Biografi Sunan Prawoto ( Sultan Demak Bintoro ke IV )
- by Achmad Susanto
- 2.685 Views
- Jumat, 2 September 2022

Daftar Isi
1. Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga Sunan Prawoto
1.3 Nasab Sunan Prawoto
1.4 Wafat
2. Sanad Ilmu dan Pendidikan Sunan Prawoto
2.1 Guru-guru Sunan Prawoto
3. Penerus Sunan Prawoto
3.1 Anak-Anak Sunan Prawoto
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah Sunan Prawoto
5. Keteladanan Sunan Prawoto
6. Referensi
1 Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
Sunan Prawoto lahir sekitar tahun 1415 an. Beliau adalah putra dari Raden Trenggono (Sultan ke 2 di Kesultanan Demak) dan ibunya adalah Kanjeng Ratu Pambayon (Puteri Sunan Kalijaga atau Raden Syahid)
1.2 Riwayat Keluarga Sunan Prawoto
Dari pernikahan beliau dikarunia putra :
- Arya Pangiri
- Rara Semangkin
- Rara Prihatin
1.3 Nasab Sunan Prawoto
Jika diambil dari garis keturunan Kakek beliau adalah cicit/ buyut dari Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi dengan silsilah sebagai berikut :
- Prabu Brawijaya V Bhre Kertabhumi
- Raden Patah
- Raden Trenggono
- Raden Haryo Mukmin atau Sunan Prawoto atau Sultan Prawoto
Jika diambil dari garis keturunan Nenek beliau adalah masih keturunan dari Rasulullah SAW, dengan Silsilah sebagai berikut :
- Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
- Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib
- Al-Imam Al-Husain
- Al-Imam Ali Zainal Abidin
- Al-Imam Muhammad Al-Baqir
- Al-Imam Ja’far Shadiq
- Al-Imam Ali Al-Uraidhi
- Al-Imam Muhammad An-Naqib
- Al-Imam Isa Ar-Rumi
- Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
- As-Sayyid Ubaidillah
- As-Sayyid Alwi
- As-Sayyid Muhammad
- As-Sayyid Alwi
- As-Sayyid Ali Khali’ Qasam
- As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath
- As-Sayyid Alwi Ammil Faqih
- As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
- As-Sayyid Abdullah
- As-Sayyid Ahmad Jalaluddin
- As-Sayyid Husain Jamaluddin Al-Akbar/ Syekh Jumadil Kubro
- As-Sayyid Ibrahim Asmoroqondi
- As-Sayyid Ali Rahmatullah atau Sunan Ampel
- Dewi Murtasimah atau Asyiqah Istri Raden Patah
- Raden Trenggono
- Raden Haryo Mukmin atau Sunan Prawoto atau Sultan Prawoto
Jika diambil dari garis keturunan dari ibu beliau masih keturunan dari Rasulullah SAW dengan urutan Silsilah sebagai berikut :
- Nabi Muhammad Rasulullah SAW.
- Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib
- Al-Imam Al-Husain
- Al-Imam Ali Zainal Abidin
- Al-Imam Muhammad Al-Baqir
- Al-Imam Ja’far Shadiq
- Al-Imam Ali Al-Uraidhi
- Al-Imam Muhammad An-Naqib
- Al-Imam Isa Ar-Rumi
- Al-Imam Ahmad Al-Muhajir
- As-Sayyid Ubaidillah
- As-Sayyid Alwi
- As-Sayyid Muhammad
- As-Sayyid Alwi
- As-Sayyid Ali Khali’ Qasam
- As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath
- As-Sayyid Alwi Ammil Faqih
- As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan
- As-Sayyid Abdullah
- As-Sayyid Ahmad Jalaluddin
- As-Sayyid Ali Nuruddin
- As-Sayyid Maulana Mansur
- Ahmad Sahuri alias Raden Sahur alias Tumenggung Wilatikta (Bupati Tuban ke-8)
- Sunan Kalijaga alias Raden Said
- Kanjeng Ratu Pembayun
- Raden Haryo Mukmin atau Sunan Prawoto atau Sultan Prawoto
1.4 Wafat
Sunan Prawoto wafat pada tahun 1546. Dan dimakamkan di bukit Sukodono di Gunung Prawoto (pegunungan Kendeng/pegunungan Kapur Utara) yang lebih dikenal sebutan bukit Kamdowo
2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Sunan Prawoto
Beliau dibesarkan dan dididik oleh ayahanda Raden Trenggono dan kakek beliau Sunan Kalijaga
2.1 Guru-guru Sunan Prawoto
- Raden Trenggono
- Sunan Kalijaga
3 Penerus Sunan Prawoto
3.1 Anak-anak Sunan Prawoto
- Arya Pangiri
- Rara Semangkin
- Rara Prihatin
4. Perjalanan Hidup dan Dakwah Sunan Prawoto
Konflik yang terjadi di kerajaan Demak pada tahun 1546-1549 berawal dari wafatnya Sultan Trenggana dan pelantikan Sunan Prawoto menjadi penerus Sultan Trenggono sebagai raja kerajaan Demak ke-4.Sunan Prawoto adalah putra dari Sultan Trenggana dan dianggap berhak menjadi penerus dari Sultan Trenggana atas dukungan dari Sunan Giri. Sebelum dipilihnya Sunan Prawoto menjadi raja keempat Demak, terjadi perbedaan penafsiran dari beberapa anggota walisongo untuk menentukan siapa penerus dari Sultan Trenggana, karena diantara beberapa wali mempunyai calon masing-masing untuk dijadikan sebagai penerus Sultan Trenggono sebagai raja di kerajaan Demak.
