Rahmat Allah Lebih Lapang daripada Murka-Nya

 
Rahmat Allah Lebih Lapang daripada Murka-Nya
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

Laduni.ID, Jakarta - Manusia adalah tempat lalai dan salah, karena memang tidak ada manusia yang diciptakan sempurna kecuali Nabi Muhammad SAW. Kalimat ini memang benar adanya, hanya menjadi tidak bijak jika kemudian dijadikan legitimasi atau pembenaran setiap kali melakukan kesalahan.

اَلْاِنْسَانُ مَحَلُّ الْخَطَاءِ وَالنِّسْيَانِ

"Manusia adalah ruang segala potensi lalai dan lupa."

Melihat fakta di atas, Allah pun tak menutup mata dengan cara membabi buta memojokkan dan menyalahkan setiap manusia yang berbuat kesalahan, bahkan sebaliknya, Allah membuka luas-luas pintu maaf-Nya kepada mereka, sebab rahmat Allah lebih besar daripada murka-Nya.

Nabi Muhammad bersabda dalam Hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a:

لَمَّا خَلَقَ اللهُ الْخَلْقَ، كَتَبَ فِي كِتَابِهِ، فَهُوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ: إِنَّ رَحْمَتِي تَغْلِبُ غَضَبِي

"Tatkala Allah menciptakan makhluk-Nya, Allah menulis dalam kitab-Nya, yang kitab itu terletak di sisi-Nya di atas 'Arsy, 'Sungguh rahmat-Ku telah mengalahkan kemurkaan-Ku.'" (HR. Bukhari dan Muslim)

Ada hikayat menarik yang diceritakan di dalam Kitab Al-Mawaidh Al-'Ushfuriyyah karangan Syaikh Muhammad bin Abi Bakar yang bersumber dari Hadis Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a, bahwa di masa lalu dalam umat sebelum kita, ada seorang laki-laki yang tak memiliki sedikitpun amal saleh kecuali ia meyakini bahwa Allah itu tunggal (tauhid).

Merasa frustasi dengan kondisi ini sementara waktu terus berjalan, ahirnya ketika laki-laki itu merasa semakin dekat dengan ajalnya, ia berpesan pada keluarganya, "Wahai keluargaku, jika nanti diriku telah mati, bakarlah jasadku di atas api sampai lebur menjadi abu, lalu tebarkan abu itu ke lautan di hari angin banyak bertiup." 

Setelah ia benar-benar mati, pihak keluarga pun melaksanakan wasiat laki-laki itu sesuai keinginannya, ternyata yang terjadi di luar nalar, tiba-tiba, laki-laki itu berada dalam naungan Allah SWT di sisi-Nya.

Kemudian Allah bertanya pada laki-laki itu, "Apa yang membuatmu berwasiat demikian (meminta keluarganya untuk membakar jasadnya dan menebarkan abunya ke lautan) kepada keluargamu."

"Aku melakukannya karena merasa takut kepada-Mu, ya Rabb,"  jawab laki-laki itu.

Kemudian Allah mengampuninya, sebab rasa takutnya kepada Allah dan harapannya yang tak pernah terputus akan rahmat Allah, padahal jika di runut ke belakang, laki-laki itu sama sekali tak memiliki amal baik apapun kecuali tauhid. Wallahu A'lam bis Shawab. []


Penulis: Ahmad Syahroni

Editor: Hakim