Info Harian Laduni.ID: 1 Februari 2024

 
Info Harian Laduni.ID: 1 Februari 2024

Info Harian Laduni.ID: 1 Februari 2024

Laduni.ID, Jakarta – Hari ini Kamis, 1 Februari 2024 bertepatan dengan hari lahir KH. Faqih Zawawi dan hari wafat KH. Muhammad Dahlan, KH. Mukhtar Syafa’at, Tuan Guru KH. Ahmad Bakeri.

KH. Faqih Zawawi
KH. Faqih Zawawi lahir pada tanggal 1 Februari 1945 M, di Pemekasan, Madura. Beliau putra kedua dari pasangan KH. Zawawi Mun’im dengan Nyai Hj. Nasihah. KH. Faqih juga merupakan keponakan dari KH. Zaini Mun’im pendiri Pondok Pesantren Nurul Jadid.

Sejak kecil KH. Faqih Zawawi memulai pendidikanya dengan kedua orang tuanya, beliau belajar ilmu agama, seperti membaca Al-Qur’an, fiqih dan lain sebagainya.

Setalah itu, beliau menempuh jalur formal, dari madrasah ibtidaiyah sampai madrasah aliyah di Pondok Pesatren Darul Ulum, Jombang yang diasuh oleh KH. Maksum Rejoso. Setelah lulus madrasah aliyah, kemudian beliau kuliah di Fakultas Syariah Sunan Ampel Surabaya, hingga meraih gelar sarjana muda.

Kiprah beliau di Pesantren Nurul Jadid mempunyai peran yang penting. KH. Faqih turut membantu dalam hal pengembangan lembaga-lembaga yang ada di bawah naungan Pondok Pesantren bersama para pengasuh dan pengurus pesantren.

Pengabdiannya di Pesantren Nurul Jadid berawal ketika beliau diangkat menjadi kepala biro pendidikan dan kebudayaan. Setelah itu, beliau diangkat menjadi koordinator PP. Nurul Jadid pada tahun 1984. Setelah itu, beliau dipercaya untuk menjadi pengawas PP. Nurul Jadid tahun 2000, menggantikan KH. Hasan Abdul Wafi.

Berbekal pengalaman di organisasi ketika masih di bangku kuliah, yakni PMII. Beliau pun melanjutkan pengabdiannya di Nahdatul Ulama; organisasi kemasyarakatan terbesar di Indonesia. KH. Faqih mulai mengisi keseharianya dengan perjuangan di pesantren, masyarakat dan NU. Sebagai pengurus NU, beliau proaktif mengikuti kegiatan masyarakat yang diadakan oleh pengurus cabang NU Kraksaan. Dari keaktifan mengikuti kegiatan-kegiatan tersebut, beliau pun dipercaya dan diberi tanggung jawab menjadi wakil ketua NU Cabang Kraksaan.

Simak biografi selengkapnya di: KH. Faqih Zawawi
Simak Chart Silsilah Sanad Guru KH. Faqih Zawawi

KH. Muhammad Dahlan
KH. Muhammad Dahlan lahir pada tanggal 2 Juni 1909 M, di Desa Mandaran, Rejo, Pasuruan, Jawa Timur. Beliau merupakan putra ketiga dari lima bersaudara, dari pasangan bapak Abdul Hamid dan ibu Chamsiyah. Dan KH. Muhammad Dahlan wafat pada 1 Februari 1977 M / 14 Jumadil Ula 1327 H, dalam usia 67 tahun. 

KH. Muhammad Dahlan belajar ilmu agama di dua pesantren, yaitu Pesantren Siwalan Panji yang berada di Sidoarjo dan Pesantren Tebuireng yang berada di Jombang. Lalu beliau bersama kakak sulungnya belajar ilmu agama di Makkah. Beliau sangat rajin mengikuti kelompok-kelompok pengajian sebagaimana para ulama terdahulu yang mengikuti pengajian di sekitar halaman Masjidil Haram, Makkah.

KH. Muhammad Dahlan adalah seorang organisator yang ulet dan mahir berargumentasi. Bintangnya makin bersinar saat beliau menghadiri kongres NU XIII di Menes, Banten pada tanggal 11-16 Juni 1938 M.

Sejarah mencatat bahwa kongres NU di Menes merupakan forum yang memiliki arti tersendiri bagi proses terbentuknya organisasi Muslimat NU. Dalam kongres tersebut, untuk pertama kalinya muncul usulan tentang perlunya wanita NU mendapatkan hak yang sama dengan kaum lelaki dalam menerima didikan agama melalui organisasi NU.

Kiprah KH. Muhammad Dahlan di pentas nasional berawal pada tahun 1941 M, dengan menjadi anggota Dewan Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang berkedudukan di Surabaya. Tahun 1945 ketika Masyumi didirikan, beliau menjadi anggota Dewan Pimpinan Partai hingga tahun 1952 M, saat NU memisahkan diri dari Partai Masyumi. KH. Muhammad Dahlan juga sempat menjadi anggota Komite Nasional Indonesia Pusat di Yogyakarta pada tahun 1946.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Muhammad Dahlan
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Muhammad Dahlan

KH. Mukhtar Syafa’at
KH. Muktar Syafa’at Abdul Ghafur lahir pada tanggal 6 Maret 1919 M, di Dusun Sumontoro, Desa Ploso Lor, Kecamatan Ploso Wetan, Kabupaten Kediri. Beliau merupakan putra keempat dari pasangan KH. Abdul Ghafur dan Nyai Hj. Sangkep. Dan KH. Mukhtar Syafa’at wafat pada hari Jum’at malam tanggal 1 Februari 1991 (17 Rajab 1411 H). 