Selain dijelaskan diatas, beberapa penyebab terjadinya konflik di kerajaan Demak ialah jauh sebelum terjadinya konflik yang terjadi pada tahun 1546 yang nantinya membuat kerajaan Demak ini runtuh adalah pemilihan Sultan Trenggana menjadi raja sebagai pengganti dari Pati Unus yang gugur ketika menyerang Malaka yang mana pada waktu itu ada persaingan tidak sehat antara Sultan Trengana dan Pangeran Seda Lepen. Penyebab lainnya adalah Arya penangsang ingin membalas dendam kepada Sunan Prawoto yang telah membunuh Pangeran Seda Lepen, ayah Arya Penangsang, dan Arya Penangsang juga merasa sangat berhak atas tahta kerajaan Demak dan ingin merebutnya dari tangan Sunan Prawoto.
Peristiwa ini menimbulkan peperangan berkepanjangan yang nantinya diteruskan oleh putra-putra mereka dan berakhir dengan kehancuran kerajaan Demak. Perebutan kekuasaan terjadi antara keturunan keluarga Kerajaan Demak yaitu Pangeran Sekar Seda Lepen dengan Pangeran Trenggono.Kedua pangeran menilai dirinya pantas menduduki tahta kerajaan Demak. Dari segi usia, Pangeran Sekar Seda Lepen lebih tua sehingga merasa lebih berhak atas tahta Kerajaan Demak daripada Pangeran Trenggono, dan dalam tradisi Jawa, memang seharusnya putra yang lebih tua yang berhak menjadi putra mahkota. Namun Pangeran Trenggono tidak menerima alasan itu, dia tetap menginginkan tahta kerajaan Demak.dijelaskan bahwa Pangeran Seda Lepen lahir dari selir Raden Patah yang ke tiga, sedangkan Pangeran Trenggono lahir dari permaisuri Raden Patah, yaitu putri Sunan Ampel. Atas dasar itu, Pangeran Trenggono merasa lebih berhak menduduki tahta kerajaan Demak.
Tahun 1521 Pangeran Prawoto, putra Pangeran Trenggono, membunuh Pangeran Sekar Seda Lepen yang dianggap sebagai penghalang bagi Pangeran Trenggono untuk mewarisi tahta Kerajaan Demak. Pembunuhan terjadi di sebuah jembatan sungai saat Pangeran Sekar Seda Lepen dalam perjalanan pulang dari salat Jum‟at. Oleh karenanya pangeran Kikin di sebut dengan nama Sekar Seda ing Lepen, yang artinya sekuntum bunga yang wafat di tepi sungai. Bisa dikatakan pembunuhan Pangeran Seda Lepan di picu oleh umur, dan memang dalam adat, putra yang lebih tua mempunyai hak lebih besar dalam pewarisan tahta, dan itu alasan Sunan Prawoto membunuh Pangeran Seda Lepen. Setelah pangeran Seda Lepen wafat, secara otomatis tinggal Sultan Trenggono yang merupakan ayahnya saja yang berhak menduduki tahta kerajaan Demak, dan Sultan Trenggono memerintah selama 25 tahun.
