Khutbah Jumat: Meniti Kebaikan Hidup dengan Sabar dan Syukur

 
Khutbah Jumat: Meniti Kebaikan Hidup dengan Sabar dan Syukur
Sumber Gambar: Pinterest, Ilustrasi: laduni.ID

KHUTBAH: I

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ وَعَدَ لِلصَّابِرِيْنَ وَالشَّاكِرِيْنَ جَزَاءً مَوْفُوْرًا، وَأَشْهَدُ أَنْ لَاإِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى كَافَّةِ الْخَلْقِ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيْرًا، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيْعِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ،

يَامَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ فَإِنَّهُ قَالَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَايَحْتَسِبْ.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Pada kesempatan khutbah Jum’at ini, setelah memuji kepada Allah Swt, bershalawat kepada Baginda Nabi Agung Muhammad SAW, keluarga, serta sahabatnya, saya mengajak kepada diri saya sendiri dan saudara-saudara sekalian, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Mari meningkatkan ketakwaan dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, dalam kondisi apapun, saat sehat, sakit, kaya, miskin, bahagia, maupun saat berduka. Karena hanya orang-orang bertakwa yang memiliki kemuliaan di sisi Allah SWT. Dan dengan ketakwaan itu seorang hamba dapat meraih kebahagiaan yang hakiki dan abadi, hidup bahagia di surga kelak.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang semasa hidupnya selalu menemui apa yang diinginkannya, mendapatkan apa yang diharapkan dan segala cita-citanya menjadi nyata.

Dalam kehidupan nyata, kita pasti menjumpai keadaan suka dan duka, sedih dan bahagia yang datang silih berganti. Maka sabar dan syukur adalah dua sikap yang harus dimiliki agar tetap dapat menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah SWT.

Dalam kehidupan ini, setiap orang pasti mengalami momen pernah menemui hal yang dia inginkan, dan pernah pula menemui hal yang tidak diharapkan, bahkan yang dibenci. Dua keadaan ini menuntut kita untuk bersikap sabar.

Kesehatan, keselamatan, harta dan pangkat, serta segala kenikmatan dunia lainnya, merupakan hal-hal yang diinginkan setiap orang. Namun, keadaan yang demikian itu tentu membutuhkan sifat sabar, dalam arti kita harus bisa menahan diri agar tidak terjerumus dalam kenikmatan-kenikmatan dunia, sehingga membuat lupa kepada Sang Pencipta.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, janganlah harta bendamu dan anak-anakmu membuatmu lalai dari mengingat Allah. Siapa yang berbuat demikian, mereka itulah orang-orang yang merugi. (QS. Al-Munafiqun: 9)

Selanjutnya, seorang Muslim juga harus sabar dalam sesuatu yang cenderung tidak sesuai dengan keinginan dan watak manusia pada umumnya, yaitu seperti menjalankan ketaatan dan menjauhi maksiat. Setiap hamba harus bersabar dalam menjalankan ketaatan, dengan senantiasa melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.

Selain itu, seorang Muslim juga harus sabar dalam menghadapi segala cobaan dan musibah, seperti kematian, sakit, kecelakaan, hilangnya harta dan lain sebagainya.

Seorang hamba yang baik harus rela dengan ketentuan Allah SWT dan meyakini bahwa segala hal yang dimilikinya adalah titipan belaka. Semuanya akan kembali kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Berkehendak. Dengan keyakinan seperti ini, maka seorang hamba akan tetap teguh dan kuat untuk melanjutkan langkah, meneruskan hidupnya meniti kebaikan.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Allah SWT berfirman dalam Surat Al-Baqarah ayat 172:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّبٰتِ مَا رَزَقْنٰكُمْ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ اِيَّاهُ تَعْبُدُوْنَ

“Wahai orang-orang yang beriman, makanlah apa-apa yang baik yang Kami anugerahkan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah jika kamu benar-benar hanya menyembah kepada-Nya.”

Demikian pula Allah SWT berfirman dalam Surat Ibrahim ayat 7:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat pedih.”

Dua ayat Al-Quran ini mengandung perintah Allah SWT kepada hamba-hamba-Nya agar selalu bersyukur. Tapi bagaimanakah hakikat syukur itu?

Seharusnya kita mengetahui makna hakikat dari syukur. Maknanya adalah berkaitan dengan "ilmu", "hal" serta "amal".

Yang dimaksud dengan "ilmu" ialah kita harus mengetahui serta menyadari bahwa semua nikmat dan anugerah yang telah didapatkan itu merupakan pemberian dari Sang Maha Pemberi Nikmat dan Anugerah, Allah SWT.

Lalu yang dimaksud dengan "hal" ialah rasa bahagia, rasa senang yang muncul karena pemberian dari Allah SWT.

