Ziarah di Makam KH. Ahmad Qori Nuri, Pendiri Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya

Memperoleh Donasi Sebesar : Rp 0. Donasi Sekarang
 
Ziarah di Makam KH. Ahmad Qori Nuri, Pendiri Pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta - KH. Ahmad Qori Nuri beliau adlah ulama kharismatik dari Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan. KH. Ahmad Qori Nuri adalah pendakwah islam di kabupaten Ogan Ilir, selain itu beliau adalah pendiri dan pengasuh pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya.

Profil

KH. Ahmad Qori Nuri lahir di Mekkah Mukarromah pada tahun 1911, beliau putra dari pasangan KH. Muhammad Nur bin Naidain bin Wasim bin Tunggal dan Nyai Hj. Sholha binti M. Mursyid bin Munir.

 

Guru-guru beliau saat menuntu ilmu di antaranya:

  1. KH. Muhammad Nur
  2. KH. Ishak Bahsin
  3. KH. Ismail Mahidin

Lokasi Makam

Beliau wafat 11 april 1996  di usia ke-85, Beliau dimakamkan di TPU Taman Riang Indralaya, jalan Lintas Sumatera KM 35, Indralaya, Ogan Ilir, Sumatera Selatan.

Haul

Haul KH. Ahmad Qori Nuri, diperingati setiap tahun sekali di kalender islam pada tahun Hijriah, haul beliau jatuh pada bulan Dzulhijjah untuk tanggal peringatan haul oleh pihak keluarga besar pesantren Al-Ittifaqiah Indralaya.

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Ahmad Qori Nuri banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Kab. Indralaya saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makam beliau yang berada di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Taman Riang, Indralaya.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam beliau maka akan dimudahkan dalam mencari ilmu, dimudahkan dalam cita-citanya, dan dimudahkan dalam mendapatkan keturunan anak sholeh dan sholehah

Peninggalan

Pondok Pesantren
Setelah menamatkan pendidikan, beliau diminta untuk berkhidmat di almamaternya. Amanah itu beliau terima dengan ikhlas hingga akhirnya pada tahun 1954 beliau ditunjuk untuk memimpin lembaga yang pada saat itu telah berganti nama menjadi Sekolah Menengah Islam (SMI) Sakatiga, menggantikan gurunya KH. Ismail Mahidin yang wafat di tahun itu.

Pada saat memimpin madrasah itulah KH. Ahmad Qori Nuri berhasil menggerakkan seluruh elemen SMI Sakatiga dan masyarakat Sakatiga untuk memajukan lembaga pendidikan itu. Kejayaan itu mengharumkan nama SMI Sakatiga yang pada tahun 1962 bernama Madarasah Menengah Atas (MMA) Sakatiga.

Bukan hanya itu, bahkan nama Sakatiga juga mengharum hingga terkenal dengan sebutan ‘Mekkah Kecil’. Akan tetapi di tahun 1967 MMA diserahkan kepada Pemerintah dan dijadikan madrasah negeri. Menyikapi perubahan tersebut, Ayah dari 5 anak itu dan murid-murid KH. Ishak Bahsin di Indralaya memandang bahwa MMA Sakatiga adalah kelanjutan jihad KH. Ishak Bahsin. Bila dinegerikan dan diserahkan kepada pemerintah maka akan kehilangan nilai-nilai sejarahnya.

Karena itu atas kesepakatan dan dukungan penuh masyarakat Indralaya dengan tokoh agama dan tokoh adatnya dibentuklah Madrasah Menengah Atas (MMA ) Al-Ittifaqiah Indralaya. Setelah kesepakatan itu, murid yang sangat menghormati dan sangat berbakti kepada orangtua dan gurunya itu diminta untuk memimpin lembaga baru tersebut yang sejak tahun 1976 bernama Pondok Pesantren Al-Ittifaqiah (PPI) Indralaya.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibawa pulang usai ziarah di Kab. Indralaya di antaranya:
Kemplang panggang, Lapis OI, Kue Jalat, Pempek,Bolu Cupu, Sambal Linkung, Buah Hongas,