Pada masa kepemimpinan Sultan Trengono, perselisihan paham dan perbedaan sikap belum muncul diantara para putra-putra Sultan Trenggono dan Pangeran Seda Lepen. Baru setelah wafatnya Sultan Trenggono saat hendak menaklukan Panarukan, terjadi perselisihan tentang siapa yang berhak menggantikannya.Pembunuhan ini menjadi pangkal persengketaan di kerajaan Demak. Arya Penangsang, putra Pangeran Sekar Seda Lepen berusaha menuntut balas atas kematian ayahnya, sehingga Arya Penangsang berusaha untuk menumpas keturunan Sultan Trenggono.
Di dalam Babad Tanah Jawi, tidak disebutkan siapa pengganti Sultan Trenggono setelah beliau wafat.Hanya saja menurut berita Portugis, pengganti Sultan Trenggono adalah anaknya sendiri yaitu Sunan Prawoto. Tahun 1546 Sunan Giri dengan sesepuh kerajaan Demak bersepakat mengangkat putra sulung Sultan Trenggono, yaitu Sunan Prawoto sebagai raja Demak keempat dengan gelar Sultan Syah Alam Akbar Jiem-Boen-ningrat IV. Sunan Prawoto dinobatkan sebagai raja karena merupakan keturunan langsung dari Sultan Demak III yaitu Sultan Trenggono.Semasa menjadi raja Sunan Prawoto didampingi oleh seorang istri dan dikaruniai seorang putra bernama Arya Pengiri dan putri yang bernama Rara Semangkin dan Rara Prihatin.
Sunan Prawoto bukan raja yang tidak faham politik dan perang, bukan pula seorang yang gagap dalam memanajemen kerajaan, sebab dimasa mudanya, Sunan Prawoto adalah sosok dibalik kejayaan Demak. Pemikiran dan kecerdasan Sunan Prawoto turut memberikan sumbangsih pada ayahnya Sultan Trenggono ketika menaklukan negeri-negeri jauh seperti Banjarmasin, Sunda Kelapa, Banten, Cirebon, dan lainnya, bahkan diangkatnya Sultan Trenggono menjadi Sultan ke tiga Demak pun karena jasa Sunan Prawoto, sebab sebagaimana diketahui selepas Sultan Demak II meninggal, Raden Kikin yang terlibat perseteruan perebutan tahta dengan Trenggono dibunuh oleh Sunan Prawoto.
Setelah Sunan Prawoto pada saat dilantik menjadi Sultan Demak ke IV bukan menjalankan sumpah yang terdahulu, tapi sumpah yang sudah benar-benar akan terwujud jika saja Sunan Prawoto mau melaksanakannya.Berhentinya upaya Sunan Prawoto untuk dapat menjadikan dirinya sebagai Sultan di Nusantara yang kekuasaannya luas sehingga menyamai Sultan Turki dikarenakan suatu hal yang menyentuh hatinya. Dimasa paruh bayanya, Sunan Prawoto rupanya banyak membaca ajaran-ajaran agama Islam tentang kasih sayang dan kesejatian abadi, ia mencintai sedikit demi sedikit ajaran cinta dan hakikat hidup selayaknya seorang Sufi.
Merasuknya ajaran itu, sedikit demi sedikit menghilangkan watak dan sikap masa lalunya, jika dahulu Sunan Prawoto dikenal sebagai politikus ulung yang menghalakan segala cara demi kekuasaan, kini beliau menjadi seorang yang peka terhadap penderitaan sesama manusia. Sunan Prawoto selepas itu lebih memilih berkelana dari gunung satu ke gunung lainnya untuk melakukan penghayatan pada ajaran agama yang ia pelajari,sehingga akhirnya beliau gandrung untuk bertafakur dan menyepi pada satu Gunung kecil yang dikenal dengan nama Prawoto.Bagi Sunan Prawoto Bukit Prawoto adalah tempat damai nan tenang, dari tempat ini beliau bisa mengajarkan pengetahuan agamanya kepada sesamanya. Selepas gandrung dan terlampau cinta pada tempat tinggal barunya di Bukit Prawoto, Sunan Prawoto rupanya membuat kebijakan menggemparkan, sebab ia memindahkan Ibukota kesultanan Demak ke Bukit Prawoto.
