Kisah Seorang Pelacur yang Diampuni Dosanya karena Menolong Seekor Anjing

 
Kisah Seorang Pelacur yang Diampuni Dosanya karena Menolong Seekor Anjing
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Setiap orang Islam tidak boleh menghakimi saudaranya dengan pandangan keburukan, bagaimanapun keadaannya. Pintu taubat masih terbuka lebar bagi siapapun hamba Allah yang mendekat. Karena itu, ketika melihat suatu kemaksiatan yang dilakukan oleh seseorang, kita tidak boleh benci kepada pribadinya, melainkan kepada perbuatannya. Rahmat Allah SWT itu sangat luas. Tidak ada yang bisa membatasinya. Siapa tahu, orang yang mungkin saat ini tampak terjerumus di dalam lembah kenistaan, suatu saat ini ditakdirkan taubat kembali kepada Allah SWT.

Ada satu kisah menarik yang tercatat di dalam Kitab Shahih Bukhari, tentang taubatnya seorang pezina karena menolah seekor anjing.

Dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. dikatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda sebagaimana berikut,

غُفِرَ لِامْرَأَةٍ مُومِسَةٍ مَرَّتْ بِكَلْبٍ عَلَى رَأْسِ رَكِيٍّ يَلْهَثُ قَالَ كَادَ يَقْتُلُهُ الْعَطَشُ فَنَزَعَتْ خُفَّهَا فَأَوْثَقَتْهُ بِخِمَارِهَا فَنَزَعَتْ لَهُ مِنْ الْمَاءِ فَغُفِرَ لَهَا بِذَلِكَ

“Seorang wanita pezina diampuni oleh Allah. Dia melewati seekor anjing yang menjulurkan lidahnya di sisi sebuah sumur. Anjing ini hampir saja mati kehausan. Si wanita pelacur tersebut lalu melepas sepatunya, dan dengan penutup kepalanya. Lalu dia mengambilkan air untuk anjing tersebut. Dengan sebab perbuatannya ini, dia mendapatkan ampunan dari Allah” (HR. Al-Bukhari)

Pengertian dari lafadh muumisah dalam Hadis di atas adalah, 

وَامْرَأَةٌ مُوْمِسٌ اَوْ مُوْمِسَةٌ: فَاجِرَةٌ زَانِيَةٌ تَمِيْلُ لِمُرِيْدِهَا

 “Wanita muumis atau muumisah artinya: wanita ahli maksiat, pezina, yang menggoda orang-orang yang menginginkannya.” (Kamus Lisanul ‘Arab)

Dalam riwayat lain, pelaku dalam kisah tentang pelacur itu adalah seorang lelaki. Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, bahwa Rasulullah SAW bersabda,


بَيْنَمَا رَجُلٌ يَمْشِي بِطَرِيقٍ اشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَوَجَدَ بِئْرًا فَنَزَلَ فِيهَا فَشَرِبَ ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا كَلْبٌ يَلْهَثُ يَأْكُلُ الثَّرَى مِنْ الْعَطَشِ فَقَالَ الرَّجُلُ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا الْكَلْبَ مِنْ الْعَطَشِ مِثْلُ الَّذِي كَانَ بَلَغَ بِي فَنَزَلَ الْبِئْرَ فَمَلَأَ خُفَّهُ ثُمَّ أَمْسَكَهُ بِفِيهِ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لَهُ فَغَفَرَ لَهُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي الْبَهَائِمِ أَجْرًا فَقَالَ نَعَمْ فِي كُلِّ ذَاتِ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرٌ

 “Ada seorang lelaki berjalan di sebuah jalan, dia merasa sangat kehausan. Lalu dia menemukan sebuah sumur. Dia turun ke dalam sumur, lalu meminum airnya lalu keluar. Tiba-tiba ada seekor anjing yang menjulurkan lidahnya dan menjilati debu karena kehausan. Lelaki tersebut berkata, ‘Anjing ini sangat kehausan seperti yang aku rasakan.’ Lalu dia turun lagi ke dalam sumur dan memenuhi khuf-nya (alas kakinya) dengan air. Lalu dia menggigitnya dengan mulutnya agar bisa naik, dan memberi minum anjing tersebut. Maka Allah pun memberi balasan pahala baginya dan mengampuni dosanya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kita akan mendapatkan pahala jika berbuat baik kepada binatang ternak kami?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab, “Tentu, setiap kebaikan kepada makhluk yang bernyawa, ada pahalanya.” (HR. Muslim)

Kedua Hadis di atas substansinya mirip, yakni tentang menolong seekor anjing yang kehausan. Hadis yang pertama tentang seorang wanita pelacur sedangkan yang kedua bercerita tentang seorang lelaki biasa yang. Keduanya sama-sama menolong seekor anjing yang kehausan. Berkah dari sifat rahmah atau menyayangi itulah keduanya juga mendapatkan kasih sayang dari Allah SWT dan mendapatkan ampunan-Nya.

Sebagai seorang hamba, memang kita tidak pernah terlepas dari kesalahan dan kekhilafan, tapi bagaimanapu keadaannya, tidak boleh putus asa. Sebab Allah SWT adalah Dzat yang Maha Pengampun. Sifat rahmat-Nya mendahului sifat murka-Nya. Siapapun yang masih bisa bernafas, kesempatan untuk kembali kepada-Nya selalu terbuka setiap saat. Allah SWT tidak pernah bosan mengampuni kesalahan hamba-Nya yang dilakukan berulang kali, dan selama itu pula kembali bertaubat kepada-Nya.

Sifat kasih sayang adalah sifat Allah yang paling banyak diperintahkan untuk disebut dan diingat, maka setiap muslim juga diperintahkan untuk berkasih sayang terhadap sesama makhluk Allah.

Rasulullah SAW pernah bersabda, 

لا يَرْحَمُ اللَّهُ مَن لا يَرْحَمُ النَّاسَ

 “Allah tidak merahmati orang yang tidak menyayangi manusia (sesamanya).” (HR. Bukhari) 

Jika ada seseorang yang mendapatkan rahmat Allah SWT sebab menolong seekor anjing yang kehausan, apalagi kalau itu juga dilakukan kepada sesama umat manusia. Karena itu, sangat dianjurkan untuk saling berkasih sayang dengan sesama. Karena Allah SWT akan menurunkan rahmatnya kepada hamba-Nya yang saling menyayangi dan mengasihi. Dan kisah di atas membuktikan betapa rahmat Allah SWT itu bisa turun sebab berkah kasih sayang yang dilakukan oleh seorang hamba yang meskipun bergelimang dosa. Wallahu ‘Alam bis Showab. []


Editor: Hakim