Sedangkan yang dimaksud dengan "amal" adalah kita melakukan sesuatu yang disenangi dan dicintai oleh Allah SWT. Syukur dengan "amal" berkaitan dengan hati, lisan dan juga anggota badan lainnya. Hati harus selalu meniatkan pemanfaatan anugerah-anugerah yang telah diberikan untuk kebaikan. Lisan dengan selalu melafadhkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT. Dan anggota badan bersyukur dengan mempergunakan anugerah yang telah diberikan itu untuk melakukan hal-hal yang diridhoi Allah SWT.

Seseorang yang mempergunakan nikmat dan anugerah yang telah diberikan itu untuk melakukan kemaksiatan, maka berarti ia telah kufur atas nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT. Begitu pula bila menelantarkan anugerah-anugerah yang telah diberikan, sehingga membiarkan potensi-potensi diri dalam hidup terbengkalai, tersia-sia tiada guna. Tentu hal ini menandakan sikap yang tidak bersyukur kepada Allah SWT.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Ketahuilah, bahwa hidup ini memang merupakan sebuah ujian, sebagai Firmah Allah SWT dalam Al-Quran, Surat Al-Insan ayat 1-3:

هَلْ اَتٰى عَلَى الْاِنْسَانِ حِيْنٌ مِّنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْـًٔا مَّذْكُوْرًا اِنَّا خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ نُّطْفَةٍ اَمْشَاجٍۖ نَّبْتَلِيْهِ فَجَعَلْنٰهُ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا اِنَّا هَدَيْنٰهُ السَّبِيْلَ اِمَّا شَاكِرًا وَّاِمَّا كَفُوْرًا

“Bukankah telah datang kepada manusia suatu waktu dari masa yang ia belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur. Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan) sehingga menjadikannya dapat mendengar dan melihat. Sesungguhnya Kami telah menunjukkan kepadanya jalan (yang lurus); ada yang bersyukur dan ada pula yang sangat kufur.”

Demikian pula, sebagaimana Firman Allah SWT di dalam Surat Al-Mulk ayat 1-2:

تَبٰرَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌۙ ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

“Maha Berkah Dzat yang menguasai (segala) kerajaan dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, yaitu yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun."

Ayat-ayat Al-Quran ini menunjukkan kepada kita, bahwa semua yang diberikan kepada kita merupakan cobaan. Saat hidup kita tercukupi, itu artinya kita sedang diuji, akankah kita mampu untuk bersyukur kepada Allah SWT, Sang Maha Pemberi? Lalu, akankah kita mampu mempergunakan nikmat yang telah diberikan kepada jalan yang diridhoi-Nya? Sedangkan, di saat kita berduka atau hidup dalam kekurangan, itu artinya kita juga diuji, mampukah kita bersabar dalam menghadapi cobaan?

Jadi, pada hakikatnya nikmat dan musibah merupakan ujian bagi kita, lulus dan tidaknya kita tergantung bagaimana kita menyikapinya dalam meniti kebaikan hidup ini.

Ma’asyiral Muslimin Rahimakumullah,

Ayat-ayat yang disebutkan itu juga hendak menyadarkan kita bahwa semua yang terjadi, baik nikmat ataupun cobaan, hendaknya menjadi pendorong bagi kita untuk menjadi insan yang mulia dan dekat di sisi-Allah SWT.

Semoga kita senantiasa dibimbing oleh Allah SWT untuk hamba yang sabar, selalu mengingat-Nya dan mensyukuri segala nikmat-Nya, serta diberi taufiq dan hidayah agar dapat melaksanakan tugas utama sebagai seorang hamba dengan sebaik-baiknya, yakni beribadah kepada Allah SWT.

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

KHUTBAH II

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ

فيَآايُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والْجَمَاعَةِ. وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ  فِيه بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ. فَقالَ تَعَالَى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا: إِنَّ اللهَ وَملائكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا اللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ على سيِّدِنا محمَّدٍ وعلى آلِ سيِدِنَا محمَّدٍ  كَما صَلَّيْتَ على سيِّدِنا إِبراهِيمَ وعلى آلِ سيِّدِنَا إِبراهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ أَبي بَكْرٍ وعُمرَ وعُثْمانَ وعلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وعَنْ سائِرِ أَصْحابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اللَّهمَّ لا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَةً ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوَالِ يَومِ الْقِيامَةِ.

 اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسْلِمِيْنَ وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ، ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ، اَللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنَا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ، اللَّهمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنَا وأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ.

اللَّهمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ والزِّنا والزَّلَازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوءَ الفِتَنِ ما ظَهَرَ مِنْها وما بَطَنَ عَنْ بَلَدِنا هَذا خاصَّةً وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسلمينَ عامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الآخرة حَسَنَةً  وقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

***

عِبادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى  ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِوَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، فَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ


Oleh Abd. Hakim Abidin, M.A.
(Rais ‘Amm Pesantren Mambaus Sholihin, Gresik 2014-2015, dan Pendiri Zawiyah Ar-Rifaiyah, Ciputat)
___________

Editor: Roni