Biografi KH. Mufti Asnawi, Pendiri Pesantren Darul Hikmah Syekh Ciliwulung, Serang

 
Biografi KH. Mufti Asnawi, Pendiri Pesantren Darul Hikmah Syekh Ciliwulung, Serang

Daftar Isi

1.    Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1  Lahir
1.2  Wafat
1.3  Riwayat Keluarga

2.    Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1  Mengembara Menuntut Ilmu
2.2  Guru-Guru Beliau
2.3  Mendirikan Pondok Pesantren

3.    Penerus Beliau
3.1  Anak-anak Beliau

4.    Perjalanan Hidup dan Dakwah
4.1  Karier Beliau
4.2  Karya-karya Beliau

5.    Referensi

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga 

1.1 Lahir
Beliau bernama lengkap KH. Mufti bin Asnawi bin Bahauddin bin Ramli bin Alim  bin Abdullah bin ibrohim bin syekh hasan bashri bin fatimah binti Syekh ciliwulung bin Raden kenyep bin Pangeran Jaga Lautan. Nasabnya bersambung kepada Rasulullah Muhammad saw melalui Sayyidina Husein ra.

Beliau adalah keturunan ke sepuluh dari Syekh Ciliwulung, adalah seorang penyebar agama Islam di daerah Banten Utara di Makamkan di Kp. Cakung Gegunung dekat Cakung Srewu. KH. Mufti bin Asnawi lahir pada tanggal 2 Januari 1935 di Kampung Cakung Bojong, bersebrangan dengan Cakung srewu.

1.2 Wafat
Beliau wafat pada hari Sabtu 4 Syawal 1432 h, bertepatan dengan tanggal 3 September 2011 jam 09:50 pagi manusia mulia ini menghadap al-Rafiiq al A’la di dalam lingkungan Pondok pesantrennya  dalam usia 76 tahun.

1.3 Riwayat Keluarga
KH. Mufti menikah dengan Hj. Jawariyah, putri seorang sesepuh Cakung Srewu.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan

Hal inilah yang menjadikan suasana kebatinan seorang Mufti remaja begitu semangat menuntut ilmu. Yakni lingkungan ilmiyah yang begitu kondusif untuk mendukung seorang anak menjadi terpacu untuk menereruskan tradisi keilmuan yang turun-temurun.

Setelah dirasa cukup umur, Ki Asnawi, seorang pedagang yang juga fasih dalam tradisi kesantrian mengirim anaknya untuk mengawali pengelanaan ilmiyah anaknya ke Pesantren Singarajan di daerah Pontang, serang. Pesantren Singgarajan diasuh oleh Kiayi Kharismatik ketika itu yang dikenal faqih dan ahli segala bidang ilmu yaitu KH. Marsyad.

Dipesantren ini KH. Mufti mengalami berbagai macam kejadian aneh di antaranya di kisahkan syekh Ciliwulung datang bukan dalam keadaan mimpi untuk mengajar Mufti remaja kitab Matan Taqrib secara musafahah.

Semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu menjadikan KH. Mufti  menghabiskan seluruh waktunya untuk mengaji. Baik mengaji bandungan di depan kiayi maupun sorogan di depan santri senior. Bagi KH. Mufti kecil, banyak tidur adalah kerugian bagi seorang santri. Maka KH. Mufti hanya tidur dengan berbantalkan cumplung kelapa agar tak nyenyak. Menghafal juga adalah kegemaran KH. Mufti sejak kecil. Beberapa kitab nadzam berhasil beliau hafal dalam waktu singkat.

Santri-santri senior yang ketika mula-mula kedatangan KH. Mufti di pesantren mengajar dasar-dasar nahu dan sorof, hanya dalam beberapa tahun berbalik menjadi orang-orang yang belajar di hadapan KH. Mufti.

Beberapa tahun kemudian Kiayi Marsyad mengatakan: “Bukan hanya bayong, wader-wader telah habis oleh Mufti”. Maksudnya begitu cepat KH. Mufti dapat mempelajari berbagai imu dari Ki Marsyad. Selanjutnya Ki Marsyad menganjurkan KH. Mufti untuk mencari pengalaman mengaji ke tempat lain.

Berbagai pesantren di datangi KH. Mufti dalam pengelanaan ilmiyah fase ketiganya. Di antaranya pesantren Kadukaweng Pandeglang, pesantren Buya Amin koper, Pesantren sukabumi, laes dll.

2.2 Guru-Guru beliau Sewaktu Menuntut Ilmu di antaranya:

  1. KH. Bahauddin
  2. KH. Pingil
  3. KH. Ibrahim 
  4. KH. Astari
  5. KH. Marsyad
  6. Buya Amin koper

2.3 Mendirikan Pondok Pesantren
Setelah menikah, atas anjuran Kyai Marsyad dan Kyai astari akhirnya KH. Mufti mendirikan pesantren di Cakung Srewu pada tahun 1962 pada umur yang sangat muda yaitu 27 tahun.

Pesantren ini bermula bernama Pondok Pesantren Darul Hikmah, kemudian menjadi pondok Pesantren Darul Hikmah Cakung, kemudian atas impian dengan Syekh Ciliwulung, pesantren ini bernama Pondok Pesantren Darul hikmah Ciliwulung. Beberapa tahun nama pondok pesantren ini ditulis dengan nama Pondok pesantren Darul Hikmah Ciliwulung sampai akhirnya beliau bermimpi dimarahi oleh Syaikh ciliwulung untuk menambah kata Syekh sebelum kata Ciliwulung. Akhirnya sampai sekarang Pondok pesantren ini bernama PONDOK PESANTREN DARUL HIKMAH SYEKH CILIWULUNG (DHSC).

Pondok Pesantren DHSC mengkader tunas pejuang ulama berbasis akhlak salafussolih dan fiqh madzhab Syafi’I dan Aqidah ahli sunnah wal jama'ah madzhab Abu Hasan Al-Asy’ari serta tasawuf Alghazali dlsb.

Ramalan KH. Astari yang mengatakan Cakung Srewu akan menjadi Gedong ilmu menjadi kenyataan, santri dari berbagai daerah datang untuk berguru ilmu agama kepada KH. Mufti bin Asnawi.

3. Penerus Beliau

3.1 Anak Beliau
KH. Sofwatuddin

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah

4.1 Karier Beliau

Karier Profesional
Pengasuh pesantren Darul Hikmah Syekh Ciliwulung
Karier Organisasi
Rais Syuriyah PWNU Banten

4.2 Karya-karya Beliau
Beliau mengarang kitab Amtsilatul I’rab, yaitu berisi tentang cara memahami Gramer bahasa Arab dengan metode pengenalan  I’rab seluruh bab nahwu. Kitab ini telah dicetak dan menjadi pegangan santri srewu.

5. Referensi

https://www.darulhikmah.sch.id

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lokasi Terkait Beliau

    Belum ada lokasi untuk sekarang

List Lokasi Lainnya