian harta ghanimah. Sehingga, membuat sahabat Umar marah atas perilakunya tersebut.” Terang pria yang pernah mengenyam pendidikan di Maroko dan Suriyah ini.

 

Imam Nawawi menafsiri bahwa ciri-ciri dari Dzul Khuwaisir adalah orang yang kurus, berjenggot panjang, cingkrang, berjidat hitam, dan lain sebagainya. Hal ini menjadi cikal bakal radikalisme  dan ciri-ciri tersebut menjadi identitas dari mereka.

Skema dari Ideologi Khawarij secara umum yaitu al hakimiyah, takfiril ahkam, jahiliyatul alam, al ala wal barra, darul harb waddarul kufr, al jihad fisabilillah, amar ma’ruf nahi munkar.

Yang menarik dalam diskusi ini adalah Radikalisme Islam Wahabis produksi transnasional yang diplopori oleh Sayyid Quthb, dengan menampilkan Islam dengan cara kekerasan. Sedangkan Radikalisme non wahabis produk lokal yang muncul dari nusantara yaitu SM Kertosuwiryo yang mendirikan DI TII dan DDII yang digagas oleh Muhammad Natsir.

(syah/dad)