Selepas khitan pada tahun 1928 M, beliau kemudian melanjutkan ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang yang saat itu diasuh oleh KH. Hasyim Asy’ari. Di pesantren ini, beliau seperti umumnya santri-santri lain mendalami ilmu-ilmu agama Islam seperti Ilmu Nahwu, Shorof, Fiqih, Tafsir Al-Qur’an dan Akhlaq Tasawuf.

Lepas dari dalam penjajahan Jepang dan Belanda, tepatnya pada tahun 1949 beliau mulai merintis berdirinya Pesantren Darussalam. Setelah melalui perjuangan yang berat, Pesantren Darussalam akhirnya berkembang dari waktu ke waktu dan jumlah santrinya pun semakin bertambah banyak. Ini tak lepas dari sosok pendiri dan pengasuh pesantren KH. Mukhtar Syafa’at yang menjadi sosok teladan sekaligus panutan umat.

Pada jaman pendudukan Jepang, Kyai Syafa’at tidak luput dari gerakan Dai Nippon Jepang yang bernama Hako Kotai, yaitu gerakan pemerasan terhadap harta, jiwa dan harta bangsa Indonesia demi kemenangan Perang Asia Timur Raya. Dalam gerakan ini, Kyai Syafa’at diwajibkan mengikuti kerja paksa selama 7 hari di Tumpang Pitu (pesisir laut pantai selatan teluk Grajagan dan Lampon). Beliau dipekerjakan sebagai penggali parit perlindungan tentara Jepang.

Selain aktif dalam kegiatan kemasyarakatan, KH. Mukhtar Syafa’at juga aktif dalam Jami’ah Keagamaan Nahdlatul Ulama. Tercatat, beliau pernah menjadi pengurus dari tingkat ranting sampai cabang. Jabatan terakhirnya adalah sebagai salah satu Musytasyar Wilayah Banyuwangi, Jawa Timur.

Simak biografi lengkapnya di: KH. Mukhtar Syafa’at
Simak Chart Silsilah Sanad KH. Mukhtar Syafa’at

Tuan Guru KH. Ahmad Bakeri
KH. Ahmad Bakeri, atau yang akrab disapa Guru Bakeri Beliau lahir pada tanggal 20 Agustus 1958 M, di Desa Manarap Bitin, Kecamatan Danau Panggang, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Kalimantan Selatan. Beliau merupakan anak keempat dari enam bersaudara, dari pasangan H. Imanuddin dan Hj. Sapura. Nama Ahmad Bakeri, merupakan nama yang diberikan atau dipilihkan oleh seorang ulama besar di kampungnya bernama Tuan Guru H. Makmur.

KH. Ahmad Bakeri wafat pada hari Jum'at, 1 Februari 2013 / 20 Rabi’ul Awal 1434 H sekitar pukul 21.30 WITA di Rumah Sakit Umum Ulin Banjarmasin dalam usia 54 tahun 5 bulan.

Tahun 1967 ketika berusia sekitar 7 tahun, KH. Ahmad Bakeri masuk sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Shalatiyah di Desa Bitin. Sebuah sekolah agama swasta satu-satunya yang ada di desa itu, dan menamatkan sekolah tingkat Tsanawiyah di sekolah yang sama tahun 1976. Keteguhan, kedisiplinan, kerajinan, dan keuletannya dalam menuntut ilmu, menjadikan Kyai Ahmad Bakeri selalu menjadi juara kelas.

Tidak lama setelah menyelesaikan Pendidikan di Ponpes Darussalam, beliau mempersunting gadis Gambut. Dan di tempat inilah beliau kemudian mendirikan Pondok Pesantren Al-Mursyidul Amin.

Dalam aktifitas keagamaan, di samping mengelola pondok beliau juga memangku jabatan sebagai Ketua badan Pengelola Masjid Raya “Sabilal Muhtadin” Banjarmasin. Mengisi pengajian di masjid tersebut, juga mengasuh ruang Tanya jawab agama di Surat Kabar “Banjarmasin Post” dan tabloid “Serambi Ummah”. Kumpulan Tanya jawab tersebut telah diterbitkan dalam sebuah kitab yang diberi judul "Ibanatul Ahkam".

Simak biografi lengkapnya di: Tuan Guru KH. Ahmad Bakeri
Simak Chart Silsilah Sanad Tuan Guru KH. Ahmad Bakeri

Mari kita sejenak mendoakan beliau, semoga apa yang beliau kerjakan menjadi amal baik yang tidak akan pernah terputus dan Allah senantiasa mencurahkan Rahmat-Nya kepada beliau.

Semoga kita sebagai murid, santri, dan muhibbin beliau mendapat keberkahan dari semua yang beliau tinggalkan.