Sunan Prawoto memindahkan ibukota kerajaan Demak dari Bintara ke daerah bukit Prawoto di Desa Prawoto, Sukojiwo, Pati (saat ini). Nama Sunan Prawoto sendiri, di dapat dari nama gunung (Gunung Prawoto), tidak jauh dari ibu kota yang lama, yang menjadi tempat tinggalnya. Gelar Susuhunan yang dalam bentuksingkatnya “Sunan” juga dipakai oleh orang-orang suci Islam seperti Kalijaga, memberi petunjuk bahwa kekuasaan raja ini pertama-tama bersumber pada kewibawaannya sebagai pelindung agama. Nama pribadi "Susuhunan dari Gunung" itu agaknya tidak dikenal. Dalam Serat Kandhayang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, mengenai Sunan Prawoto diberitakan bahwa "volgens eijgen verkiezing Priai Moenkim ofte eeti Heilige soesoehoenan van Prawoto" (karena pilihannya sendirilah ia telah menjadi Priayi Munkim atau Susuhunan Suci di Prawoto). Tetapi Sunan Prawoto dalam beberapa teks Jawa ternyata juga disebut Sunan Mukmin, yang berarti Orang Beriman yang Sejati (Arab: mu'min).
Dalam mengemban tugas pemerintahan di kerajaan Demak Sunan Prawoto dianggap lemah, terutama ketika berurusan dengan masalah politik Kerajaan Demak. Salah satu bukti kelemahan pemerintahan Sunan Prawoto adalah Sunan Prawoto lebih memilih jalan hidup sebagai ulama daripada sebagai raja. Kelemahan Sunan Prawoto dalam memerintah Kerajaan Demak sejalan dengan catatan Manuel Pinto dari Portugis. Menurut catatan, Tahun 1548 Sunan Prawoto berencana untuk mengislamkan seluruh Jawa dan ingin berkuasa seperti Sultan Turki. Namun kenyataannya, rencana Sunan Prawoto hanya terhenti pada rencana. Keinginan Sunan Prawoto tidak pernah tercapai karena Sunan Prawoto lebih mementingkan urusan agama dari pada politik kerajaan Demak. Atau bisa dikatakan ketrampilan Sunan Prawoto dalam hal politik tidak begitu bagus karena dia lebih memilih menjadi seorang ulama. Akibat ketidak seriusan Sunan Prawoto menjalankan Kerajaan Demak, banyak wilayah bawahan Demak seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gersik melepaskan diri dari Demak. Kerajaan-kerajaan yang melepaskan diri dari kerajaan Demak ketika terjadi konflik di kerajaan Demak ini adalah kerajaan Cirebon, dan Kesultanan.
Banten yang awalnya bagian dari wilayah kerajaan Islam Demak dan itu terjadi pada tahun 1552 M.Demikian juga di Jawa Timur, berdiri kerajaan di daerah Gresik bernama Giri Kedhaton dengan tokoh terkenalnya bernama Sunan Prapen atau Sunan Giri III, cucu dari Sunan Giri pertama. Manuel Pinto memberitakan, raja Jawa itu sedang berusaha mengislamkan seluruh Pulau Jawa.Raja berkata, bila usaha ini berhasil, ia akan menjadi segundo turco, maksudnya menjadi sultan Turki yang kedua, setaraf dengan Suleiman I, Sang Pencinta Kemewahan.Dari hal ini, kita bisa menyebutkan bahwa raja Demak keempat ini sudah mengetahui informasi-informasi tentang bangsa-bangsa eropa, dan kemungkinan dia mengetahui informasi ini dari seorang portugis yang sudah memeluk islam dan menjadi bawahannya.
Seperti yang dikatakan Dr. Crucq bahwa di kerajaan Demak ada seorang yang berasal dari Algarvia, daerah Portugis Selatan yang semula beragama Khatolik lalu masuk Islam. Namanya adalah Coje Geinal (Khoja Zainal). Coje Geinal adalah orang Portugis yang banya memperluas pengetahuan di kerajaan Islam Demak tentang Eropa dan penyebaran Islam disana.sewaktu Sunan Prawoto berkeinginan untuk menaklukkan Makasar dan menutup jalur perdagangan beras ke Malaka dan akan mengirimkan ekspedisi ke Sulawesi Selatan dengan bermaksud menaklukan dan mengislamkan daerah itu, dan pada waktu yang sama Pastor bernama Vicente Viegas juga ingin menyebarkan ajaran Katolik ke Sulawesi Selatan.Mengetahui keinginan Sunan Prawoto untuk mengislamkan seluruh Sulawesi Selatan, Manuel Pinto berusaha mempengaruhi Sunan Prawoto agar tidak meneruskan rencana tersebut.oleh karena ekspedisi pasukan kerajaan Islam Demak dari Jawa ini jelas akan merugikan Pastor Vicente Viegas. Manuel Pinto sendiri adalah seorang Portugis yang mengantar surat dari Malaka untuk Uskup Agung Pastor Vincente Viegas di Makasar. Dia singgah ke Jawa sepulang dari mengantar surat untuk uskup itu.
