Do’a dan Adab Utama Ketika Terjadi Gempa

 
Do’a dan Adab Utama Ketika Terjadi Gempa
Sumber Gambar: laduni.id

LADUNI.ID, Jakarta - Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang rawan mengalami gempa bumi. Sebab, negeri tercinta ini diapit oleh Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Selain itu, Indonesia juga sebuah negeri yang memiliki banyak gunung berapi dan sangat berpotensi menyebabkan gempa vulkanik.

Sebagai muslim ada baiknya mengetahui beberapa anjuran seperti doa dan adab utama yang diajarkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam  dalam hadits ketika terjadi gempa atau bencana alam lainnya.

Selain doa ternyata ada 3 adab utama menurut hadits yang disarankan untuk dilakukan umat Islam ketika terjadi bencana alam termasuk gempa bumi.

Do'a Yang Dibaca Ketika Terjadi Gempa Bumi dan atau Terjadinya Tanda- Tanda Kekuasaan Allah SWT.

حَدَّثَنَا أَبُو الْيَمَانِ قَالَ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ قَالَ أَخْبَرَنَا أَبُو الزِّنَادِ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْأَعْرَجِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ فَيَفِيضَ

Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib berkata, telah mengabarkan kepada kami Abu Az Zinad dari 'Abdurrahman Al A'raj dari Abu Hurairah ia berkata, "Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali setelah hilangnya ilmu, banyak terjadi gempa, waktu seakan berjalan dengan cepat, timbul berbagai macam fitnah, Al haraj -yaitu pembunuhan- dan harta melimpah ruah kepada kalian."
(Hadis Imam Bukhari No: 978)

Adab pertama, menyelamatkan diri. Adab ini menjadi hal utama meskipun seorang muslim dalam keadaan beribadah termasuk saat shalat fardhu.
Dalam kondisi ini terdapat riwayat yang menyebutkan:

إِذَا رَجُلٌ يُصَلِّي وَإِذَا لِجَامُ دَابَّتِهِ بِيَدِهِ فَجَعَلَتْ الدَّابَّةُ تُنَازِعُهُوَجَعَلَ يَتْبَعُهَا ...(رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ

Artinya: Seketika itu ada seseorang (Sahabat Abu Barzah al-Aslami Ra) yang sedang shalat dan tali kendali hewan tunggangannya (dipengang) ditangannya, lalu tiba-tiba hewan itu menyeretnya dan ia pun mengikutinya.” HR. al-Bukhari.

Dari hadits ini, kemudian ulama memahami bahwa untuk menjaga keselamatan hal yang dikhawatirkan rusak (termasuk akibat bencana), baik benda maupun lainnya maka seseorang boleh membatalkan shalat. (Ahmad bin Ali bin Hajar Al-‘Asqallani, Kitab Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari, [Beirut, Darul Ma’rifah: 1379 H], juz III, halaman 82).

Adab kedua, merendahkan diri kepada Allah dengan berdoa demi keselamatan dan juga kebaikan sesuai dengan bencana yang sedang terjadi, sesuai dengan hadits:

كَانَ النَّبِىُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَصَفَتِ الرِّيحُ قَالَ:اَللهم إِنِّى أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيهَا وَخَيْرَ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيهَا وَشَرِّ مَا أُرْسِلَتْ بِهِ. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya: “Nabi Shalallahu Alaihi Wassalam ketika terdapat angin bertiup sangat kencang beliau berdoa: ‘Ya Allah, sungguh aku memohon kepadamu kebaikan angin, kebaikan apa yang ada di dalamnya dan kebaikan apa yang dikirimkan dengannya; dan aku berlindung kepada-Mu dari keburukannya, dari keburukan apa yang ada di dalamnya dan keburukan apa yang dikirimkan dengannya.” HR. Muslim

Adab ketiga, bila memungkinkan lakukanlah shalat sunnah mutlak 2 rakaat secara individu (tanpa berjamaah) berdasarkan hadits sesuai ijtihad ulama, sebagaimana dari Ibn Al-Muqri (755-837 H) seorang pakar fiqh asal Yaman yang dikutip oleh Syaikh Nawawi al-Bantani:

يُسَنُّ لِكُلِّ أَحَدٍ أَنْ يَتَضَرَّعَ بِالدُّعَاءِ وَنَحْوِهِ عِنْدَ الزَّلَازِلِ وَنَحْوِهَا كَالصَّوَاعِقِ وَالرِّيحِ الشَّدِيدِ وَالْخُسُفِ، وَأَنْ يُصَلِّيَ فِي بَيْتِهِ مُنْفَرِدًا كَمَا قَالَهُ ابْنُ الْمُقْرِي لِئَلَّا يَكُونَ غَافِلًا، لِأَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا عَصَفَتِ الرِّيحُ قَالَ:اَللهم إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا

Artinya: “Disunnahkan bagi setiap orang untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berdoa dan semisalnya, ketika terjadi gempa bumi dan semisalnya, seperti petir dan angin yang dahsyat serta gerhana; dan disunnahkan juga untuk shalat (sunnah) di rumahnya secara sendirian sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Muqri, agar tidak lalai, berdasarkan hadits bahwa Nabi SAW ketika ada angin bertiup sangat kencang ia berdoa, ‘Ya Allah, sungguh aku memohon kepadamu kebaikan angin...’” (Muhammad bin Umar bin Ali bin Nawawi Al-Jawi, Kitab Nihayatuz Zain fi Irsyadil Mubtadi’in, [Beirut, Darul Fikr: tanpa catatan tahun], halaman 105).

Dalam hal gempa di Indonesia, kita harus melihat faktor alami penyebab gempa itu apa dan bagaimana cara meminialisasi resiko di masa depan dengan cara-cara yang ilmiah seperti membuat bangunan tahan gempa, penataan pemukiman dan lain sebagainya. Kita juga harus membantu saudara-saudara kita yang tertimpa musibah dengan cara apa pun yang kita bisa, minimal mendoakan kebaikan. Jangan sampai ada yang gegabah menghubungkan suatu musibah sebagai azab, sebab bisa saja para korban itu mendapat pahala syahid dan justru penonton yang tak tertimpa musibah itulah yang terkena azab Allah berupa istidraj yang harus dibayar mahal kelak di akhirat.

 

Sumber: 
1. Kitab Shahih  Bukhori 
2. Kitab Fathul Bari Syarh Shahih Al-Bukhari