Tidak lama Sunan Prawoto menduduki tahta kerajaan Demak, beliau dibunuh oleh Arya Penangsang Bupati Jipang, sebagai pembalasan atas kematian ayahnya yang dibunuh oleh Sunan Prawoto.Menurut cerita, Arya Penangsang membunuh Sunan Prawoto bukan hanya ingin menuntut balas atas kematian ayahnya, melainkan juga menginginkan tahta kerajaan Demak, karena Arya Penangsang merasa lebih berhak untuk menduduki tahta kerajaan Demak. Arya Penangsang menjadi aktor dalam konflik kerajaan Demak yang terjadi pada tahun 1546 ini.Rasa ketidak puasan, dendam, dan ambisi menjadi penguasa dari Arya Penangsang menjadi bom waktu terhadap kehancuran kerajaan ini. Sunan Prawoto memimpin kerajaan Demak hanya sekitar 2,5 tahun dan akhirnya terbunuh oleh suruhan Arya Penangsang.
5 Keteladanan Sunan Prawoto
Sunan Prawoto Pada saat dilantik menjadi Sultan Demak ke IV, Sunan Prawoto bersumpah, ia akan menjadi Sultan yang lebih besar dari ayahnya Sultan Trenggono, ia ingin seperti Sultan Turki yang kekuasannya membentang luas, dari itulah Sunan Prawoto berencana menaklukan seluruh Jawa, Makasar, dan menghancurkan Portugis di Melaka. Tapi cita-cita yang diucapkannya itu belakangan sulit terwujud selepas ia diilhami kesejatian abadi saat menyepi di bukit Prawoto. Dimasa paruh bayanya, Sunan Prawoto rupanya banyak membaca ajaran-ajaran agama Islam tentang kasih sayang dan kesejatian abadi, ia mencintai sedikit demi sedikit ajaran cinta dan hakikat hidup selayaknya seorang Sufi.
Merasuknya ajaran itu, sedikit demi sedikit menghilangkan watak dan sikap masa lalunya, jika dahulu Sunan Prawoto dikenal sebagai politikus ulung yang menghalakan segala cara demi kekuasaan, kini ia semacam menjadi seorang yang peka terhadap penderitaan sesama manusia.Raden Mukmin selepas itu lebih memilih berkelana dari gunung satu ke gunung lainnya untuk melakukan penghayatan pada ajaran agama yang ia pelajari,sehingga akhirnya ia gandrung untuk bertafakur dan menyepi pada satu Gunung kecil yang dikenal dengan nama Prawoto.Bagi Raden Mukmin Bukit Prawoto adalah tempat damai nan tenang, dari tempat ini ia bisa mengajarkan pengetahuan agamanya kepada sesamanya. Selepas gandrung dan terlampau cinta pada tempat tinggal barunya di Bukit Prawoto,
6 Referensi
- Buku Atlas Wali Songo, Agus Sunyoto,
- Buku Wali Songo: Rekonstruksi Sejarah yang Disingkirkan, Agus Sunyoto, Jakarta: Transpustaka, 2011
- Babad Wali Songo, Yudhi AW,2013
- Sejarah Wali Sanga, Purwadi,
- Dakwah Wali Songo, Purwadi dan Enis Niken,
- Suroyo, A.M. Djuliati, dkk. 1995. Penelitian Lokasi Bekas Kraton Demak.Kerjasama Bappeda Tingkat I Jawa Tengah dengan Fakultas Sastra UNDIP Semarang.
- Serat Kandhaning Ringgit Purwa. Koleksi KGB. No 7.
- Sudibya, Z.H. 1980. Babad Tanah Jawi. Jakarta: Proyek Peneribitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Kartodirdjo, Sartono (ed.). 1977. Sejarah Nasional Indonesia Jilid III. Jakarta: Balai Pustaka.
Lokasi Terkait Beliau
Belum ada lokasi untuk sekarang
Memuat Komentar ...